- Salah tidak, sih, aku jatuh pada kamu yang kini kondisinya sedang bangun bersama orang lain? -
**
Suara ponsel yang berdering mengalihkan perhatian Meisya dan Arion. Ternyata itu ponsel milik Arion. Arion lantas meminggirkan mobilnya.
"Hallo, Na, kenapa?"
Meisya melirik Arion lalu kembali menatap ke arah depan. Dia menajamkan pendengarannya.
"Lo gak pulang bareng Ria?" Arion menatap ke luar jendela. Hujan turun dengan derasnya. "Oke, gue jemput lo sekarang. Tunggu sepuluh menit, oke?" Arion menjauhkan ponselnya kembali.
"Dari Reina?" tanya Meisya pada Arion yang sudah kembali menjalakan mobilnya. Arion mengangguk. "Emang dia di mana sekarang?"
"Di halte depan sekolah. Katanya Ria gak masuk hari ini, jadi dia gak ada tumpangan." jawabnya.
"Lo khawatir banget, ya, sama Reina?" tanya Meisya. Arion diam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab.
"Menurut lo?"
"Lo suka sama dia, kan?" reflek saja pertanyaan itu keluar dari bibir Meisya. Yang ditanya hanya diam, beberapa detik berikutnya dia mengangguk. "Banget?"
Arion menghela nafasnya pelan, lalu menjawab seraya menatap Meisya, "Iya, banget."
**
Hujan deras kali ini membawa udara dingin yang membuat siapa saja inginnya tidur di kasur sambil selimutan. Begitupun dengan Reina yang kini tengah duduk di halte sendirian seraya menggosok-gosokan tangan untuk mencari kehangatan. Angin yang berhembus cukup kencang membawa air hujan yang turun sedikit masuk ke dalam halte sehingga kini Reina sedikit kebasahan.
Seorang laki-laki berjaket hitam berjalan ke arah halte. Wajahnya tertutup oleh tudung jeket yang dia pakai. Seluruh pakaiannya pasti sudah basah kuyup karena orang itu menerobos hujan tanpa berlari. Dia duduk di bangku panjang yang juga diduduki Reina. Pandangannya lurus ke depan.
"Lagi nunggu seseorang?" tanyanya pelan, pandangannya masih tertuju ke depan.
Reina menoleh, "Saya? Maaf, apa kita saling kenal?" Reina berusaha untuk mengintip wajah laki-laki itu namun hanya hidungnya saja yang kelihatan. Tahu bahwa Reina berusaha melihat wajahnya, akhirnya laki-laki itu membuka tudungnya.
Kedua mata Reina lantas membulat, "Hito!"
Laki-laki itu tak menggubris, "Lo lagi nunggu seseorang?" tanyanya lagi dengan nada rendah.
Reina mengangguk, "Hm, lo ngapain di sini? Sekolah di sini juga? Kayaknya enggak, deh, seragam lo beda soalnya." Reina menatap seragam yang dipakai Hito sebentar lalu kambali menatapnya.
"Lagi nunggu seseorang juga, sama kayak lo."
"Siapa?" tanya Reina penasaran.
"Kepo."
Reina mendengus kesal. Dia menerawang jauh pada pertemuan pertamanya dengan Hito waktu itu. Hito yang saat itu sangat baik menolongnya saat hampir saja tertabrak mobil. Bukan hanya itu, tapi Hito juga membantunya menyeberang karena kondisi Reina yang masih syok. Reina jadi senyum-senyum tidak jelas mengingatnya. Dalam hatinya Reina penasaran, siapa orang yang ditunggu Hito.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Teen Fiction"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...