BAB 36 - YANG TERAKHIR

6.1K 317 7
                                    

< Jangan lupa vote and comment >

***

Sudah tiga puluh lima menit Arion menunggu Meisya di cafe bernama Starling ini. Sesuai janji, mereka janjian jam 17:30 di sini, namun nyatanya Meisya belum juga datang.

Hari semakin sore, langit sudah mulai gelap. Ditambah lagi awan mendung menyelimuti. Angin pembawa hujan mulai terasa menusuk kulit.

Arion mengecek arloji di pergelangan tangan sebelah kirinya lagi. Arion berdecak kesal. "Mana sih?"

Tak lama, terdengar lonceng pintu cafe berbunyi, bersamaan dengan derap langkah terburu-buru yang semakin lama semakin dekat ke arah Arion.

"Arion," panggil Meisya dengan nafas ngos-ngosan. Arion diam, menatap penampilan Meisya dari atas sampai bawah yang sedikit acak-acakan ditambah dengan keringat bercucuran di pelipisnya. "Ma-maaf gue telat. Soalnya gue tadi disuruh Bu Angela bantu meriksa hasil ulangan matematika." jelas Meisya.

"Gapapa." jawab Arion dingin.

Meisya mengangguk, lalu duduk di hadapan Arion. "Udah pesen?" tanya Meisya sambil menaruh tasnya di bawah meja.

Arion menggeleng, "Langsung ke intinya aja. Lo mau ngomong apa?"

Meisya terdiam. Tatapan matanya terarah lurus pada mata Arion. Tangannya yang ada di bawah meja, meremas roknya dengan keras.

"Gu-gue..." ujar Meisya gugup.

Arion melirik arlojinya, "Udah mau malem, mau ujan juga. Gue gak punya waktu banyak." potongnya.

"Akh... Iya, bener." Meisya menoleh ke luar jendela lalu menatap Arion lagi. "Gue mau minta maaf soal kecelakaan itu. Maaf gue udah ambil Reina dari lo." sambung Meisya dengan jantung yang berdebar kencang.

"Udah itu aja?"

Meisya menggeleng, "Gue mau jelasin kronologi kecelakaan itu sama lo, supaya lo gak salah paham dan ngejauh gini lagi sama gue. Gue saat itu bersalah banget udah gak sengaja bilang kalau lo kecelakaan, gue gak tau kalau Reina bakalan bereaksi seperti itu. Saat itu Reina bener-bener khawatirin lo, dia sampe bawa motor aja gemeteran."

"Gue udah berusah buat gue aja yang bawa motor, tapi Reina tetep mau bawa. Gue gak bisa nolak. Seharusnya gue tetep maksa dia buat gue bonceng aja, gue harusnya bilang itu. Gue gak tau hasilnya bakalan kayak gini." Meisya menundukkan kepalanya. "Gue minta maaf." ujarnya sambil membungkukkan badannya.

Arion diam, menatap Meisya yang masih membungkuk. Sebenernya dia tidak tega melihat Meisya seperti ini.

"Udah ngomongnya?" tanya Arion. Meisya mengangkat kepalanya lagi, menatap Arion. "Gue juga mau ngomong alasan gue ke sini."

"Apa?"

"Ayo kita buat seolah-olah kita gak pernah kenal sebelumnya," Meisya semakin meremas roknya dengan gugup. Matanya tiba-tiba panas. "Lo dengan dunia lo, dan gue, dengan dunia gue juga."

"Dari awal memang dunia kita beda, kan? Seharusnya sedari awal kita gak usah maksain buat sama-sama kalau akhirnya jadi gini."

Meisya tersenyum getir, "Lo nyesel pernah kenal sama gue?" tanya Meisya dengan suara sedikit bergetar menahan tangis.

"Enggak, gue gak nyesel. Ngapain harus disesali kalau udah terjadi?"

Meisya mengangguk mengerti. "Tapi gue nyesel kenal sama lo." ujar Meisya berhasil membuat jantung Arion mencolos. "Seperti apa kata lo, dunia kita beda, tapi kita terus paksain. Dan akhirnya jadi begini. Lo kehilangan Reina karena gue." sambungnya.

Arion terseyum miring, dia membuang pandangannya keluar jendela. "Gue rasa ini obrolan kita yang terakhir. Gue harap kita gak pernah ngomong kayak gini lagi." ujar Arion kemudian mengambil tasnya yang berada di bawah meja lalu menggantungkan di bahu sebelah kirinya.

Cowok itu mengulurkan tangannya, mengajak salaman.

Meisya yang sedari tadi menunduk, mendongakkan kepalanya menatap Arion dan tangannya bergantian.

"Thankyou untuk selama ini." Arion tersenyum kecil.

Tangan yang sedari tadi disembunyikan di bawah meja, Meisya angkat untuk membalas uluran tangan Arion. "Sama-sama."

"Buat lo," ujar Arion sambil menaruh headset putih miliknya di atas meja. "Mau hujan petir kayaknya." sambungnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Meisya.

Arion berjalan keluar cafe, setelah sampai di luar, Arion menyenderkan tubuhnya di dinding luar cafe dengan tatapan terus terarah pada Meisya yang masih berada di dalam cafe.

Jika dilihat dari belakang, bahu gadis itu bergetar. Yang artinya, Meisya sedang menangis sekarang. Sudah jelas pasti karena dirinya.

Arion mengusap wajahnya kasar. "Gue harap ini yang terbaik."

––––

Dah lama gk update guys, mianhae 😭😭



Deasm

Sukabumi, 27 Oktober 2020.

I'M SORRY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang