Dia pergi tidak memberikan sebuah jawaban, hanya kata pamit yang dia ucapkan.
***
Pagi ini, jalanan kota macet panjang. Ratusan kendaraan berjejer disepanjang jalan, polusi udara ada dimana-mana. Suasana pagi yang umumnya menyejukan, tidak berlaku untuk pagi ini. Udara panas menyeruak ke atmosfer.
Angkot yang dinaiki Meisya adalah salah satu dari sekian banyak kendaraan yang terjebak macet pagi ini. Dia berdecak kesal. Hampir sepuluh menit angkot yang dinaiknya belum bergerak, hanya motor-motor saja yang berhasil menyalip kendaraan disekitarnya.
"Limabelas menit lagi masuk!" gerutunya tak sabar. Memang dalam seminggu ini, dia sudah kesiangan dua kali, jadi jika Meisya kesiangan sekarang, orang tuanya akan dipanggil ke sekolah. Jelas, Meisya tidak ingin papanya datang ke sekolah. "Ini macet apa sih bang?" tanya Meisya pada tukang angkot yang duduk di depan.
"Ada truk ke guling di depan nutupin satu arah jalan," sahut Abang supir angkot seraya mengusap keringatnya.
Lagi-lagi Meisya berdecak kesal. Dia dilema saat ini. Mau turun, tapi jarak sekolahnya lumayan jauh. Tidak turun, takut kesiangan dan papanya akan dipanggil ke sekolah. Argh! Hidup itu memang serba salah!
Mobil di depan masih saja diam tak mau bergerak, sedangkan waktu terus berjalan membuat rasa kegelisahan Meisya semakin besar. Dia duduk dengan gusar, pikiranya sudah kemana-mana.
Tut! Tut!
Meisya melirik ke arah pintu angkot saat suara klakson meneriakinya. Ditatapnya lelaki yang duduk di atas motor hitam dengan menggunakan helm fullface itu. Meisya tidak mengenali lelaki itu karena wajahnya tertutup helm, tapi yang pasti lelaki itu menggunakan seragam yang sama seperti Meisya. Beberapa detik berikutnya, lelaki itu membuka kaca helmnya.
"Mau bareng gak?" suara berat lelaki itu membuat semua orang yang berada di dalam angkot melirik kearahnya.
"Arion? Kok, lo-"
"Mau bareng gak? Udah mau masuk, nih!" Arion bertanya lagi.
Orang yang ada di dalam angkot mulai berbisik-bisik. Mereka tahu, siapa orang yang ada di atas motor itu, dan mereka juga tahu orang yang diajak naik motor. Mereka berdua, orang yang terkenal di SMA Mentari Pagi. Tak akan lama, berita Arion mengajak Meisya berangkat bareng pasti akan menyebar luas.
Meisya melirik sekitar, lalu kembali menatap Arion, "Enggak, deh. Gue gakpapa kesiangan juga." jawab Meisya.
"Yakin?"
"Iya,"
"Yaudah." Arion kembali menutup kaca helmnya, dia bersiap untuk menjalankan motornya kembali. Baru saja motor Arion berjalan, suara teriakan Meisya memanggil terdengar, membuat motor Arion kembali berhenti. Arion tersenyum kecil di balik helmnya.
"Arion, tunggu! Gue jadi ikut bareng lo!" Meisya berlari kecil menghampiri Arion, nafasnya ngos-ngosan saat sampai di depan cowok itu.
Arion membuka kaca helmnya lagi, ekspresi mukanya kembali datar, "Kenapa?"
"Gue berubah pikiran, gue ikut ya sama lo?"
"Yaudah, naik." kata Arion yang langsung diberi anggukan kepala oleh Meisya. Gadis itu naik ke atas motor hitam Arion, dia kebingungan harus berpegangan kemana. "Gue bakalan cari jalan pintas, dan gue pasti bakal ngebut. Jadi lo cari sesuatu buat lo pegang biar gak jatuh."
Meisya semakin kebingungan, "Gue pegang pinggang lo boleh?" tanya Meisya ragu. Arion melirik ke belakang.
"Lo mau modus?" tanya Arion.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Teen Fiction"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...