- Dia, orang baru yang berhasil merebut hatimu dalam sekejap. -
***
Reina memasukan buku-bukunya ke dalam tas biru miliknya dengan buru-buru. Bel pulang sudah berbunyi 15 menit lalu, dan Reina masih ada di sekolah. Tadi pagi Bu Tuti meminta bantuan Reina untuk membantu memeriksa ulangan fisika, alhasil dia jadi ditinggal teman-temannya pulang. Niatnya, hari ini mereka akan kerja kelompok, tapi teman-temannya bilang menunggu Reina di cafe dekat dengan pertigaan yang tak jauh dari sekolah. Di sana mereka akan mengerjakan tugas bahasa Indonesia yang memang harus dikumpulkan besok.
Saat sampai di gerbang, salah satu teman Reina mengirim pesan agar dia cepat-cepat datang ke cafe. Reina membalas dengan cepat dan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku roknya.
Reina berdecak, saat lampu rambu lalu-lintas berwarna hijau, menandakan ini bukan waktunya dia untuk menyebrang. Kendaraan-kendaraan berjalan cepat melewati Reina membuat gadis itu mundur beberapa langkah, takutnya dia keserempet atau ke tabrak.
Satu pesan kembali masuk. Reina mengeluarkan ponselnya, dan pesan itu berasal dari Arion yang menanyakan keberadaannya saat ini. Reina menatap kembali lampu lalu-lintas itu, warnanya masih hijau.
Mau ke cafe yang di pertigaan deket sekolah itu. Mau kerja kelompok.
Tanpa sadar, Reina melangkah kakinya ke depan. Sangking fokusnya pada ponselnya, dia lupa bahwa rambu-rambu itu masih berwarna hijau.
Reina tersentak saat sebuah tangan menarik tas birunya ke belakang, berbarengan dengan itu suara klakson mobil menggema memekakkan telinga.
"Lo gila, ya?!" bentak orang itu saat berhasil menarik Reina ke belakang.
Reina masih syok, terlihat jelas dari raut mukanya. "Udah tahu lampunya masih hijau, lo malah nyebrang!" bentak orang itu lagi. Perlahan Reina tersadar, lalu menengok pada orang yang membentaknya barusan.
"Ma-maaf," ujar Reina terbata-bata, wajahnya terlihat pucat. Kejadian tadi membuat Reina syok.
"Kalau mau nyebrang jangan main hp." ujar orang itu dingin.
"Iya, makasih."
Cowok berjaket hitam itu melangkah pergi, meninggalkan Reina yang masih mematung di tempat. Gadis itu duduk di pinggir trotoar, kakinya terasa lemas, nafasnya sedikit sesak. Tentu saja kejadian barusan sangat membuat Reina syok, mungkin jika tidak ada cowok tadi, Reina mungkin sekarang masuk ke rumah sakit.
Cowok berjaket hitam itu mengentikan langkahnya saat akan berbelok, lalu membalikkan badannya menatap gadis itu. Gadis yang di tolongnya tadi. Cowok beriris hitam itu tahu bahwa gadis itu masih syok dengan kejadian tadi, dia bisa melihat dari ekspresi wajah gadis itu tadi.
Cowok itu menghela nafasnya dalam, "Nyusahin aja," ujarnya kembali melangkah, namun bukan ke tempat yang akan ditujunya, tetapi ke tempat gadis itu. Reina.
"Berdiri,"
Reina mendongak, menatap cowok berjaket hitam itu. Iris hitam dan bulu mata yang lentik itu membuat Reina terpana. Sungguh, ciptakan tuhan yang satu ini membuat Reina tidak bisa berkata-kata. Tadi dia melihat cowok ini hanya sekilas, ditambah dengan dirinya yang masih syok, namun sekarang keadaannya lebih baik dan baru menyadari bahwa cowok yang menolongnya tadi sangat tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Teen Fiction"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...