"Meisya?"
Pandangan mereka saling bertemu, keduanya sama-sama membeku. Meisya buru-buru menjauhkan dirinya dari Arion.
"Jaket Reina kok bisa ada di lo?" tanya Arion.
Meisya tak menjawab, dia sibuk membuka jaket yang dia kenakan lalu menyodorkannya kepada Arion. Arion mengangkat sebelah alisnya bingung.
"Ambil," ujar Meisya datar. Arion masih diam, tatapannya bergantian menatap antara jaket dan Meisya. Mulai kesal dengan tingkah Arion yang hanya diam, Meisya menyerahkan jaket itu secara paksa. "Maaf lo salah orang. Gue Meisya, bukan Reina yang lo maksud."
Meisya melangkah pergi. Entah kenapa dadanya sesak sekarang, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Jujur saja, saat tadi dia terjebak di keributan yang baru saja terjadi, Meisya sangat ketakutan. Dia teringat dengan perbuatan ayahnya yang sering memukul dirinya jika sedang marah. Kakinya benar-benar tidak bisa berjalan, maka karena itu Meisya memilih untuk berjongkok dan menutup kupingnya rapat-rapat, dan berdoa dengan sepenuh hati agar ada seseorang yang menyelamatkannya.
Tiba-tiba saja ada Arion yang menarik tangannya dan memeluknya erat, melindungi dirinya yang benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi jika Arion tidak menolongnya. Meisya benar-benar merasa jika dia berharga bagi cowok itu, tapi nyatanya Arion hanya menyangka gadis yang dilindungi itu adalah Reina.
Sialan! Kenapa tadi jantung gue deg-degan lagi!
Meisya berlari menuju pintu belakang yang mana biasa dia sering menggunakan pintu itu saat dia kesiangan. Rasanya dia ingin buru-buru pulang ke rumah dan tidak pernah bertemu lagi dengan cowok itu.
***
Hari dimana Camping yang diadakan sekolah akhirnya tiba. Semua murid kini sudah berkumpul di aula dengan regu yang telah dibuat oleh guru kemarin. Seperti biasa, aula penuh oleh lautan manusia, oleh karena itu udara menjadi lebih panas. Mungkin karena di luar juga cuaca sedang panas-panasnya.
"Gue Devan." cowok yang ada di depan Meisya mengulurkan tangannya sambil tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih dan lesung pipinya.
Meisya melirik tangan Devan lalu menatap Devan malas.
"Ganteng, ya? Gue taru kok!" kata Devan dengan percaya dirinya seraya mengangkat sebelah alisnya. Meisya berdecih, lalu memutar bola matanya tajam. "Jutek ternyata, gue suka." sambungnya kemudian kembali melihat ke arah depan, memperhatikan guru yang sedang berbicara di depan.
Awalnya Meisya senang melakukan kegiatan ini karena dia satu kelompok dengan Arion, tapi kebahagiaannya lenyap seketika, begitu tahu bahwa dirinya satu kelompok dengan cowok aneh ini.
"Lo Meisya, ya? Yang terkenal itu?" Devan kembali menoleh ke belakang, kali ini sepenuhnya melihat ke arah Meisya. "Lo gak suka sama gue? Gue banyak yang suka, loh! Liat aja tuh cewek-cewek disana liatin gue mulu." Devan menunjuk pada cewek-cewek di ujung sana yang benar saja sedang memperhatikan Devan. Meisya hanya melihat sebentar, lalu kembali menatap ke depan. "Diem mulu, sakit gigi?"
"Sembarangan!" elak Meisya.
"Alhamdulillah, enggak ternyata." ujarnya sambil nyengir lebar.
Arion yang berada di belakang Meisya melihatnya sangat risih dengan tingkah Devan. Selain menganggu konsentrasinya memperhatikan guru di depan, juga sangat menganggu peserta lain yang serius memperhatikan. Tanpa pikir panjang, Arion menggeser posisi Meisya dan kini posisi Meisya berada di tepat belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Fiksi Remaja"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...