Beri vote, comment untuk memberikan semangat kepada author🔥🔥
📍📍
Arion memasukkan semua bukunya ke dalam tas, setelah selesai, dia segera beranjak dari kursinya. Namun sebelum pergi keluar kelas, dilihatnya Reina yang kini sedang membereskan alat tulisnya.
"Na, pulang bareng siapa?" tanya Arion.
Reina menoleh dengan wajah lesu, "Sama Ria." jawabnya kemudian berdiri.
"Mau gue anterin?"
"Gak usah, ini kan jadwal lo ngajar Meisya." Reina menepuk pundak Arion dua kali sebelum akhirnya pergi keluar kelas.
Arion menatap kepergian Reina. Arion mengerti mengapa Reina bersikap dingin seperti tadi, sudah dipastikan karena kejadian di kantin tadi siang.
"Kepada Arion Ezra Aldari, kelas XI IPA 1. Ditunggu di ruang kepala sekolah sekarang. Sekali lagi, kepada Arion Ezra Aldari kelas XI IPA 1, ditunggu di ruang kepala sekolah sekarang."
Speaker yang menggema diseluruh penjuru sekolah mengalihkan perhatian Arion. Cowok itu mengerutkan keningnya bingung. Kenapa kepala sekolah nyari gue?
Arion mengedikkan kedua bahunya, lantas melangkahkan kakinya menuju ruang kepala sekolah. Sesampainya di depan pintu ruangan kepala sekolah, diketuknya pintu itu dua kali. Arion masuk ke dalam setelah terdengar suara yang mempersilahkannya untuk masuk, kemudian duduk di hadapan Bu Sena— kepala sekolah sekolah Mentari Pagi ini.
"Ada apa, ya, Bu?" tanya Arion sopan.
Bu Sena tersenyum, "Bagaimana perasaan kamu setelah selama ini jadi tutor Meisya?"
Arion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum kecil, "Baik-baik aja, Bu." jawab Arion.
"Meisya nakal, ya?"
"Sedikit," jawab Arion.
Bu Sena tertawa pelan, "Meisya emang agak nakal, tapi percaya deh sama ibu kalau dia itu sebenarnya anak yang baik." ujar Bu Sena sambil menatap anak muridnya itu. Arion tersenyum sambil manggut-manggut setuju.
Ya, gue salah menilai lo waktu itu.
"Ibu sangat berterimakasih sekali kepada kamu Arion, selama ini kamu sudah mau mengajarkan Meisya matematika. Berkat kamu nilai matematika Meisya sekarang melonjak naik, dia lebih baik sekarang." ujar Bu Sena menatap hangat Arion.
"Sama-sama, Bu. Sebenernya Meisya itu udah pintar, tapi males aja." Arion menjawab sambil memikirkan wajah Meisya kalau sedang tidak mood belajar. Sudut bibir Arion terangkat naik.
Bu Sena mengangguk setuju. "Kata Meisya, kamu sabar banget kalau ngajarin dia dan penjelasan kamu mudah dimengerti katanya."
"Saya gak sesabar itu, Bu." jawabnya sambil tersenyum.
Bu Sena menaruh kedua tangannya di atas meja, ditatapnya Arion dengan hangat. "Terimakasih Arion sudah mau menjadi tutor keponakan saya. Saya rasa, kamu sekarang boleh berhenti menjadi tutornya Meisya."
Arion terdiam mendengarnya. Entah dia harus berekspresi seperti apa. Perasaanya sulit dijelaskan sekarang.
"Saya rasa, sudah waktunya saya berhenti merepotkan kamu. Kamu bisa berhenti mulai sekarang." sambung Bu Sena masih dengan senyuman hangatnya.
"Berhenti, Bu?" tanya Arion dengan senyum yang dia paksakan.
Bu Sena mengangguk. "Kenapa? Kamu tidak mau?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Teen Fiction"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...