Sudah siap? Jangan lupa vote dan comment yaaa!! 💜
***
Drettt... Drett... Drett....
Ponsel Meisya yang ada di nakas terus bergetar, membuat sang pemilik ponsel terganggu dari tidurnya. Tak kunjung berhenti getaran itu, sebelah tangan Meisya meraba-raba mencari ponselnya dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.
Terdengar decakkan keluar dari bibirnya, "Siapa sih, pagi-pagi udah telepon." gumam Meisya akhirnya berhasil mengambil ponselnya itu.
"HALO MEISYA?!" teriakan Amel terdengar begitu Meisya mengangkatnya. Meisya refleks langsung menjauhkan ponselnya dari jangkauan kuping, sambil terus gosok-gosok kupingnya yang terasa sakit pagi-pagi gini.
"Paan sih, Mel?" tanya Meisya jengah.
Oh, iya. Amel itu sahabat Meisya diperkuliahan. Mereka itu satu jurusan, matematika.
Hah, matematika?! Gak salah?
Gak salah. Meisya memang mengambil jurusan matematika di salah satu universitas negeri di Indonesia. Kenapa bisa masuk jurusan matematika? Karena Meisya juga ikutan jatuh cinta pada matematika, sama seperti Arion. Ya, intinya, karena cowok itu Meisya bisa masuk jurusan ini.
"Lo dimana sih?! Katanya janji mau ikut gue seminar!" rengek Amel.
Meisya memijat pangkal hidungnya, "Gak jadi deh, gue males banget."
"GAK BISA! LO HARUS DATENG!"
Meisya berdecak kesal, "Gue masih ngantuk. Semaleman gue ngerjain tugas akhir gue, ih. Ini juga belum selesai-selesai." jawab Meisya.
Dan ya, Meisya kini sudah menjadi mahasiswi tingkat akhir yang sekarang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi. Waktu terlewati begitu cepat, tak terasa kini Meisya sudah mau lulus saja. Rasanya, baru saja kemarin dia lulus SMA.
"Sehari aja lo temenin gue, ya? Katanya pemateri acaranya lulusan matematika terbaik univ di Boston! Yok! Kapan lagi kita bisa ketemu dia!"
Mendegar kata Boston, Meisya membuka matanya dengan sempurna. Teringat Arion yang juga kuliah di negara itu. Tapi, mana mungkin Arion datang ke kampusnya. Dia pasti sedang sibuk-sibuknya di sana. Makanya tidak pernah menghubungi Meisya dua tahun terakhir ini.
"WOY! MALAH DIEM LO. HAYU AH CEPET MANDI LO SANA! GUE TUNGGU DI DEPAN STADION! BYE!"
Tut.. Tut.. Tut...
Meisya menggeram kesal. "Bodo amat dah! Lanjut tidur aja gue..." ujar Meisya lalu menaruh ponselnya ke sembarang tempat.
Meisya mencoba menutup matanya lagi, tapi tidak bisa. Pikirannya terganggu dengan orang dari Boston itu. Entah kenapa, pikirannya melayang pada Arion. Dia merasa, kalau Arion yang akan datang ke kampusnya.
Dengan terpaksa, Meisya bangkit dari posisi tidurnya lalu berjalan ke arah kamar mandi.
***
"MEISYA CANTIK TEMEN GUE!!"
Sudahlah, Meisya malu sekali kalau Amel teriak-teriak begini. Bikin mereka jadi bahan tontonan orang-orang. Haduh, untung temen.
"Lo bisa gak, gak usah teriak-teriak gitu? Gak putus apa itu pita suara lo?" gemas Meisya sambil menusuk perut Amel.
Amel nyengir kuda, "Abisnya lo lama banget! Gue udah nunggu lo tigapuluh menit tahu!"
"Ya, sori." Meisya nyengir lebar.
"Yuk! Seminarnya bentar lagi mulai." Amel menggandeng lengan Meisya dan mengajaknya ke arah tempat seminar itu diselenggarakan.
Sampai di luar gedung tempat seminar, Meisya menghela nafasnya dalam sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Mel, Mel, riasan gue udah oke belum?" tanya Meisya pada Amel.
Amel mengerutkan keningnya bingung, "Tumben pake riasan? Ada doi yang ikut seminar hah?" goda Amel.
"Enggak! Pengen aja pake riasan kali-kali,"
"Yuk, masuk!" Sekali lagi Meisya menghela nafasnya dalam.
Mereka duduk di area tengah, acara sepertinya sudah mau mulai. Terlihat MC yang sudah berdiri di depan. Lima menit kemudian, acaranya akhirnya dimulai.
"Oke, kita panggilkan pemateri hebat kita kali ini...."
Meisya menggigit bibirnya gugup.
"Kak Martin Saputra!!" ujar MC di depan.
Meisya menghembuskan nafasnya kecewa. Seharusnya dia tidak berharap lebih bahwa Arion akan datang ke seminar ini. Jadinya begini, kan? Kecewa tanpa alasan yang jelas begini. Gadis itu menundukkan kepalanya kecewa.
Aduh, Sya! Ngapain sih lo ngarepin dia datang! Rutuk Meisya dalam hati.
"Kenapa, Sya?" tanya Amel.
"Gak papa. Gue ke toilet dulu, ya." Meisya berdiri dari kursinya, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Baru beberapa langkah berjalan, langkahnya terhenti tiba-tiba ketika melihat seseorang di ujung ruangan sana yang kini tengah membawa kamera.
Tatapan Meisya dan orang itu terkunci satu sama lain. Seperti orang yang berbicara lewat tatapan. Orang itu tersenyum manis ke arah Meisya, membuat sudut bibir Meisya ikut terangkat naik.
"Hai, Arion." ujar Meisya tanpa suara. Tetapi masih terbaca jelas oleh Arion.
Arion tersenyum lagi.
"Sya, senyum sama siapa?" tanya Amel. Amel ikut melihat ke arah pandang Meisya, lalu membulatkan matanya kaget. "Cowok ganteng itu siapa?! Kok senyum ke arah lo juga sih??!" tanya Amel teraneh-aneh.
Meisya tersenyum lebar, lalu menoleh pada Amel.
"Dia sahabat gue, Arion."
------ THE REAL ENDING ------
Bye!!!
Deasm
Sukabumi, 27 November 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY [SELESAI]
Teen Fiction"Gue itu bodoh suka sama orang yang suka sama orang lain!" Kalian pernah mengatakan hal itu pada diri sendiri? Jika pernah, kalian mungkin kini berada di posisi yang sama seperti Meisya. Entah alasannya apa yang membuat dirinya begitu mencintai Ar...