PBB aja butuh aba-aba, lalu kenapa aku harus sungkan memberikanmu aba-aba?
~Dira tak henti-hentinya mengomel di sepanjang koridor sekolah hingga membuat telinga Erlin panasnya bukan main. Bagaimana tidak? Dira yang awalnya menatap kagum sosok Gavin yang merupakan senior hits yang banyak digilai kaum hawa di sekolahnya ternyata mempunyai sikap asli yang sangat membuat Dira terkejut bukan main. Pd tingkat gila, sok kecakepan, tingkah absurd, dan intinya, ngeselin tingkat dewa.
“Heh toa fals, bisa diem enggak sih lo? Kepala gua tambah pusing tahu dengerin celotehan unfaedah lo yang bikin gua gerah hati gerah body tahu enggak. Lo kan cewek hits update yang pastinya tahu gosip update sekolah kan? Nah kenapa lo jadi histeris gini sih contact langsung sama Kak Gavin?” tanya Erlin dengan pertanyaan beruntunnya. Ia bahkan sampai memutar bola matanya dengan jengah mendapati kelakuan heboh Dira yang berhasil menyita perhatian sekumpulan anak yang ada di koridor sekolah.
“Yah, gua mana percaya kalau cowok sekeren Kak Gavin yang notabennya waketos itu bisa punya sikap enggak terduga gitu. Dulunya kan dia selalu pasang tampang cool, nah sekarang? Gua enggak percaya Ibu Krani.” jawab Dira dengan dramatisnya.
Mendapati jawaban Dira yang kelewat dramatis, Erlin hanya bisa mengembuskan napasnya dengan kasar. “Kayaknya lo bakal percaya kalau—“
“Gua panggil lo kesini bukan buat gosip hal unfaedah kek gitu.” ucap seseorang memotong kalimat Erlin dengan cepatnya.
“Eht,” Erlin langsung mengalihkan pandangannya pada sosok yang baru saja memotong kalimatnya itu. Dia kaget bukan main mendapati sosok Cakra yang sudah ada di sampingnya saat ini. Ahiya, Erlin baru ingat sekarang. Dia keluar dari UKS kan untuk memenuhi panggilan si pradana dinginnya ini. Tapi dengan bodohnya, Erlin justru cengo mendapati dirinya sendiri yang sudah berdiri tepat di depan pintu sanggar.
“Ayo cepet keburu Pak Ahmad pergi lagi.” ucap Cakra sembari menarik lengan Erlin dan membawanya pergi meninggalkan Dira seorang diri.
“Ck, enggak tahu terima kasih banget sih tuh pradana dingin.” cibir Dira sembari menghentakkan kakinya dengan kesalnya.
***
Bel pulang baru saja berbunyi satu menit yang lalu. Tapi ternyata, Cakra sudah menjemput kraninya itu dengan cepatnya. Keberadaan Cakra di gedung elektro tentu saja menuai banyak pertanyaan bagi para siswa elektro, terutama para cewek-ceweknya yang langsung mencuri-curi pandang ke arah Cakra. Yah, kesempatan langka banget kan seorang Cakra yang notabennya anak otomotif berkunjung ke gedung elektro yang sebagian berisi para kaum hawa?
Lagi-lagi, Erlin harus mengembuskan napasnya dengan kesal saat mendapati Cakra sudah ada di depan kelasnya. Mimpi apa ini anak jam segini ada di gedung elektro? Salah alamat kali yah?
“Et buset, cepet bener Cak udah di sini aja. Nggak sabar ketemu Erlin yah?” ejek Putra yang kebetulan lewat di depan kelas Erlin.
“Berisik. Udah ayo cepetan.” sahut Cakra sembari melirik Erlin sebentar saja. Setelahnya, ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Astaga Ra, harus banget gua ya? Sama Putra kan bisa. Gua mau ngurus yang lain elah.” ucap Erlin dengan wajah memelasnya. Ya iyhalah, siapa juga yang kuat lama-lama bersama orang dingin nan kaku seperti Cakra? Erlin terkadang bingung sendiri, kenapa cowok kaku kek Cakra bisa jadi pradana? Ganteng sih ganteng, tapi kan—ah sudahlah. Jika harus membicarakan kekurangan Cakra satu hari aja pasti tidak akan cukup. Erlin saja sudah lelah sendiri setengah hari ini ia habiskan bersama Cakra terus-menerus hanya untuk mengajukan proposal. Nah sekarang, kenapa dia harus memperpanjang ketabahan hatinya untuk bersama Cakra lagi? Astaga, hidup Erlin memang tidak bisa tenang jika sudah berurusan dengan Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erca (COMPLETED)
Teen FictionPramuka? Lelah, letih, capek dan tentunya banyak pengalaman. Kata siapa anak pramuka cuma bisa PBB, Satya Dharma, ataupun sandi-sandi? Karena nyatanya, anak pramuka juga manusia. Yang punya kehidupan masing-masing dengan seribu lika-liku perjalanann...