Chapter 1 - Ekstrakulikuler

3.2K 149 4
                                    

Rutinitas emang kadang bikin lelah, tapi kalau dapet bonus kayak dia mah bakal ikhlas jalaninnya.

~

"BUBAR BARISAN JALAN!"

Para bantara langsung berhamburan menurut tugasnya masing-masing. Sedangkan para penegak T1 langsung bergegas menuju ruang pematerian yang sudah disediakan.

"Erlin, cepet kamu ke ruang pematerian sekarang!" perintah salah satu bantara itu dengan tegasnya.

"Hm," Erlin hanya menyahut singkat perintah cowok itu. Tumbenan sekali cowok itu memerintah langsung pada dirinya. Biasanya juga dia selalu menyuruh orang lain untuk menyampaikan perintahnya.

Tok tok tok

"Masuk." Erlin segera memasuki ruang pematerian itu tanpa melupakan adat ambalannya sedikit pun. Setelahnya ia langsung menghampiri salah satu rekannya yang terlihat sedang memperkenalkan diri. Yah, berkenalan sebelum mengawali ekstrakulikuler memang sudah menjadi keharusan di pangkalan SMK Tunas Bangsa.

"Hmmm, ada yang sudah mengenal kakak cantik yang ada di sebelah kakak ini?" tanya Putra membuka mulutnya.

"Belum." jawab penegak T1 dengan kompaknya.

"Baiklah, seperti kata pepatah, Tak Kenal Maka Tak Sayang, jadi sebaiknya ayo Kak Erlin perkenalan terlebih dahulu," ucap Putra sembari melirik Erlin dengan terangnya.

"Salam Pramuka!" ucap Erlin sembari memberi hormat dihadapan juniornya itu. Dengan kompak, mereka pun langsung menyahut, "Salam," dengan memberikan hormat juga di hadapan Erlin.

"Hay adik-adik, gimana kabarnya?" tanya Erlin basa-basi.

"Alhamdulillah baik." jawab mereka dengan serempak.

"Gimana MPPP-nya kemarin? Seneng enggak?"

"Seneng dong kak. Bisa kenal banyak senior, juga tahu banyak soal pramuka di sini kak. Tapi kok saya enggak pernah lihat kakak ya?" jawab salah satu di antara juniornya.

"Yah, gimana mau lihat dek, kakak ini aja cuma lihatin kalian kegiatan kok." sahut Putra juga ikut menyahuti junior tadi.

"Hehe, emang belum pada kenal kakak ya?"

"Belum kak, makanya kenalan dong."

"Ok. Nama Kakak Calandra Erlina Auli, biasa dipanggil Erlin. Ada yang mau ditanyakan?"

"Kakak kelas berapa?"

"Kakak jurusan apa?"

"Udah punya pacar belum kak?"

"Oh jadi ini yang namanya Kak Erlin, cantik yah,"

"Wait wait, kok jadi rusuh gini sih. Diusahakan kalau mau tanya, angkat tangan dulu yah." ucap Putra mencoba menenangkan.

"Kakak di ambalan jadi apa?" tanya cewek berkuncir kuda yabg kebetulan duduk di hadapan Erlin.

"Di ambalan, kakak jadi Krani." jawab Erlin dengan ramahnya.

"Krani itu apa sih kak? Kakak ambil jurusan apa?" tanya cowok di sebelah cewek tadi.

"Krani itu sama aja dengan sekretaris. Dan masalah jurusan, kakak sama Kak Erlin sehati kok, kita sama-sama ambil jurusan TAV. Ya enggak Lin?" tanya Putra mengedipkan sebelah matanya sembari melingkarkan lengan kekarnya di leher Erlin.

Erlin langsung terkesiap merasakan lengan kekar Putra sudah melingkar di lehernya. Refleks, ia pun langsung menyingkirkan lengan kekar itu dengan cepatnya. "Sayangnya iyha nih,"

***

Langit sudah terlihat mendung, dan sepertinya hari sudah semakin sore sekarang. Erlin segera membereskan kertas-kertas dan beragam macam buku pematerian yang berhamburan di meja ruang pematerian tadi. Ekstrakulikuler baru saja dibubarkan dan sepertinya para bantara yang lain masih membereskan perkap di lapangan bawah. Segera, Erlin mempercepat kegiatannya dan langsung beranjak dari ruang pematerian tadi.

"Jangan lupa absennya direkap juga jurnalnya diisi." perintah seseorang yang entah darimana munculnya.

Sontak, Erlin yang sedang fokus melangkahkan kakinya pun langsung kaget bukan main mendengar seseorang berbicara kepadanya. "Astaghfirullahhaladzim Ra, lo bisa enggak sih enggak usah ngagetin orang? Orang dateng bukannya ngasih salam juga malah--" Belum selesai Erlin menyelesaikan kalimatnya itu, orang tadi sudah melengos pergi meninggalkannya seorang diri.

"Huffft, mimpi apa sih gua bisa punya pemimpin sedingin es gitu?" gumam Erlin dengan lirihnya.

***

"Hiks--Agam mau yang itu," rengek anak laki-laki itu dengan kerasnya.

Erlin langsung mempercepat laju motornya kala mendengar suara tangisan itu. Setelah sampai di halaman rumahnya, ia langsung berlari menuju halaman belakang tepat di dengarnya suara tangisan tadi.

"Kenapa bi?" tanya Erlin dengan khawatirnya sembari menghampiri anak laki-laki yang tengah menangis itu dengan kerasnya.

"Ini non, tadi den Agam rebutan robot sama den Andi." jawab Bi Inah, Asisten Rumah Tangga sekaligus pengasuh Agam di rumah Erlin.

"Ish, udah ya Agam jangan nangis lagi. Agam kan punya banyak robot di rumah." bujuk Erlin sembari menggendong anak laki-laki itu.

"Ta--tapi Agam maunya yang itu hiks," rengeknya dengan manja di gendongan Erlin.

"Ya udah, kapan-kapan kita cari robot yang kayak punyanya Andi yah. Sekarang Agam diam yah jangan nangis lagi." ucap Erlin sembari menghapus air mata yang membasahi pipi gembul itu dengan lembutnya.

"Bi, Agam udah makan?" tanya Erlin menatap Bi Inah.

"Belum non. Dari tadi den Agam main mulu, dibujuk buat makan tetep enggak mau." jawab Bi Inah dengan gemetaran. Tentu saja ia takut akan dimarahi Erlin karena tidak bisa mengurus Agam dengan baik.

"Oh ya udah bi enggak papa. Kalau gitu Agam makan sama kakak yah." ucap Erlin dengan girangnya sembari melenggang pergi memasuki rumahnya.

Melihat hal itu, Bi Inah langsung menyunggingkan senyum tipisnya. Ternyata majikannya itu tak pernah berubah. Jika dalam mode dirinya sendiri, terkadang ia bisa menjadi cewek yang menyeramkan saat marah. Bi Inah ingat betul bagaimana ekspresi majikannya itu 2,5 tahun yang lalu. Tapi dia akan berubah 180 derajat saat bersama adik kecilnya. Ia benar-benar bisa menjelma menjadi ibu yang baik di balik senyum palsunya.

***

Pendek ya?

Gimana, suka enggak?

Oh iyah, Erca update setiap jum'at yah. Kalau RamaDhani bakal update setiap selasa. Pengin tahu informasi lebih lanjut, lihat profil aku yah.

Jangan lupa follow yah, @lantyty7

Lanti😘

Erca (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang