Chapter 25 - Buper

779 49 10
                                    

Memadu kasih di buper itu jauh lebih mendebarkan dibanding memadu kasih dalam dunia khayalan.
~

Erlin benar-benar masih menyimpan dendam pada Cakra setelah kejadian tadi pagi. Bisa-bisanya pradana yang cuek bebek tak berperasaan itu menertawakannya disaat ia tengah diambang ketakutakan menghadapi seekor binatang yang benar-benar membuatnya mau pingsan saja. Dan demi senyuman Cakra yang begitu langka, Erlin benar-benar kesal terhadap pradana yang sering kali menjungkirbalikkan perasaannya itu.

“Gosong.” ucap seseorang yang kontan membuat Erlin langsung mengerjapkan matanya seketika. Dan dengan refleks, Erlin langsung gelagapan mengambil spatula yang entah di mana ia menaruhnya tadi. Sedetik kemudian, Erlin langsung mendelik seketika begitu menyadari bahwa saat ia ini ia tengah memasak sup, jadi—bagaimana bisa menjadi gosong eht?

Tanpa memedulikan raut menahan tawa yang Cakra—dalang dibalik kebodohan Erlin saat ini, ia langsung mencubit lengan Cakra dengan kerasnya seketika.

“Astaga, sakit Er,” keluh Cakra mengaduh kesakitan.

Jika saat ini Erlin tidak tengah menaruh dendam pada sosok di sampingnya yang tersenyum geli itu, mungkin ia sudah jingkrak-jingkrak mendapati ekspresi menggelikan Cakra yang begitu langka—yang sayangnya mampu membuat jantung Erlin berdebar seketika. “Bodo amat,” sahutnya dengan sewot. “Kenapa lo jadi ngeselin gini sih Ra? Tadi ngledekin gua, sekarang gangguin gua. Mau lo apa sih?” tanya Erlin tidak sabaran. Dan tanpa Erlin sendiri sadari, ia sudah berada tepat di depan Cakra yang menjulang tinggi d hadapannya.

Bukannya langsung menjawab, Cakra justru beralih mengusap peluh di pelipis Erlin yang hampir jatuh. Ternyata kraninya sudah kelelahan setelah membangun tenda, dan sekarang harus memasak untuk dirinya juga rekan-rekannya itu. “Istirahat, biar gua yang lanjutin.” jawabnya dengan singkat, padat, dan jelas sembari mendorong bahu Erlin dengan pelan.

Erlin langsung mengerucutkan bibirnya seketika. “Kok istirahat sih? Gua tuh lagi enggak ngeluh capek Ra. Astaga, kok lo jadi tambah ngeselin sih? Lo tuh—“

“Jangan berisik, nanti yang lain denger terus nyamperin ke sini deh,” potong Cakra sembari menempelkan jari telunjuknya di depan bibir mungil Erlin yang membuat si tersangka langsung mengatupkan bibirnya dengan seketika lengkap dengan ekspresi cengonya. “Gua tahu krani gua yang super cerewet ini udah capek makanya gua suruh istirahat. Kurang peka apa coba gua?” tanyanya sembari merapikan rambut Erlin yang sudah tidak rapi lagi.

Jika ada air, tolong siram Erlin saat itu juga agar ia bisa sadar dari segala kalimat yang sudah membuatnya terbius saat ini juga. “Kok lo manis gini sih Ra?” tanya Erlin dengan muka berseri-serinya. “Lo emang selalu peka kok Ra.” lanjutnya sembari menundukkan kepalanya tak berani menatap kedua manik Cakra yang tengah memerangkapnya lewat tatapan menghanyutkannya itu.

“Gua selalu manis sama orang yang gua sayang kalau lo tahu Er,” jawabnya sembari menarik dagu Erlin agar menatapnya kemudian. “Kalau gua peka, berarti lo yang enggak peka Er.”

Sumpah demi ulat yang sungguh sulit Erlin jauhi, rasanya lebih sulit untuk menghindari tatapan Cakra yang sungguh-sungguh membuat dirinya speechless. Baru ia sadari, ternyata seberefek ini pengaruh kehadiran Cakra terhadap dirinya. “Kalau gitu gua orang yang lo sayang dong?” tanya Erlin dengan mata berbinarnya. “Kenapa jadi gua sih Ra?” tanyanya lagi dengan raut bingungnya.

Kedua sudut bibir Cakra langsung terangkat seketika. “Harusnya lo enggak perlu tanya siapa yang gua sayang. Karena lo pasti udah tahu jawabannya apa Er,”

“Terharu gua Cak.” celetuk seseorang yang langsung mengalihkan perhatian Cakra juga Erlin seketika.

***

Erca (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang