Chapter 19 - Saling Melengkapi

896 48 0
                                    

Seragam Pramuka pasti tidak akan lengkap jika tidak ada hasduknya. Begitupun hati ini, yang tak akan lengkap tanpa kehadiranmu.
~

“Gua enggak paham,” keluh Erlin sembari mengembuskan napasnya dengan lelah.

Tak hanya Erlin, tapi hampir sebagian teman kelasnya itu juga satu nasib dengan Erlin. Tak paham sama sekali. Entah kemana mereka semua saat Pak Wendi menjelaskan materi ini—hingga membuat mereka semua kebingungan saat mengaplikasikannya. Argh, namanya juga manusia, pasti ada masa kelupaannya kan?

“Ihhh, ini gimana sih, gua enggak ngerti Ibu Krani. Gua ngopy punya lo aja yah yah,” ucap Dira menggebu-gebu sembari menggoyang-goyangkan kursi Erlin dengan brutalnya.

Erlin langsung menepis kedua tangan Dira yang bertengger manis di atas bangkunya itu dengan kerasnya. “Apaan sih. Berisik banget lo toa,” ucap Erlin dengan jengkelnya. “Noh lihat, kalau Putri aja enggak ngerti mana bisa gua ngerti Diraku sayang,”

Dira langsung mencebikkan bibirnya seketika. “Ya kan lo srikandi sini, siapa tahu aja gitu dapat ilham dadakan makanya bisa ngerjain tugas ini,” ucap Dira dengan lirihnya.

Erlin langsung membalikkan badannya hingga bisa menatap Dira dengan tajamnya. “Lo pikir gua lagi semedi apa hah?” tanya Erlin dengan geramnya.

Teman satu kelas Erlin hanya terkekeh melihat tingkah dua sahabat yang tak bisa diam itu dengan gelinya. Sudah menjadi hal lumrah bagi Erlin dan Dira untuk setiap harinya mendebatkan hal unfaedah yang entah apa untungnya. Tapi—lain lagi dengan cowok yang tengah duduk anteng di barisan paling belakang. Ia tentu sudah menahan dirinya mati-matian untuk tidak menggeplak kepala Erlin juga Dira yang sungguh mengganggu konsentrasinya.

“Kapan sih lo bisa jadi cewek pendiam yang enggak ngribetin orang hah?”

Tak hanya Erlin, tapi hampir semua teman satu kelas itu pun terlonjak kaget begitu melihat Alvi menarik bangku kosong tepat di samping Erlin mendekat ke bangku Erlin. Tak hanya tingkahnya yang mengejutkan, tapi intonasi suara yang tak bisa dibilang pelan itu pun sukses membuat mereka heran—apalagi, melihat kedua tangan Alvi yang bergerak dengan lincahnya di atas keyboard tanpa mempedulikan bahwa jarak wajah mereka itu tak bisa dibilang jauh—sangat dekat malahan.

***

“Astaga, boleh enggak sih ini gua teriak Ibu Krani?” ucap Dira dengan semangat menggebu-gebunya.

Cuaca yang hari ini memang sudah panas langsung bertambah panas begitu mendengar pekikan Dira yang begitu semangatnya. Bukanya menenangkan rekannya yang entah kerasukan apa itu, Putra—yang entah sejak kapan duduk di samping Dira justru langsung bersorak saking penasarannya.

Yah, di sinilah Erlin berada. Tribun lapangan melihat para senior dan juniornya yang tengah bertanding basket menunggu jam istirahat. Dan kebetulan lab—yang tadi disinggahi kelas Erlin tepat berada di samping lapangan. Karena tugasnya sudah selesai, jadi Pak Wendi dengan segala keikhlasannya membiarkan anak didiknya itu istirahat duluan. Lagipula, ia juga memiliki tugas penting yang membuatnya harus menitipkan tugas pada kelas Erlin tadi. Dan kebetulan lainnya adalah, kelas yang saat ini tengah berolahraga adalah kelas Putra—dan kelas Gavin.

“Mau teriak tinggal teriak aja sih. Kebetulan ini di lapangan loh,” sahut Putra dengan nada acuhnya. “Emangnya ada apaan sih? Ada diskon di mall yang pengin banget lo datengin?” tanya Putra menebak asal.

Tangan Dira langsung bergerak-gerak tidak menentu sangkin senangnya. “Ini lebih dari sekedar diskon Put. Ini lebih wah lagi," jawab Dira dengan exitednya. “Lo tahu kan? Alvi sama Erlin itu udah kayak tikus sama kucing. Nah, enggak ada angin enggak ada hujan, Alvi itu sekarang jadi lengket banget sama si Ibu Krani. Dia yang dulunya malesnya minta ampun kalau dikasih tugas—eht, tadi malah dengan sukarelawan ngajarin Erlin. Pakai deket-deket segala lagi. Enggak tahu apa yah dia, kalau cewek satu kelas itu dag dig dug lihatnya. Nih lihat-lihat,” lanjutnya semangat sembari menunjukkan sesuatu ke arah Putra.

Erca (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang