Chapter 26 - Kehidupan Seorang Pramuka

897 49 0
                                    

Seorang pramuka pasti akan merasa bebas saat berada di dunianya, begitu juga dengan namamu yang bebas terngiang-ngiang dalam hati ini.
~

Alvi mengembuskan napasnya dengan kasar. Walau biasanya dia tidak memiliki semangat berlebih saat datang ke sekolah, sekarang ia justru lebih tidak semangat lagi membuka matanya. Memangnya untuk apa ia membuka matanya, toh seseorang yang menjadi penyemangatnya kini tak berada di sisinya.

Sial. Ternyata Alvi jadi sebucin ini hanya karena seorang cewek.

Dipandanginya teman satu kelasnya yang sedang sibuk dengan tugasnya itu dengan seriusnya. Dan Alvi tak sedikit pun mempunyai inisiatif untuk mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan setelah bel berbunyi nanti. Mau mengerjakan bagaiamana, dia saja tidak paham dengan materi yang justru menambah rumit pikirannya yang memang dari satu hari lalu sudah ruwet karena ditinggal bertugas kan?

“Kok lo santuy-santuy kaya di pantai aja sih Vi? Ini bentar lagi bel bunyi loh,” tegur Alif dengan mengerutkan keningnya.

Handi yang duduk tepat di depan Alvi pun langsung menolehkan kepalanya sejenak. “Gimana mau ngerjain tugas, udah kehilangan gairah hidup ini orang. Maklum, lagi ditinggal ibu presiden Al.” jawab Handi dengan senyum miringnya.

“Kira-kira Erlin lagi ngapain yah sama si Cakra? Lagi berduaan sama Cakra kali yah. Aduh, kayaknya kok sweet banget tahu enggak sih kencan di Buper. Bapernya dapet, senengnya apalagi. Bisa-bisa pulang dari Buper udah offical mereka berdua,” Entah datang darimana, Dira sudah duduk di samping Handi yang bangkunya sedang kosong itu memeriahkan ejekan yang berhasil membuat Alvi panas sendiri.

Alif dan Handi yang awalnya terkejut dengan kedatangan sohib Erlin yang begitu tiba-tiba itu pun kini langsung menarik sudut bibirnya seketika—meyetujui tebakan Dira yang semoga saja tepat sasaran.

Alvi langsung mendengus seketika. Ternyata semenderita ini menjadi korban ceng-cengan teman kelasnya sendiri. Tak tahukah mereka jika Alvi tengah menahan dirinya mati-matian agar tidak menyusul seseorang itu saat ini juga? Jika tidak, harusnya mereka tidak perlu mengompor-ngompori hatinya agar tidak langsung cus ke tempat perkara kan?

“Bacot declh lo bertiga,” ucap Alvi dengan sinisnya. “Bodo amat kali yah mereka berdua lagi ngapain. Lo pikir dia itu siapa sih sampai buat gua kehilangan gairah hidup. Teman aja bukan, musuh lah baru iyha.” lanjutnya pura-pura cuek.

Tawa Alif langsung tedengar seketika. “Omongannya aja bodo amat, tapi hatinya rindu berat cuyyy,”

Handi langsung menaik-turunkan kedua alisnya kemudian. “Cuek sama kegiatannya, tapi hatinya mah kepo bener mereka habis ngapain aja gengs,”

Kekehan Dira langsung terdengar di kedua telinga masing-masing penghuni kelas TAV A yang kebetulan menjadi sunyi senyap itu. “Teman aja bukan, tapi kalau musuh kok cinta sih. Lemah boy,”

“Sialan.”

***

Erlin kembali menggosokkan kedua tangannya guna mengurangi rasa dingin yang sedari tadi tak kunjung raib dari tubuhnya. Hidup di kota benar-benar membuat Erlin terbiasa dengan hawa panas yang terkadang membuatnya mengeluh tiada hentinya. Jadi yah begini, walaupun bukan pertama kalinya Erlin mengikuti kegiatan pramuka di outdoor, tapi tetap saja ia tak bisa mengelak rasa dingin yang sungguh membuatnya ingin sekali menggelung dirinya dalam kungkungan selimut. Dan sayangnya lagi, di sini tak ada satu pun anak yang membawa selimut. Benar-benar nikmat kan?

“Eht,” Erlin langsung memekik kaget kala sesuatu sudah tersampir di atas bahunya dengan tiba-tiba.

“Kalau dingin kenapa enggak pakai jaket sih?” protes seseorang yang entah sudah kesurupan setan apa sehingga membuatnya jadi sehangat ini terhadap sosok Erlin sejak kemarin.

Erca (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang