Chapter 3 - Cakra Gila

1.8K 93 1
                                    

Balok laksana atau kamu? Aku lebih memilik balok laksananya, karena obsesi untuk memilikimu itu jauh lebih berbahaya.

~

"Erlin, tolong panggilkan Cakra untuk menemui saya di ruangan yah." perintah Pak Ahmad, Pembina Pramuka Putra di SMK Tunas Bangsa.

"Hmmm pak, gedung kelas kita kan berseberangan, bapak coba minta tolong Fendi aja yah," bujuk Erlin kemudian, pasalnya Erlin masih merasa kesal pada cowok itu. Ogah banget kan kalau harus ketemu dia?

"Yah, sayangnya enggak bisa Erlin. Ada urusan penting yang harus bapak bicarakan dengan Cakra sekarang juga. Boleh ya?" kekueh Pak Ahmad tak mau kalah.

Erlin pun hanya bisa menghela napasnya dengan kasar sebelum mengatakan, "Iyha deh, boleh pak." dengan terpaksanya.

Erlin langsung melangkahkan kakinya dengan berat hati seakan ada beban berat yang mengikat pada sepasang kakinya itu kala kakinya mulai melangkah menuju kelas Cakra, XI TKR B yang ada di gedung seberang. Inilah yang paling Erlin benci, bertemu sekumpulan cowok TKR yang kebanyakan itu wah, kelakuannya.

"Eht, ada neng Erlin nih."

"Ish, ada bidadari nyasar woyy."

"Njir, mata gua baru dapat asupan gizi nih."

"Ck, mimpi apa gua semalem bisa ketemu bidadari seberang nih."

Yah, seperti itulah bisikan-bisikan yang terdengar kala Erlin melewati kelas TKR, kelas yang notabennya berisi para cowok. Dengan memasang wajah jutek nan bodo amatnya itu, Erlin bergegas melanjutkan langkahnya menuju kelas XI TKR B yang ada di kelas selanjutnya. Tak dihiraukannya siulan-siulan ataupun gombalan-gombalan yang membuatnya ingin melayangkan jotosan mautnya pada sekumpulan cowok bermuka genit itu.

Tok tok tok

Semua penghuni yang ada di kelas XI TKR B itu seketika menoleh ke arah pintu.

"Hmmm permisi, Cakranya ada?" tanya Erlin mendadak jadi gugup seketika. Biasanya, diperhatikan seluruh penghuni SMK Tunas Bangsa rasanya berbeda jauh dengan ditatap secara langsung oleh anak TKR yang notabennya berisi para cowok ini.

Merasa tak mendapat respons sama sekali, Erlin mencoba berdehem untuk menyadarkan semuanya.

Ekhem

Mendadak, semua cowok di kelas itu pun langsung mengerjap dan salah tingkah kemudian, ada yang cengengesan, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal atau bahkan ada yang sok sibuk setelahnya.

"Eht Cakra ya, ada kok ada." jawab salah satu cowok yang ada di kelas itu.

"Cak itu tuh dicariin cewek lo." ucap seorang cowok.

'Cewek lo', Cakra yang tengah sibuk dengan handphone-nya itu langsung menoleh ke arah si cowok dengan tatapan tajamnya.

Mendapatkan tatapan tajam apalagi dari seorang Cakra, cowok itu langsung menurunkan bahunya merasa was-was. "Eht, maksud gua dicariin Erlin Cak." jelasnya.

Tanpa menunggu lanjutan kalimat dari cowok itu, Cakra langsung menyaku handphone-nya dan beranjak menghampiri Erlin yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah datar nan dinginnya.

"Disuruh Pak Ahmad nemuin di ruangannya." jawab Erlin tanpa menatap Cakra sedikit pun.

"Buat?" tanyanya lagi sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Mana gua tahu, kalau bisa lo cepet nyamperin Pak Ahmad katanya." jawabnya sembari membalikkan badannya hendak pergi dari kelas itu. Tapi belum sempat ia melangkahkan kakinya, seseorang lebih dahulu menahan bahunya hingga mau tak mau membuatnya menoleh ke belakang.

Erca (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang