Seperti layaknya Persami yang memiliki tahapan kegiatan tersendiri, begitu juga dengan hati yang memiliki tahapan dari yang cuek luar biasa menjadi peduli tak terkira.
~Jam baru saja menunjukkan pukul 05.45, tapi Erlin sudah siap dengan seragam pramuka lengkapnya. Yah, hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Erlin. Persami. Kegiatan kedua yang berhasil membuat Erlin menemukan sosok dirinya yang baru. Dirinya yang tentu saja berbeda dari masa lalunya. Dimasukkannya kotak bekal yang sudah ia siapkan tadi pagi ke dalam tasnya. Yah, dia sengaja menyiapkan bekal takut-takut rekannya ada yang belum sarapan karena terlalu sibuk mempersiapkan kegiatan.
“Kak Elin.” panggil Agam dengan muka bantalnya. Ia bahkan berjalan sempoyongan karena baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Ia langsung naik ke pangkuan Erlin yang tengah mengemasi bekalnya tanpa peduli seragam kakaknya yang bisa saja kusut karena tingkahnya itu.
Melihat adiknya yang masih memejamkan matanya begitu duduk di pangkuannya itu, Erlin langsung menyunggingkan senyum lebarnya. Diusapnya pelan puncak kepala Agam hingga membuat adiknya itu bergerak gelisah mencari tempat ternyaman dalam pangkuan kakaknya. “Kenapa sayang?” tanya Erlin sedikit berbisik.
“Agam mau ikut.” jawab Agam tak kalah lirihnya.
“Kakak kan mau pergi ke sekolah. Nanti juga pulang kalau udah selesai. Nanti Agam main sama Andi lagi yah biar Agamnya enggak sendirian.” jawab Erlin dengan tenangnya.
“Tapi Agam pengin ikut.” rengek Agam dengan puppy eyes-nya.
“Nanti kalau kakak udah pulang kita main bareng yah, Agam d isini aja.” bujuk Erlin sembari mengusap kepala Agam dengan lembutnya.
“Ayo Agam sama bibi aja, biarin kakak sarapan yah. Itu kakaknya udah ditunggu temennya loh di depan.” ucap Bi Inah sembari mengambil alih Agam dari pangkuan Erlin.
“Temen, siapa Bi? Dira?” tanya Erlin mengerutkan keningnya.
“Bukan non Dira, ini cowok non. Tadi bibi suruh buat masuk katanya lagi buru-buru.” jawab Bi Inah sembari menyuapkan sesendok makanan kepada Agam.
Mendengar kata buru-buru, entah kenapa Erlin langsung gemetaran seketika. Refleks, ia langsung meminum susu cokelatnya dengan tergesa-gesa, dan menyambar tasnya sedetik kemudian.
“Erlin berangkat dulu bi.”
***
Weekend. Seharusnya Erlin menghabiskan weekend-nya ini untuk beristirahat melepas lelah setelah penat satu minggu menghadapi KBM yang berhasil menguras tenaga dan otaknya. Dan seharusnya, weekend-nya ini ia habiskan bersama adik tercintanya, siapa lagi jika bukan Agam. Tapi sayang seribu sayang, di sinilah Erlin berada. Duduk manis sembari memperhatikan juniornya yang tengah diberi materi oleh Pak Ahmad. Yah, upacara pembukaan telah berlalu dan sekarang jadwalnya pematerian. Waktu di mana para caba atau calon bantara akan diberi materi untuk persiapan kegiatan yang selanjutnya.
Tampak beberapa caba tengah memperhatikan dengan serius materi yang diberikan oleh Pembina Pramuka itu, dengan sesekali jemarinya bergerak menggoreskan tinta di atas buku kecilnya. Dan tampak juga beberapa Bantara lainnya yang tengah sibuk hilir mudik mempersiapkan kegiatan. Entah mempersiapkan perkap, ataupun menghubungi orang terkait di kegiatan selanjutnya. Dan Erlin cukup tersanjung dengan semangat para rekannya yang tak pernah surut itu, terus membara bak api unggun yang terus membumbung tinggi ke atas awan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erca (COMPLETED)
Teen FictionPramuka? Lelah, letih, capek dan tentunya banyak pengalaman. Kata siapa anak pramuka cuma bisa PBB, Satya Dharma, ataupun sandi-sandi? Karena nyatanya, anak pramuka juga manusia. Yang punya kehidupan masing-masing dengan seribu lika-liku perjalanann...