We Fight

272 49 2
                                    

~We Fight~

Byun Baekhyun
Kim Hana




Hari itu Hana tahu EXO akan ke gedung SM. Mereka ada jadwal diskusi dan latihan untuk konser di Singapure. Kabar ini Hana dapatkan setelah dirinya menanyakan jadwal EXO langsung pada manajernya. Dalam satu Minggu terakhir, hanya hari inilah kemungkinan Hana bisa menemui Baekhyun.

Harus sampai seperti inikah Hana hanya agar bisa bicara dengan Baekhyun? Ya~ Ini sudah hampir seminggu dan Hana tidak tahan lagi.

Hana menunggu hingga urusan EXO selesai sore itu. Tentu saja dia tidak berniat menginterupsi latihan mereka hanya untuk berbicara dengan Baekhyun. Jadi ia benar-benar diam tepat di depan ruang latihan.

Shim Jaewon, salah  satu koreografer SM adalah yang pertama kali keluar dari ruangan itu. Laki-laki itu langsung berhenti begitu membuka pintu karena melihat Hana. Gadis itu sedang bersandar di dinding seberang pintu ruang latihan.

"Hana-ssi, sedang apa disini?"

Hana menegakan tubuhnya. Sepertinya waktu latihan EXO sudah selesai. Akhirnya.

"Aku sedang menunggu seseorang."

"Ah." Sepertinya Jaewon bisa tebak siapa orangnya.

Dan orang itu adalah yang sekarang keluar selanjutnya dari ruang latihan. Baekhyun keluar dari sana dengan Sehun dibelakangnya lalu beberapa member juga terlihat.

"Sedang apa Nuna disini?" Sehun mengajukan pertanyaannya dari balik punggung Baekhyun. Tapi tidak terjawab karena Hana lebih dulu bicara pada Baekhyun.

"Kita perlu bicara." Katanya dingin. Matanya menatap lurus tepat pada Baekhyun. Hana kalau seperti ini memang sedikit menyeramkan.

Baekhyun telihat menarik nafas sejenak. "Najungae, Hana-ya."

Hana langsung menatap sinis.

"Eonjae?!"

Baekhyun tidak menjawab. Entah kapan ia bisa membicarakan masalah yang terjadi belakangan ini. Jangankan berbicara dengan Hana, berbicara dengan member dan staff saja Baekhyun sulit untuk fokus belakangan ini. Terlalu runyam. Inginnya dia diam dan menjauh dari orang-orang untuk sementara waktu, tapi pekerjaan membuat itu tidak memungkinkan.

"Jebal." Hana kembali bersuara. Kenapa dirinya harus sampai memohon seperti ini sih. Hana hanya ingin bicara.

Tapi untuk Hana, walaupun kata-katanya memohon, gadis itu jelas-jelas terlihat kesal. Sepertinya memang Baekhyun harus menuruti Hana kali ini.

Hana dan Baekhyun kini berada di balik pintu menuju tangga darurat. Tempat ini memang yang terdekat untuk memberi mereka sedikit privasi.

"Kenapa kau menghindariku?" Hana to the point saja.

Tapi tidak langsung dapat jawaban. Baekhyun please.

"Kau bahkan tidak mau menjawab pertanyaanku?" Tutur Hana penuh kekesalan.

"Hana-ya." Baekhyun mulai bicara. Berusaha tenang saat Hana kini mulai emosi. "-Ini sulit."

"Nado himdeuro!" Seru Hana seketika. "Aku dapat cacian dari sana sini, Baek. Bahkan aku bukan publik figure, mereka tidak berhak menilaiku seenaknya. Aku tidak seharusnya diperlakukan seperti ini. Kenapa aku harus menerima konsekuensi seperti ini?" Hana agak  meninggikan suaranya, nafasnya terasa berat karena menahan emosi. "-Tapi memangnya aku peduli?" Katanya kemudian.

"Mianhae." Sungguh bukan ini yang ingin Hana dengar dari Baekhyun.

Hana membuang nafas beratnya. Bahkan mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

"Kau sungguh tidak mengerti ketika aku bilang aku berteman baik denganmu dan tidak peduli dengan apa pun? Kenapa kau malah menghindariku seperti ini?" Suara Hana bergetar.

Baekhyun menatap Hana, dan bohong kalau Baekhyun baik-baik saja melihatnya seperti ini.

"Mianhae. Aku rasa saat ini kondisinya tidak baik untuk kita saling bertemu dulu. Aku tidak ingin kau lebih dirugikan gara-gara kau berada disekitarku."

"Sudah terjadi ko. Dan kau tahu bahkan bagiku lebih sulit ketika kau menghindari ku begini. Byun Baekhyun kau harusnya tahu, aku tidak suka kau seperti ini!"

Air mata Hana pun jatuh. Lagi-lagi kenapa dirinya harus menangis di depan Baekhyun? Terlebih lagi kenapa ia harus menangis hanya kerena Baekhyun. Kenapa dengan dirinya? Ini semua tentu karena Baekhyun adalah orang penting baginya. Harusnya Baekhyun tahu itu.

Hati Baekhyun pun terluka melihat Hana menangis, dan itu karena dirinya.

"Hana, uljimayeo jebal." Kata Baekhyun lirih dan maju selangkah untuk menghapus air mata Hana.

Tapi Hana menepisnya.

Gadis itu menarik nafas beratnya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Dweseo! Kalau kau memang mau terus menghindariku seperti ini, silahkan. Lakukan saja semaumu." Hana kesal. Lebih kesal lagi ketika nyatanya dia menangis karena Baekhyun. Ia tidak mengekspektasikan ini akan terjadi. Air matanya barusan diluar kendalinya. Ia terlalu emosional.

Hana menghapus kasar air matanya, lalu mencoba mengontrol mukanya agar orang tidak menyadari ia habis menangis. Ia kemudian membuka pintu tangga darurat dengan kasar. Diujung sana masih terlihat beberapa orang yang tidak lain adalah member masih di depan pintu latihan. Mereka terlihat kaget. Tentu saja mereka khawatir, tapi tetap berusaha untuk tidak ikut campur.

Hana tidak sedang mood untuk menyapa mereka. Jadi ia memilih pergi. Dan juga meninggalkan Baekhyun begitu saja.

-

Baekhyun benar-benar tidak bisa diajak bicara setelah itu. Sepulangnya ke dorm dirinya langsung ke ruang tidurnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di kursi depan komputer. Mungkin bermain game akan membuat Baekhyun melupakan sejenak apa yang terjadi hari ini dan beberapa hari belakangan.

Tapi jangankan main game. Untuk sekedar menyalakan komputer saja, Baekhyun tidak punya energi. Ia menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi. Kepalanya yang terasa nyut-nyutan menengadah ke langit-langit kamar, matanya terpejam. Ah ia lelah.

Kenapa masalah seperti ini kembali menimpanya?

Baekhyun tahu ini adalah konsekuensi dari pekerjaannya. Tapi ternyata ia masih belum bisa menghadapi masalah ini dengan baik. Ia masih sangat terganggu dengan komentar sinis orang-orang yang terhadapnya. Dikatai penghianat, dikatai tukang main perempuan, dikatai memanfaatkan anak bos, belum lagi umpatan-umpatan yang ditujukan padanya.

Tapi yang lebih membuat takut adalah hal itu terjadi juga pada Hana. Pekerjaannya ini juga berkonsekuensi pada orang-orang disekitarnya. Dan Baekhyun tidak tahu harus melakukan apa.

Sesulit inikah untuk sekedar berteman. Sampai kapan? Ia hanya ingin merasakan berteman juga sebagimana normalnya manusia pada umumnya. Tidak bisakah?

Tadinya menghindari Hana adalah keputusan yang baik menurutnya. Baekhyun hanya tidak mau masalah semakin rumit. Itu saja. Tapi ternyata justru itulah yang menyakiti Hana. Dirinyalah yang sebenarnya menyakiti Hana.

Kenapa jadi serba salah sih?

"Baek." Suara manajer menginterupsi lamunannya.

Baekhyun berbalik dari kursinya. "Kenapa Hyung?"

"Kau harus tidur, karena besok harus bangun pagi dan berangkat ke Singapure."

Dan sialnya. Disaat ia ingin rileks sejenak. Ia tetap harus bekerja secara profesional. Tidak ada jeda untuk dirinya. Sebesar inilah Baekhyun harus membayar untuk segala popularitas yang ia dapatkan.

To be continued

FF At Close - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang