Chapter 34 - Kerjasama

585 106 54
                                    

"Sehun, apa kau benar-benar tidak menyadari jika suatu hari mereka yang ada di sekitarmu akan saling menghilangkan kehidupan orang lain hanya untukmu?"

.

Sehun mematung pada posisinya. Matanya yang terbuka tidak menunjukkan sedikitpun kedipan ketika mengantar kepergian Luhan hingga tidak tampak oleh matanya. Bibirnya tampak sedikit terbuka, dan entah bagaimana keadaannya saat ini, dia cukup merasakan jika seluruh otot-otot tubuhnya terasa lumpuh karena pikirannya tiba-tiba kosong. Ucapan Luhan tadi, benar-benar membuat seluruh kerja di tubuhnya terhenti tiba-tiba.

Nafas Sehun yang sebelumnya bekerja dengan normal semakin lambat. Dan entah karena apakah itu, bulir-bulir air mata tampak menetes menyentuh pipinya tanpa ijinnya. Di saat itulah, seluruh kerja tubuhnya mulai kembali. Pikirannya mulai berfungsi walaupun gerakan matanya masih belum tampak hingga dia membiarkan bulir-bulir air mata itu menetes seperti air terjun di sela-sela bulu mata indah bagian bawah miliknya.

Hidung mancung yang sebelumnya terlihat berwarna putih mulus itupun mulai memerah, diikuti sebuah isakan pelan keluar dari sela-sela bibirnya.

"Sudah kubilang aku hanyalah sebuah bencana" bisik Sehun pada dirinya sendiri. Kepalanya menunduk, sedangkan tangannya terkepal erat di samping kanan kiri tubuhnya. "Tidak peduli apakah jiwa Willis bangkit ataupun tidak, aku hanyalah bencana bagi semua orang. Jika saja aku tidak pernah ada di kehidupan sebelumnya ataupun sekarang, semua itu tidak akan pernah terjadi. Baik kejadian di kehidupan sebelumnya ataupun yang akan datang, mereka semua akan menjalani kehidupan yang baik tanpa campur tangan dariku"

"Sehun? Dimana yang lainnya?"

Seketika, Sehun menarik nafasnya panjang. Tangannya bergerak cepat untuk menghapus air mata yang sebelumnya menetes dan senyuman penuh keterpaksaan segera dia perlihatkan kepada laki-laki yang baru saja mengeluarkan sebuah pertanyaan untuknya. Walaupun begitu, sisa-sisa air mata yang terlihat di sekitar wajah dan juga matanya tidak bisa dengan mudah menyembunyikan kesedihannya. Apalagi hidungnya yang terlihat lucu dengan warna merah.

Dan bukannya merasa bersimpati dengan keadaan Sehun saat ini, laki-laki itu justru terkekeh, kemudian berjalan mendekati Sehun tanpa perasaan berat. Dia segera meraih tubuh Sehun yang jelas-jelas lebih tinggi darinya itu agar bisa merasakan pelukan hangat yang begitu tulus darinya. Pukulan pelan diberikan laki-laki itu pada punggung Sehun untuk menunjukkan jika saat ini dia cukup mengerti bagaimana perasaan Sehun. Ya, dia cukup mengerti, tahu dan menyadarinya.

"Aku tidak tahu apa yang sebelumnya terjadi hingga kamu menangis seperti ini. Melihat dari ekspresimu, sepertinya sesuatu itu membuatmu sakit" ucap laki-laki itu mencoba berpura-pura tidak tahu.

"Kakak Lay...." panggil Sehun disertai sebuah isakan pelan. "Jika aku benar-benar kehilangan kehidupanku, bisakah semua ini berakhir bahagia?" tanya Sehun menyandarkan dagunya di pundak Lay. Sehun terlihat bergerak membalas pelukan Lay. Tidak ada yang mengerti perasaannya saat ini, dan dia berharap banyak untuk Lay bisa menyadari bagaimana perasaannya saat ini. Hanya Lay saja. Cukup Lay. Sehun tidak ingin banyak orang yang mengerti tentang perasaannya saat ini, yang dia butuhkan hanyalah satu orang. Dan orang itu adalah Lay.

"Mereka akan marah jika mendengar ini lagi darimu" bisik Lay. "Sehun, tidak peduli apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, yang perlu kamu lakukan saat ini adalah menikmati kehidupanmu. Mengenai apa yang terjadi nanti, semua itu sudah tertuliskan di dalam buku takdir. Tentang kehidupan orang-orang yang telah hilang, jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri. Semua itu hanyalah kebetulan dari sebuah tragedi yang ditunjukkan tepat di hadapanmu"

"Apa yang dikatakan Luhan-"

"Dia hanyalah makhluk mythic yang mulai terobsesi terhadapmu" potong Lay melepaskan pelukannya dan meraih rahang Sehun. Tangkupan yang lembut dia berikan pada rahang Sehun, hingga membuat kepala Sehun saat ini menunduk untuk melihatnya. Setelah beberapa saat terdiam dan saling menatap satu sama lain, Lay menghela nafasnya kasar dan membuang muka. "Sial, siapa yang tidak akan terpesona bahkan terobsesi padamu. Jika aku terus melihatmu seperti ini, bisa-bisa aku juga akan masuk ke dalam pesonamu" gumam Lay melepaskan tangkupan tangannya pada rahang Sehun.

[COMPLETE] GEEST ZWAARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang