Sebelumnya, maaf apabila ada kalimat yang kurang tepat dan kesalahan lainnya. Karena untuk sementara ff ini dibuat oleh single author(?), jadi akan banyak kata/kalimat yang sedikit berbeda dari kata/kalimat di chapter sebelumnya.. Maaf untuk ketidaknyamanannya. 🙏
.
"Terima kasih, Chanyeol"
.
Chanyeol terdiam. Tangan Chanyeol menggenggam tangan Sehun erat, melihat dengan jelas bagaimana luka akibat tusukan pedangnya itu perlahan menutup. Gerakan menakutkan kulit putih Sehun yang menutup luka itu memasuki manik mata Chanyeol, menjatuhkan setiap gerakan kecil dari bayangan itu ke dalam manik mata gelapnya. Air mata yang tidak berhentinya menetes sejak Sehun kehilangan kesadarannya itu masih saja keras kepala untuk membasahi pipi Chanyeol. Kecupan demi kecupan yang di berikan pada tangan digenggamannya itupun tidak bisa dia hentikan.
Chanyeol mengharapkan cara lain agar laki-laki di depannya ini bisa kehilangan jiwa legendanya tanpa harus menyakitinya seperti ini. Chanyeol sama sekali tidak berharap lebih pada diri Sehun. Yang dia inginkan adalah Sehun, Willisnya. Bukan jiwa legendanya itu.
Walaupun pada kenyataan saat ini jiwa yang Chanyeol inginkan adalah milik Willis sang geest zwaard, tapi keinginan Chanyeol untuk menjalani kehidupan damainya dengan Sehun sangat dia harapkan. Chanyeol tidak menginginkan lebih. Setelah Chanyeol bisa lulus dari akademi ini dengan Sehun yang bisa mengendalikan semuanya dengan baik, Chanyeol berpikir akan membawa Sehun dalam perjalanan bersama. Menjalani kehidupan berdua yang bahagia tanpa sedikitpun rasa takut saling kehilangan.
Seperti di kehidupan sebelumnya, Chanyeol akan meminta restu Suho dan jika memungkinkan Chanyeol juga akan meminta restu pada Lay yang merupakan ibu kandungnya di kehidupan sebelumnya. Tidak peduli apakah mereka akan akan merestui pernikahannya dengan Sehun, Chanyeol akan membawa Sehun pergi dan mencoba mencegah hal-hal buruk lainnya akan terjadi di kehidupan mereka yang akan datang. Termasuk tentang pertumpahan darah dengan saudara seperguruannya.
Chanyeol cukup yakin, jika pertumpahan darah dan kehidupan mereka akan berakhir seperti apa yang telah diucapkan beberapa orang sebelumnya. Tapi untuk kali ini saja, Chanyeol tidak ingin membuat Sehun semakin frustasi hanya karena memikirkannya dan murid-murid gurunya yang lain.
GREP
Genggaman di tangan Chanyeol tiba-tiba menunjukkan sebuah respon saat Chanyeol tersesat dalam lamunannya. Tangan putih itu meremas tangan Chanyeol diikuti gerakan pelan dari bulu mata panjang milik Sehun. Selain itu, igauan tidak jelas dan juga cukup nyaman didengar telinga memasuki indera pendengaran Chanyeol, membuat Chanyeol kembali dalam kesadarannya.
"Sehun?" panggil Chanyeol dengan suara seraknya yang mengeluarkan nada kelegaan di dalam suaranya.
Mendengarkan panggilan pelan dari sisinya, Sehun menolehkan kepalanya dan mendapati sosok yang sejak beberapa jam lalu telah duduk menunggunya tersadar saat ini menatapnya dengan ekspresi khawatir. Bahkan Sehun yakin masih bisa melihat sisa-sisa air mata yang sengaja disembunyikan darinya itu masih menempel di pipi Chanyeol. Menghela nafas keras, Sehun tidak tahu harus seperti apa setelah ini. Sehun cukup lelah. Sesuatu di dadanyapun masih terasa sangat sakit walaupun tidak seperti sebelumnya.
"M-maafkan aku. Percayalah, ini akan menjadi terakhir kalinya aku menusukmu dengan pedangku. A-aku-"
"Jangan menjanjikan hal seperti itu. Jika kau menjanjikan hal seperti itu dan menggantikannya dengan jiwamu, aku akan menolak dengan keras!" teriak Sehun kemudian. Wajahnya yang sebelumnya tampak seperti kanvas itu memerah, seperti kain kanvas yang masih baru dan menerima tetesan kecil cat air berwarna merah di atasnya. "Aku menolak, hks" mata Sehun berair. "Aku menolak"
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] GEEST ZWAARD
FanfictionGEEST ZWAARD REUPLOAD CERITA DARI 2019 (BL/AllxHun) (Fantasy/Adventure/Action/Thriller/Yaoi/Romance/etc) Terlahir dari sepasang radice terkuat tidak membuat Sehun berbangga diri. Pasalnya, diantara keluarganya hanya dirinya yang bukan merupakan seor...