Chapter 39 - Benang Merah

512 91 67
                                    

O(≧▽≦)O Terima kasih yang sudah voment di chapter sebelumnya

.

"Apa kalian sudah selesai berbicara?"

.

Melihat Sehun menggenggam tangan Tao, Chanyeol tidak sedikitpun menunjukkan ekspresi cemburu seperti biasanya. Dia justru berjalan mendekat dengan setumpuk benda sihir yang diambilnya dari rozmery milik Suho agar segera diletakkan di dalam kamar Sehun. Walaupun matanya sering jatuh pada untaian tangan Tao dan Sehun, dia tidak mengeluarkan sedikitpun kekesalannya.

Angin yang berhembus mengenai wajahnya membawa helaian rambutnya untuk bergoyang dan memainkan wajahnya, membuat pandangan Sehun teralih dari wajah Tao. Secara tidak sadar, Sehun melepaskan genggaman tangannya pada Tao dan mengawasi apapun yang saat ini dilakukan oleh Chanyeol, sehingga suasana di kamarnya tampak hening, meninggalkan bunyi angin yang entah kenapa terdengar lebih keras dari kenyataannya.

Satu kali kedipan, dua kali kedipan, Sehun masih menunggu sosok Chanyeol agar menatap ke arahnya lalu memperhatikannya. Tapi, sepertinya Chanyeol kali ini memiliki kesibukan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Benda-benda sihir yang sebelumnya Chanyeol bawa tampak terpisah, seakan-akan Chanyeol memilahnya sesuai dengan kegunaannya di waktu yang akan datang.

"Aku pergi dulu. Sampai jumpa di turnamen beberapa hari lagi" pamit Tao mengacak rambut Sehun pelan sebelum meninggalkan dua laki-laki lainnya yang mengeluarkan keinginan untuk saling berkomunikasi.

Rasa tidak rela harus pergi dari kamar Sehun jelas terasa di dalam hati Tao, tapi mau bagaimanapun dia ingin untuk tetap tinggal, laki-laki lainnya jelas memiliki kepentingan lainnya dengan Sehun yang tidak harus dia ketahui. Oleh karena itu, memikirkan banyak waktu luang setelah turnamen beberapa hari ke depan, Tao memilih mengakhiri percakapannya dengan Sehun dan keluar dari kamar Sehun dengan helaan nafas kerasnya.

"Bagaimana menurutmu? Aku sama sekali tidak menunjukkan ekspresi cemburu seperti apapun pada laki-laki tadi, bukan?" gumam Chanyeol mengangkat dadanya, ingin menunjukkan pada Sehun jika kali ini dia cukup pandai menyembunyikan rasa cemburunya. Ya, tentu saja dia harus menekan semua rasa cemburu itu dalam rasa sakit dan juga keinginan untuk memusnahkan semua yang mengganggu hubungannya dan Sehun, tapi tentu saja Sehun akan membencinya jika dia terus-menerus menunjukkan rasa cemburu itu. Maka, untuk saat ini, dan mungkin di waktu yang akan datang, Chanyeol akan mencoba menahan semua rasa cemburunya hanya untuk kebahagiaan Sehun, tidak lebih.

"Justru wajahmu yang seperti itu membuatku sangat takut" gumam Sehun cemberut melihat sebuah benda sihir di tangan Chanyeol.

"Benarkah? Kukira aku hanya bersikap seperti biasanya, aneh sekali jika kau menganggapku seperti itu" ucap Chanyeol berjalan mendekat ke arah Sehun dan mengacak rambut Sehun lembut. "Sial! Berani sekali dia mengacak rambut kesayanganku. Apa dia tidak pernah merasakan bagaimana tangannya dipotong?! Jika bukan karena Master Shion yang melarangku membuat gaduh, laki-laki itu pasti sudah kuhajar sampai mati" geram Chanyeol mengepalkan sebelah tangannya yang baru saja mengacak rambut Sehun.

Sehun menatap jengah Chanyeol, sebelum membawa tangan yang lebih lebar darinya itu ke dalam genggamannya. "Chanyeol, apa kau masuk ke sini hanya karena ingin mengusir Tao?" tanya Sehun mendongakkan kepalanya agar bisa bertemu tatap dengan Chanyeol yang masih berdiri di sisi tempat tidurnya.

Sebelum Chanyeol menjawab pertanyaan Sehun, Chanyeol lebih dulu membalas genggaman tangan Sehun dan merasakan hangatnya tangan digenggamannya. Senyuman lebar 5 jarinya terlihat, begitu menyadari rasa penasaran laki-laki manis di depannya tidak bisa dia abaikan begitu saja, sehingga Chanyeol dengan terpaksa melepaskan tangan Sehun, lalu membawa langkahnya ke arah benda-benda sihir yang tadi dibawanya.

[COMPLETE] GEEST ZWAARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang