01. Awal

10.4K 536 60
                                    

"Di pagi ini, mentari menyambutku untuk tetaplah tersenyum walau keadaan sama sekali tak mendukung" -Kanaya Vinaria

< HAPPY READING >

BUDAYAKAN VOTE!


Kringg....

Bunyi jam alarm Kanaya membuat dirinya terbangun dari tempat tidur, dua detik kemudian Kanaya mematikan benda itu yang sering mengganggu acara tidur nyenyaknya.

"Duh itu jam berisik banget sih gue bakar baru tau rasa" ujar Kanaya kesal dengan mata dalam keadaan masih tertutup, rambut acak acakan dan jangan lupa posisi tidurnya yang dibilang sama sekali tidak masuk akal.

Tiba tiba pintu kamar terbuka munculah sosok wanita yang masih terlihat muda datang untuk menghampiri anaknya

"Kanaya cepet mandi liat sudah jam berapa ini?!" kata Mama Kanaya.

Kanaya yang dalam keadaan mata masih terpejam kini perlahan-lahan terbuka lalu menoleh kepada sang Mama.

"Iya, sekarang Naya mau ke kamar mandi" ujar Kanaya dengan nada malasnya.

Nadya-Mama Kanaya hanya menatap heran anaknya, setelah di lihatnya Kanaya sudah masuk ke dalam kamar mandi, langsung saja ia melanjutkan acaranya di dapur yaitu memasak.

Tiga puluh menit kemudian Kanaya sudah cantik dan rapi, rambutnya yang bergelombang itu di kuncir kuda sehingga terlihat lebih anggun, tidak lupa Kanaya menyemprotkan sedikit parfum ke seragam sekolahnya.

Gadis itu mulai menuruni anak tangga untuk sampai ke bawah, Kanaya yang melihat Papanya sudah rapi memakai pakaian kantor, dengan cepat ia menyapa Papa dan Mamanya.

"Pagi Mama dan Papa!" sapa kanaya bersemangat, Kanaya sudah berada di ruang makan bersama Nadya dan Andre, ah satu lagi jangan lupakan kakak laki-laki Kanaya.

"Pagi juga sayang" sapa Andre dan Nadya berbarengan.

Karena tidak mendengar namanya di sebut oleh Kanaya, Devan-kakak laki-laki Kanaya yang beda satu tahun dengannya mulai berbicara dengan nada tidak terima di karenakan Kanaya tidak memberikan sapaan pagi juga untuknya.

"Kok lo gak nyapa gue juga?" tanya Devan sambil menatap Kanaya.

Kanaya hanya mengangkat bahunya tidak peduli, sebenarnya ia sangat malas berdebat dengan kakaknya itu, terlebih lagi ini masih pagi.

"Emangnya lo siapa gue?" tanya kanaya sambil mendaratkan bokongnya di kursi makan.

"Kakak lo yang paling ganteng lah" ujar Devan dengan cepat seraya merapikan sedikit rambutnya.

"Idih najis. Tapi gue sama sekali gak anggap lo sebagai kakak gue" kata Kanaya dengan nada sinis.

"Oke, awas kalo semisal-" belum sempat Devan menyelesaikan kalimatnya tiba tiba langsung di potong oleh Nadya.

"Ya ampun, pagi-pagi begini kalian udah bertengkar aja, gak capek apa ya?!" pekik Nadya dengan nada emosi. Nadya benar-benar sudah muak jika setiap hari di suguhkan dengan suasana seperti ini.

"Sudahlah Ma, pagi-pagi jangan marah nanti cepet tua loh" Andre yang melihat istrinya berdebat dengan kedua anaknya, langsung saja memberhentikan pertengkaran mereka, memang Papa yang sangat pengertian, Kanaya dan Devan sangatlah bersyukur mempunyai orang tua yang pengertian dan tulus memberikan kasih sayang kepadanya.

"Iya nih Ma, jangan marah-marah lagi liat tuh nambah lagi keriputnya." Nadya yang mendengar ucapan putranya refleks meraba-raba pipinya yang masih mulus.

"Masak sih kak?" tanya Nadya polos.

Kanaya hanya bisa tertawa kecil saat
mendengar ucapan Mamanya yang terlalu mudah di bohongi.

Lima belas menit kemudian akhirnya keluarga kecil itu selesai sarapan pagi dengan tenang setelah keributan yang di ciptakan antara Devan dan Kanaya.

"Yuk berangkat!" ajak Devan kepada Kanaya sambil mengambil tas sekolahnya di kursi makan.

Kanaya yang sudah selesai sarapan dengan langsung mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan diikuti oleh Devan dari belakang.

"Kita berangkat ke sekolah dulu ya!" pamit Kanaya dan Devan bersamaan.

"Iya hati hati" jawab kedua orang tua mereka.

Devan langsung mengambil kunci mobil yang berada di dalam sakunya lalu masuk ke dalam mobil bersama Kanaya, perlahan demi perlahan mulai meninggalkan pekarangan rumahnya.

Di dalam mobil hanya ada keheningan dari tadi Kanya maupun Devan tidak ada yang memulai topik pembicaraan.

"Dek, nanti gue gak bisa anterin lo pulang" ujar Devan, jujur ia juga tidak nyaman dengan keheningan ini

Kanaya yang sedari tadi hanya melihat pemandangan pagi dari luar jendela mobil, kini teralihkan dengan ucapan Devan.

"Lalu siapa dong yang jemput gue pulang nanti?" tanya Kanya sambil menatap Devan yang sedang fokus menyetir.

"Bus sekolah lah, soalnya gue gak bisa jemput lo gara gara gue nanti mau kerja kelompok di rumah temen gue" memang benar nanti sepulang sekolah Devan akan pergi ke rumah temannya untuk kerja kelompok.

"Iya deh iya, nanti gue pulang pakai bus sekolah" jawabnya dengan nada malas, karena dulu Kanaya juga pernah memakai bus sekolah, waktu itu ia sedang melakukan piket kelas sedangkan Devan berjam-jam menunggunya di parkiran, dengan terpaksa Devan meninggalkan Kanaya lalu mengirimnya pesan untuk pulang memakai bus sekolah saja.

•••••

Menurut kalian Chapter ini pendek ya? Chapter berikutnya aku usahain panjang.

Maaf kalo ada typo (◠‿◕)

REYHAN & KANAYA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang