33. Belajar bareng Reyhan

2.9K 201 92
                                    

< HAPPY READING >

BUDAYAKAN VOTE!

•••

Kanaya kini sedang berada di dapur, dia ingin membuat puding coklat bersama Mamanya, Kanaya membuat puding coklat ini untuk Reyhan nanti, bukan tanpa alasan Reyhan kemari, ia hanya ingin mengajak Kanaya untuk belajar bersama, mengingat ulangan kenaikan kelas akan tiba.

"Ma, harus enak yaa, aku gak ikut buat soalnya mau nonton Drakor dulu sepuasnya sebelum belajar nanti," kata Kanaya cengengesan kepada Nadya.

"Ish, gak boleh! Kamu harus bantu Mama, kalo gak mau Mama ngadu nih sama Reyhan kalo kamu anaknya pemalas!" Ancam Nadya yang diberikan wajah jengkel oleh Kanaya.

"Terserah Mama aja, lagian Reyhan udah tau semua sama sifat Naya," kata anak itu dengan bangganya.

"Yakin? Yaudah Mama potong aja uang bekal kamu, dan gak ada uang tambahan nanti," mendengar ucapan Nadya membuat Kanaya melototkan matanya sempurna.

"Ah Mama gak asik, ya kali buat puding cokelat aja harus pake bantuan Naya sih, Mama kan pinter buatnya," ucapnya dengan nada memelas.

"Nah justru itu, biar kamu pinter juga buat pudingnya Nay, kamu kalo jadi perempuan harus pinter masak lho, mau kamu kasi apa nanti suami kamu kelak, batu dan tanah?"

"Tapi Maa—"

"Gak ada tapi-tapian, dari saat ini kamu harus belajar masak, malu sama tetangga nanti." Kata Nadya menarik tangan Kanaya menuju dapur. "Setelah buat pudingnya, kamu buatin Reyhan nasi goreng ya bahan-bahan udah ada di meja, kamu tinggal masak aja," sambung Nadya.

"Mana cukup Ma, ini udah jam dua sedangkan Reyhan kesini jam empat sore," kata Kanaya.

"Harus berusaha Nay!"

Sedangkan Kanaya hanya bisa pasrah mengikuti ucapan Nadya tadi. Sebenarnya Kanaya bisa memasak, tetapi dia hanya belum mahir dalam kegiatan masak memasak.

Dua jam berlalu Kanaya belum selesai berkutat di dapur, sedangkan Reyhan sudah berada di ruang tamu  berbincang-bincang ringan dengan Papa Kanaya.

"Ini Rey, ada nasi goreng dimakan ya, aku buat sendiri lho," ujar Kanaya dengan meletakkan nasi goreng buatannya di meja makan, ia hanya membuat seporsi untuk dirinya dan Reyhan saja.

"Gak usah repot-repot Nay," Reyhan bangun dari sofa lalu menghampiri Kanaya.

"Gak apa-apa lah, yuk kita makan. Oh iya Papa mana?" Tanya Kanaya yang sudah mulai duduk di meja makan lalu diikuti oleh Reyhan, posisi makan mereka saling berhadapan.

"Di kamar mandi, katanya perutnya sakit," jawab Reyhan sembari terkekeh pelan.

"Iya, kemarin Papa sama Kak Devan lomba makan mie samyang," cicit Kanaya sambil memasukkan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Trus, siapa yang menang?"

"Kak Devan lah.."

Mereka tidak terlalu banyak berbicara, menghabiskan waktu makannya dengan damai, setelah selesai makan, Kanaya menyuruh Reyhan untuk ke lantai dua lebih tepatnya di kamar gadis itu untuk belajar bersama, tentu saja Reyhan menolak hal tersebut.

"Gak baik Nay, kita kan bisa di ruang tamu belajarnya?" Kanaya mengerutkan dahinya.

"Lah? Kita kan cuma mau belajar bareng Rey, emang kita mau ngapain?" Tanya Kanaya dengan ekspresi polosnya.

"Eh, maksud aku— gak baik kalo kita satu kam—" ucapan Reyhan terpotong.

"Udahlah Rey, kamu aneh, mau belajar aja ribet!" Kata Kanaya bersikeras menyuruh Reyhan untuk menuju lantai atas, bukan Kanaya namanya kalo tidak keras kepala.

REYHAN & KANAYA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang