48. Berduka

3.8K 200 49
                                    

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!

~Happy Reading~

🥀

Saat keluar dari ruang jenazah, Kanaya maupun Tasya tak hentinya menangis, mereka belum siap kehilangan sosok Luna, Tuhan mengapa secepat ini?

"Udah-udah, kalian yang kuat ya, kalo kalian sedih kayak gini, Luna gak bakalan tenang di sana." Ucap Revina sembari mengusap punggung Kanaya.

"Pelaku udah ketemu?!" Tanya Tasya dengan wajah yang menahan amarahnya.

"Sabar dulu Sya, polisi mas-" ucapan Rian terpotong.

"Gimana gue gak sabar?! Kalo gue tau pelakunya, gue bakalan hukum dia biar setimpal dengan kejadian yang di alami luna! Bila perlu gue sumpahin dia biar mati!" Katanya yang menurut mereka semua Tasya adalah orang yang sadis.

"Udah, sabar Sya.." Kata Revina mencoba menenangkan Tasya.

"Setidaknya bertanggung jawab atas kesalahannya, hiks, gue gak terima kalo kayak gini.." Kata Tasya melemah.

"Padahal sekarang hari bahagianya," kata Kanaya menundukkan kepalanya, bukan hanya mereka saja yang merasa sedih, tetapi semua warga sekolah pun ikut sedih mendengar berita kematian Luna.

Reyhan berjalan pelan ke arah Kanaya, lalu ia memeluk gadis itu, menyalurkan kekuatannya, agar Kanaya tidak menangis lagi.

"Jangan nangis oke? Walaupun Luna udah pergi, tapi kita semua masih ada di sini, jadi kamu gak usah sedih lagi." Kata Reyhan yang membuat Kanaya semakin terisak di pelukan Reyhan.

"Bundanya Luna udah tau?" Tanya Tasya.

"Udah, katanya otw ke sini," balas Rian.

"Gue gak tau, gimana nanti sedihnya Tante Rina, apalagi Luna anak perempuan satu-satunya." Ucap Kevin mengusap kasar air matanya.

"Lo jadi cowok jangan cemen Vin, plis ikhlasin, semua orang pasti akan mati, cuma kita gak tau aja kapan kematian datang," ujar Rian menepuk pundak Kevin.

"Lo gak tau apa yang gue rasain, padahal gue udah nyiapin semuanya untuk ultah Luna, Tuhan emang gak adil, semua rencana gue gagal untuk bahagiain Luna!!"

"Kevin! Lo gak seharusnya bilang kayak gitu! Tuhan itu adil asal lo tau." Jawab Rian membalas ucapan Kevin tadi.

"Ngalah Yan! Ini rumah sakit, jaga sikap, maklum mungkin dia masih sedih." Kata Reyhan.

Setelah beberapa menit, teman dekat maupun teman sekelas Luna datang untuk menjenguk Luna, hampir semua menangis dan ada juga yang tidak menyangka dengan kematian Luna.

Dari banyak siswa, Viona hadir di sini, ia menangis sambil meminta maaf kepada semua atas kesalahannya yang ia perbuat selama ini.

"Ini rencana lo kan? Lo boleh benci sama kita, tapi jangan main nyawa orang dong!" Tuduh Tasya menatap Viona tajam.

"Sumpah! Ini bukan rencana dari gue, gak mungkin gue setega ini, gue masih punya hati!" Ujar Viona berharap mereka semua mempercayainya.

"Lo mah orangnya licik, semua kesalahan lo dengan perlahan bisa lo tutupin dengan mulut jahat lo itu!" Kata Tasya tak habis pikir, sedari tadi terdengar debatan antara Tasya dan Viona saja, sedangkan Kanaya? Gadis itu hanya pasrah, dan berharap ini hanya mimpi buruk selama hidupnya.

Saat pemakaman Luna tiba, seluruh orang tidak bisa menahan tangisannya, beda dengan Kevin, cowok itu sudah mengikhlaskan kepergian Luna, ia berjanji kepada Luna untuk tidak akan mencintai seseorang selain gadis itu, ia akan setia dengan Luna walaupun tidak bersamanya.

•••

Kini Kanaya termenung sendiri di dalam kamarnya, kebaikan Luna terus terbayang-bayang di otaknya, gadis itu sangat baik, berkata kasar pun tak pernah Kanaya dengar dari mulut Luna, gadis itu sangat suci.

Kanaya memutuskan untuk ke bawah, hal yang pertama kali ia lihat adalah Tante Silsil yang sedang membereskan ruang tamu.

"Tan," panggil Kanaya

"Eh ada Naya, kenapa?" Tanya Tante Silsil yang masih fokus dengan kegiatannya.

"Naya kan udah gede, kayaknya Tante gak perlu repot-repot deh jagain Naya," kata Kanaya sedikit tidak enak.

"Beneran? Nanti kalo ada apa-apa sama kamu gimana?"

"Kan masih ada Kak Devan, masa iya udah gede masih dijagain, emang Naya masih SD apa?" Kekeh Kanaya.

"Ya sudah kalo begitu, sekarang Tante sama Revina mau beres-beres dulu."

"Maaf ya Tan, Naya gak bermaksud ngusir Tante sama Revina," kata Kanaya tak enak hati.

"Gak apa-apa, Tante juga ngerti, baik-baik di rumah ya." Pesan Tante Silsil yang diberikan anggukan oleh Kanaya.

"Terimakasih udah jagain Naya selama Papa sama Mama masih di London."

"Sama-sama sayang," kata Tante Silsil sambil tersenyum, menurut Kanaya Tante Silsil adalah Mama keduanya, Kanaya sangat menyayangi Tante Silsil.

Malam telah tiba, sedari tadi Kanaya tidak bisa tidur, sudah beberapa kali Kanaya mengubah posisi tidurnya, tetapi nihil matanya sama sekali
tidak mau tertutup.

Ia memutuskan untuk pindah ke kamar Devan yang berada di sebelah kamarnya, tak lupa mengambil bantal guling hijaunya, Kanaya mulai mengetuk pintu kamar Devan dengan pelan, tidak perlu waktu lama pintu itu sudah terbuka menampilkan sosok laki-laki dengan mata yang terpejam.

"Kenapa? Laper?" Tanya Devan sambil menguap.

"Bukan, gue tidur di kamar lo boleh?"

"Emang di kamar lo ada setannya?"

"Bukan juga, gue cuma gak bisa tidur, boleh ya?" Mohon Kanaya yang langsung diberikan anggukan oleh Devan, matanya sudah berat sekali.

Dengan cepat Kanaya tidur merebahkan tubuhnya di ranjang empuk milik Devan, dan akhirnya Kanaya bisa tertidur nyenyak.

•••••••••••••••
13-01-20👀

Jangan lupa Vote ya..

Kalo bukan rencana Viona, lalu siapa dong yang mencelakai Luna? Orang asing kah? Jawabannya ada di next chapter!

Lagi satu Chapter end loh, di tunggu yaa😇

Terimakasih buat yang mampir 💖

REYHAN & KANAYA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang