Pagi Itu

890 99 16
                                    

Pak Dio. Salah satu guru tergalak dan paling disegani di SMA 02 ini.

Pak Dio punya wajah tampan yang mempesona. Meski wajahnya cenderung datar dan sangat jarang tersenyum. Tetap saja, wajah itu begitu mempesona.

Kalo kata Larisa. "Pak Dio dicampur pak Agus dengan bumbu bu Krystal, semua orang mati kedinginan."

Ya memang benar. Pak Dio ini sangat dingin, tapi justru itu yang buat murid perempuan pada tergila-gila dengan dia.

Apalagi pak Dio itu jomblo. Gimana ga banyak yang ngantri. Tapi pak Dio tetap pak Dio, dia tetap nolak semua tembakan orang padanya.

Pagi ini pak Dio baru keluar dari mobil bersama dengan pak Agus yang juga baru sampai.

Mereka berdua berjalan bersama menuju kantor.

Parkiran guru itu dekat dengan parkiran siswa, jadi guru bisa melihat jika ada siswa atau siswi yang lagi macem-macem.

"Pagi pak," sapa pak Dio tersenyum tipis pada pak Agus yang baru keluar dari mobilnya.

"Pagi pak Dio, tumben datangnya agak lambat. Biasanya bapak selalu datang pertama." ucap pak Agus berjalan bersama menuju kantor dengan pak Dio.

Beku semua yang lihat. Pak Dio dan pak Agus. Sama sama ganteng, sama sama pintar, sama sama dingin.

Pak Dio hanya terkekeh tak berniat menjawab.

Suara knalpot berisik terdengar begitu keras. Pak Dio dan pak Agus menoleh melihat sumber suara.

Masuk sebuah motor besar berwarna hitam dengan knalpot yang berisik. Motor itu berhenti. Penumpang itu langsung turun dari motor dan membuka helm nya.

"Eumm itu yang baru masuk anak band kan?" tanya pak Dio.

"Iya si Brian sama anaknya." jawab pak Agus. Mereka berdua kembali berjalan.

🎮

Miya turun dari motornya Brian dan langsung membuka helmnya. Dia memberikan helm itu pada Brian. Brian menyangkutkan helm mereka berdua di spion motor dan berjalan bersama menuju kelas.

"Udah siap PR lo kan?" tanya Brian memastikan padahal sudah tau jawabannya.

"Sudahlah anakku, ibu mu ini adalah wanita yang tidak hanya cantik dan berbakat namun juga cerdas!" ucap Miya sombong sambil mengibas rambut nya yang dikuncir kuda itu.

"Najis." ucap Brian menarik kuncir kuda Miya itu hingga membuat rambut Miya berantakan.

Sesaat setelah itu, Brian langsung berlari dengan kencangnya.

Miya terpaku. Namun sesaat kemudian berlari mengejar Brian.

"BRIANNNNNN!!!!" teriak Miya. Dan ya tentu saja mereka menjadi perhatian.

Miya berlari sekuat tenaga mengejar pemuda yang merusak tataan rambutnya itu.

Pak Dio dan pak Agus berhenti sejenak, menoleh kearah sumber suara.

"Anak itu..." ucap pak Agus sambil geleng-geleng kepala.

Brian berlari dengan sangat cepat menuju arah pak Agus dan pak Dio.

Brian melewati mereka berdua, namun tak lama setelah itu lewat Miya yang berteriak-teriak memanggil nama Brian.

"Anaknya pak Henry memang beda," ucap pak Agus menyebutkan nama wali kelas 1 IPS 2.

"Yang cewek itu siapa?" tanya pak Dio yang sedari tadi diam.

Pak Agus menoleh. "Miya mobile legends" jawab pak Agus asal lalu kembali berjalan bersama pak Dio.

🎮

' BRAK'

Brian masuk dengan menggebrak pintu. Setelah itu dia melemparkan tasnya ke kursinya dan langsung berlari, tanpa melihat tas itu mendarat atau tidak.

Yang lain mau tanya tapi belum sempat, karena Brian langsung berlari.

Tak lama Miya juga datang, dia juga melemparkan tasnya ke kursinya dan langsung lari.

Semua melongo melihat kejadian tadi.

Miya lari sekuat tenaga di koridor kelas 11. "BRIAN BABI!!!" teriak Miya keras.

Oke. Mereka benar-benar menjadi pusat perhatian.

Brian yang ketakutan dan Miya yang tak tau malu.

Brian berlari tak tentu arah. Hingga brian berlari kearah kantor dan Miya terus mengejar. Brian, kamu benar-benar membangkitkan setan sekarang.

Namun tak sengaja Miya menabrak pak Agus dan pak Dio yang mau masuk kekantor.

Miya terpental kebelakang dan pak Agus dan pak Dio hanya mundur beberapa langkah.

"Awhh..." ringis Miya sambil mengelus-elus area bokongnya.

"Kamu kenapa sih?" tanya pak Agus membantu Miya berdiri. "Pagi-pagi udah lari lari" sambungnya.

"Brian tuh pak, masa rambut saya di berantakin, ntar kalo bapak berpaling gimana?" ucap Miya kurang ajar. Berdiri dengan bantuan pak Agus.

"Jangan ngayal kamu." ucap pak Agus sambil mendorong kepala Miya kebelakang.

"Jahat deh.." ucap gadis itu berpura-pura ngambek.

Pak Agus hanya menggeleng kan kepalanya melihat tingkah muridnya.

Mata Miya menoleh pada guru yang dari tadi diam saja disamping pak Agus.

"Eh cakep," ucapnya jelas membuat pak Agus tak tahan untuk menoyor kepala Miya.

"Apa sih pak!" ucap anak itu keras sambil memegang kepalanya. "Pak Agus mainnya kasar ya, Miya ga suka!" sambung Miya.

"Kenalin pak nama saya Miya Helena. Kelas saya sebelas IPS dua, dulu kelas sepuluh diajar sama pak Agus. Sekarang juga, kayanya kami jodoh." Miya mengacungkan telapak tangannya pada pak Dio. Pak Dio menjabat tangan kecil itu.

"Dio Hanafi." ucap pak Dio.

Miya melepaskan tautan tangan mereka sambil terus tersenyum.

"Tapi kamu dulu pas kelas sepuluh selalu bolos jam pelajaran saya ya," ucap pak Agus.

"Ya gimana ya, aku suka sama pak Agus sih, jadi ga fokus...." ucap Miya lalu berlari setelah mengatakan kalimat itu.

"Anak itu." gumam pak Agus sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Pak Dio hanya diam. Dia menatap punggung miya yang mulia menjauh. Tercetak senyuman tipis diwajahnya, yang hanya bisa dilihat jika diperhatikan dengan seksama.

GAMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang