Miya duduk di teras rumahnya. Dia sedang memakai sepatu dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Hari ini Brian atau yang lain tidak jemput, karena hari ini Miya akan diantar oleh sang ayah.
"Bi, ngapain sih tiap pagi nanam mulu?" ucap Miya sambil memakai kaos kaki nya.
Bi Sari menoleh. Dia sedang menanam bunga di halaman. "Biar halamannya cantik lah neng." jawab sang bibi.
"Lah Miya ga diapa-apain cantik," ucap Miya sombong. Bi Sari mendengus saja lalu kembali pada kegiatannya.
"Bi kenapa ya Miya ga boleh bawa motor?" tanya anak itu setelah selesai memakai sepatunya. Dan sekarang dia meminum kopi susu buatan bi Sari. "Oh iya, Miya kan belum punya SIM." jawab anak itu.
Bi Sari mendengus. Dia yang bertanya, dia juga yang menjawab.
"Bi kenapa ya ga ada Mapel yang bahas game?"
"Mending ga usah deh, ntar anak cewek pada nyontek."
"Bi kenapa ya ekskul sekolah ku ga yang tentang game?"
"Mending ga usah deh, ntar nambah kerjaan."
"Bi tau ga kenapa matahari itu terbit dari timur?"
"Karena ga dari barat"
Percayalah itu semua pertanyaan dan jawaban dari Miya sendiri.
"Bi--"
"IYA NENG?" ucap bi Sari menahan rasa kesalnya.
Miya tertawa terbahak-bahak. "Udah tua juga, ga boleh marah-marah tau." ucap anak itu sambil terus tertawa melihat ekspresi kesal bi Sari.
"Ayo Miya!" ucap ayahnya dari dalam mobil yang baru dia keluarkan dari garasi.
"Iya!" ucapnya sedikit berteriak lalu menghabiskan semua kopi susu miliknya dan menghampiri bi Sari.
"Miya pergi dulu ya bi!" ucap Miya semangat sambil menyalam sang pembantu yang menjaganya sejak kecil.
"Tangan bibi kotor," ucap bi Sari yang tetap saja membiarkan Miya menyalam dirinya. "Ntar tangan neng juga kotor" sambungnya.
"Bisa dicuci atau di elap kok, Miya berangkat ya bi! Dadah!" ucap Miya sambil melambaikan tangannya dan menuju mobil sang ayah yang sudah ada di depan rumah.
Bi Sari tersenyum lalu melambaikan tangannya pada Miya.
Miya masuk kedalam mobil, duduk disamping ayahnya yang sedang merapikan rambutnya.
"Apaan sih sok ganteng." ucap anak itu pada ayahnya.
Simon mendelik tak suka lalu menoyor kepala sang Putri pelan. "Cakep gini, kamu bilang sok ganteng. Rabun kamu nak?" tanya ayahnya.
"Gantengan juga Alucard Mobile Legends."
"Gantengan bapakmu lah." ucap Simon lalu melajukan mobilnya setelah meng klakson beberapa kali pada bi Sari, sebagai pertanda bahwa mereka pamit.
"Pede bener bapak ni," jawab Miya sambil melihat daftar lagu di handphonenya.
"Jadi orang itu harus percaya diri, kalo kamu ga percaya sama diri sendiri, gimana orang lain?" jelas Simon dengan mata fokus pada jalan.
Lagu dengan judul 'energetic' wanna one itu terdengar keras di dalam mobil.
"Ya kalo pedenya kaya bapak ga baik, itu namanya pembohongan!" ucap Miya sambil tertawa keras.
"Anak siapa sih kamu?!" ucap Simon kesal. "Bapak sendiri ga dibilang ganteng." sambungnya.
"Cieee kesal cieee," goda Miya mencolek Simon. "gantengan bapak kok!" sambungnya dengan suara lantang.
"Nah gitu."
"Setelah Alucard tapi." sambung Miya membuat ayahnya menatap dirinya datar.
"HAHAHAHHA" tawa Miya tertawa terbahak-bahak.
Ayahnya yang awalnya kesal langsung terkekeh melihat tawa anaknya itu.
Mereka sampai di gerbang sekolah. Simon memberhentikan mobilnya dan menatap sang Putri. "Belajar yang bener! " perintah ayahnya.
Miya menyalam Simon.
"Siap pak!" ucap Miya lalu melakukan gerakan hormat ala tentara.
Simon terkekeh pelan melihat tingkah sang anak.
"Aku pergi ya pak!" ucap anak itu mencium pipi sang ayah lalu membuka pintu mobil dan keluar.
Simon masih dengan senyumannya membuka pintu mobilnya dan keluar menghampiri Miya yang kaget saat sang ayah tiba-tiba keluar.
"Kenapa pak? Ada yang ketinggalan?" tanya Miya menatap bingung sang ayah.
Oke. Mereka menjadi pusat perhatian. Miya yang memang sudah terkenal dan ayahnya yang tampak sangat tampan.
Simon mendekat pada Miya. Lalu memegang kepala Miya dengan kedua tangannya. Mendekatkan bibirnya pada jidat sang anak. Mengecup kening anak itu pelan namun dalam.
Semua perempuan histeris saat itu juga. Seperti melihat cuplikan drama korea secara live.
Simon melepaskan kecupannya dan mengacak-acak rambut Miya.
"Belajar yang baik, ntar bapak jemput." ucap simon lalu masuk kedalam mobil.
Miya terpaku.
Apa-apaan ayahnya itu. Dia mengelus bekas kecupan sang ayah. Lalu melambaikan tangannya pada mobil ayahnya yang menjauh.
Miya tersenyum sepanjang jalan. Sambil terus memegang kening bekas kecupan simon. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Eh kak Cahyo ga liat kan?" gumam Miya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS [END]
Teen FictionSejak lama sekali, Miya Helena tidak terlalu memikirkan apapun namanya cinta. Dia terlalu sibuk bermain game, menghabiskan waktu dengan temannya, dan membuat video YouTube. Namun pemuda jangkung bermata tajam itu datang dengan tekat yang begitu kuat...