Istirahat.
Miya duduk di kantin. Ada Boby dan Rina didepannya, lalu ada Yeri disamping Boby dan Noval samping Miya.
Dimana Brian? Dia sedang mengantri untuk membeli makanan. Dia yang mesan, dia yang mengantri, dia yang bayar dan Miya yang makan.
Di kantin itu satu meja hanya cukup nampung enam orang, jika lebih itu berarti dipaksa.
Miya merunduk memainkan handphonenya. Noval mengangkat kepala Miya agar tak merunduk. "Leher lu sakit ntar, terus ni mata rusak," ucap Noval sambil menjitak pelan Miya.
"Kannn mati!!" ucap Miya kesal namun tetap menaikkan kepalanya.
"Nurut juga lo Mi," ucap Yeri sambil terkekeh.
Yerina itu memang sering main dengan Miya. Tapi kalo istirahat Yeri pergi dengan Joy ketempat kakak kelas. Hari ini dia tak ikut dengan Joy.
"Iya lah, gue majikannya." ucap Noval songong. Miya langsung menoyor Noval dengan tangan kanannya.
"Majikan pale lu." ucap Miya masih dengan mata fokus ke handphonenya.
Boby dan Rina sibuk pacaran. Kasihan Yeri yang jadi nyamuk.
"Baru tau gue kalo ikan teri bisa jadi nyamuk." ucap Miya tanpa menoleh.
"Yeri Mi, Y E R I N A" ucap Yeri kesal.
"Yang pacaran pergi gih," usir Miya setelah selesai bermain.
Boby dan Rina yang lagi sedang romantis-romantisnya itu langsung menoleh ke Miya.
"Sirik aja lo kutil anoa." ucap Boby sinis.
"Bukan sirik ya, gue cuman menjunjung tinggi persamaan derajat." ucap Miya sambil mengepalkan tangannya dan diangkat ke udara.
"Kalo teman jomblo ya kita harus jomblo!" kini Yeri berteriak tak santai sambil memukul kuat meja kantin.
Penduduk kantin pada menoleh penasaran kearah mereka. Drama yang layak untuk ditonton bersama. Apalagi Vero dan kedua temannya yang ada diseberang meja mereka.
Miya berdiri, Yeri juga.
"Teman itu harus sama!"
"Kalo teman jomblo, kita harus jomblo!"
"Kalo mau pacaran jauh-jauh dari yang jomblo!"
"Jangan pamer-pamer kemesraan!"
"Ntar putus langsung block semua akun, ama nomornya!"
"Ntar nyariin gua minta curhat!"
Miya memutar badannya, melihat keadaan sekitar. Dengan mata berapi-api seakan memimpin pasukan untuk memulai perang.
"YANG SETUJU AMA GUE ANGKAT TANGAN NYA!!" teriak gadis itu semangat.
"SETUJUUU!" hampir seluruh penghuni kantin berteriak sambil mengangkat tangan mereka.
"KITA HARUS TUNJUKAN KEADILAN!" kini Yeri berteriak.
"SETUJU!"
Noval menarik tangan Miya dan Yeri. Meminta gadis itu berdua duduk.
"Maluuu, malu." ucap pemuda itu lelah.
Miya dan Yeri tertawa. Penduduk kantin melengos kecewa, ternyata dramanya sesingkat ini.
"Masa SMA itu cuma sekali, nikmat selagi bisa." ucap Yeri masih dengan tawanya.
Brian datang. Dengan nampan yang berisi makanan dan minuman. Ada empat bakso dan empat pepsi.
Brian menaruh satu mangkok depan Miya, didepan bangku kosong, depan Yeri dan terakhir depan Noval. Begitu pun minumnya. Sudah seperti npelayan aja si gitaris.
"Punya gua mana?" tanya Boby bingung.
Brian duduk mulai menghembus kuah bakso nya.
"Tangan gue dua, ntar diantar ama si ibuk." ucap Brian mulai makan.
Boby dan Rina hanya menganggukkan kepalanya.
"Tipe cowok lo kaya gimana Mi?" tanya Yeri tiba-tiba. Dia memasukkan sesuap mie dari baksonya.
"Tiba-tiba bener?" jawab Miya sambil memasukan kuah bakso yang belum dihembus . "Anjirrr! Panas!" ucap gadis itu sambil menjulurkan lidahnya dan mengibaskan-ibas kan tangannya di lidah berharap rasa panas itu menghilang.
"Hati-hati makanya." ucap Brian sambil mengelus punggung Miya dan mengambil minuman untuk Miya dan segera diminum rakus oleh gadis itu.
"Gapapa, nanya doang," ucap Yeri.
Miya tampak berpikir. Vero sudah memasang kuping setajam mungkin, dia penasaran.
"Yang bisa traktir gue, yang mau antar jemput gue, yang mau gue suruh-suruh, yang ngertiin gue, yang ganteng kaya Alucard." ucap gadis itu polos.
"Itu namanya bukan tipe cowok kak, itu tipe pembantu," ucap Rina terkekeh. Yang lain ikut terkekeh.
"Emang ada pembantu seganteng kaya Alucard ya?" tanya Boby bingung.
"Emang ada cowok gitu Mi?" tanya Yeri.
"Ada!" ucap gadis itu keras.
Vero langsung membeku, Miya sudah menemukan orang yang sesuai tipenya.
"Dia selalu ada disaat apapun , dia selalu beliin gue makanan atau pun yang lain makanya uang jajan gue banyak, dia selalu siap antar jemput gue, dia ngertiin gue." ucap Miya.
Boby dan Noval mendengus, sudah tau siapa yang dimaksud Miya.
Rina, Yeri, Vero, Rafa dan Devon mendengarkan dengan seksama ucapan Miya.
"Siapa Mi? " tanya Yeri lagi.
"Brian!" jawab Miya semangat.
Hati Vero langsung hancur begitu saja.
"Tapi dia ga seganteng mas Alucard"
Brian sudah menebak. Tapi tetap saja dia terkejut namanya keluar dari mulut Miya.
"Brian itu selalu ada kapan pun gue butuh atau enggak. Semua waktunya seakan buat gue." ucap Miya dia merangkul erat lengan kokoh Brian. "Tapi tetep aja sih, ganteng an Alucard ama Hayabusa." sambungnya
Bakso Brian dan Miya sama-sama habis. Sedangkan bakso Boby dan Rina baru datang, dan bakso Noval dan Yeri masih ada setengah lagi.
"Ayo ke kelas, katanya anak kelas kak Cahyo lagi main basket sama pak Indra." ucap Brian mengaitkan tangannya dengan tangan Miya. Dia berdiri, Miya ikut berdiri.
"Cieeee, suka ama kak Cahyo cieee" ucap gadis itu menggoda.
"Duluan ya rakyatku," ucap Miya pamit keluar pintu kantin.
Yang lain memandang kepergian mereka. Tersenyum tipis secara bersama-sama.
"Dasar friendzone." ucap Noval.
"Friendzone itu membunuh." balas Boby.
Mereka terkekeh.
Vero menyandarkan punggungnya kekursi miliknya. Seperti kena timpa batu bata dari atas. Rasanya sakit dan sakit.
Ini cinta pertama Vero.
Tapi ini terlalu sulit untuk seorang pemula seperti dirinya.
Apa benar jika cinta pertama itu tak akan pernah berjalan mulus?
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS [END]
Teen FictionSejak lama sekali, Miya Helena tidak terlalu memikirkan apapun namanya cinta. Dia terlalu sibuk bermain game, menghabiskan waktu dengan temannya, dan membuat video YouTube. Namun pemuda jangkung bermata tajam itu datang dengan tekat yang begitu kuat...