Miya menendang keras pintu kelasnya membuat semua orang didalam terpekik kaget.
"MAKSUD LO APA!!" ucap Lucas tidak santai karena dia jatuh dari kursi saking kagetnya.
"Maksud dan kedatangan aku kesini buat lamar kamu bang." jawab gadis itu sambil tertawa.
"Sini-sini, gue cekik dulu lo." ucap Lucas menghampiri Miya yang ada di depan pintu.
"Jangan dungs, ntar kalo gue mati jodoh lo siapa?" tanya Miya. Yang lain cuman geleng-geleng aja.
"WOYYY!" teriak Yuqi yang baru masuk kelas tiba-tiba. Semua menoleh penasaran pada Yuqi.
"KAK CAHYO BERANTEM SAMA KAK MINO!!! " teriak gadis itu keras lalu berlari keluar. Semua penghuni kelas itu mengikuti Yuqi.
Kak Cahyo si ganteng yang diam-diam menghanyutkan dan kak Mino si bad boy ganteng sekolah.
Mereka berlari bersama kerumunan yang lain. Hingga sampai di lapangan basket belakang. Ada kak Cahyo dan kak Mino yang lagi baku hantam.
Miya tak bisa lihat. Dia kecil dan dia terjebak dalam kerumunan membuat dirinya sesak napas. Gadis itu berusaha menuju tempat kak Cahyo dan kak Mino berkelahi. Namun gagal, dia malah semakin sesak. Bahkan sekarang dia sudah jatuh dan terduduk di tanah. Sudah mau nangis saja rasanya.
"Ehhh!!"
Tiba-tiba saja tanpa diminta seseorang menggendong Miya layaknya pengantin baru.
"Vero? " ucap Miya kaget saat Vero dengan mudahnya membawa Miya keluar dari kerumunan. Membuat Miya dapat menghirup aroma wangi dari tubuh Vero. Aroma deterjen yang tenang.
Vero diam saja. Dia terlalu khawatir sekarang. Mereka menjadi perhatian orang sekitar. Vero tampak tak kesusahan membawa Miya digendongan nya, gadis ini ringan sekali.
Miya terpaku. Dia menatap wajah Vero yang tampak lebih tampan dari biasanya. Dunia seakan berhenti. Miya tak peduli dengan orang yang secara terang-terangan menatapnya.
Hingga mereka sampai dipinggir lapangan, tempat yang lapang dan tak sesak seperti tadi.
Vero menurunkan Miya secara perlahan. Lalu menatap lurus Miya.
"Makasih ya, hehhee." ucap gadis itu canggung. Mungkin sekarang pipinya merah.
"Udah tau kecil," ucap Vero lalu menyentil kening Miya kuat.
"Akkhhh" ucap Miya sambil mengelus keningnya.
Padahal Miya itu tidak terlalu pendek, hanya saja Vero yang dasarnya memang jangkung dan tegap membuat Kita terlihat tenggelam disampingnya.
Vero maju mendekati Miya. Lalu tangan kanannya mengelus bekas sentilan yang dia berikan di kening Miya. Sentuhan lembut yang membuat Miya nyaman.
Miya diam saja. Aneh, Miya gugup setengah mati.
"Kan pengen liat.." cicit Miya.
"Kenapa harus liat?"
"Gue merasa bersalah lah." ucap Miya berpura-pura sedih. "Toh mereka kelahi karena rebutin gue.." sambung Miya.
Vero yang tak tahan langsung menoyor kepala Miya. "Jangan mancing." ucapnya datar.
Miya terkekeh menggemaskan. "Mancing apa? Mancing hati lo? " goda miya membuat Vero salting tentu saja.
"Kalo hati gue udah lama kepancing ama lo." ucap pemuda itu berusaha tenang dan untung saja berhasil.
Miya merunduk. Kenapa Vero bisa buat hatinya jadi lemah gini??! Padahal biasanya jika ada pemuda yang menggodanya dia, dia tidak pernah baper sebelumnya.
Miya melihat bahwa tali sepatunya terlepas. Saat ingin berjongkok untuk memperbaiki tali sepatunya, Vero bergerak lebih cepat.
Vero bertekuk lutut didepan Miya dengan kedua tangannya yang sibuk memperbaiki tali sepatu miya.
Tingkah yang sederhana namun penuh makna.
"Tali sepatu ke lepas gini bisa bahaya." ucap Vero sibuk membuat simpul. "Coba kalo tadi lo lari-lari terus kesandung." sambungnya.
Simpul tali itu selesai tapi Vero masih pada posisinya.
Miya salah tingkah. Tentu saja, siapa yang tahan jika dibeginikan dengan pemuda tampan.
"Romantis bener lo..." ucap gadis itu sambil mengelus-elus pipinya yang memanas.
Vero terkekeh lalu berdiri menatap Miya yang berusaha tidak melakukan kontak mata dengannya.
"Buat lo apa sih yang engga." ucap pemuda itu manis.
"Kok lo jadi kang gombal sih?"
Vero tersenyum tipis lalu menarik tangan Miya ke dadanya. "Lo harus tau seberapa serius gue sekarang." ucap cowok itu.
Miya membelak. Jantung Vero berdetak sangat cepat. Seperti kena serangan jantung, namun tak mungkin atau dia gugup?
Kenapa dia gugup...
"Jantung lo... detaknya ga wajar.." ucap Miya yang tanganya masih ada di dada Vero.
"Iya, biar lo tau. Gue lagi serius sekarang." ucap pemuda itu lalu melepaskan tangan Miya dan tersenyum lalu pergi tanpa pamit.
Miya terpaku. Dia menatap punggung Vero yang mulai menjauh. Lalu tangan kanan Miya menyentuh dadanya. Detakan jantungnya dan Vero sama sama cepat.
Pemuda itu terlihat berbeda begitu saja, terlihat lebih-lebih tampan saat itu. Terlihat begitu gagah dan keren, terlihat begitu sempurna di mata Miya.
Miya tidak mengerti, irama jantungnya yang indah dengan kupu-kupu menggelitik di perutnya lalu juga pipinya yang terasa terbakar.
Rasanya asing, namun disaat yang bersama rasa ini begitu akrab.
Miya rasa dia mulai jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS [END]
Teen FictionSejak lama sekali, Miya Helena tidak terlalu memikirkan apapun namanya cinta. Dia terlalu sibuk bermain game, menghabiskan waktu dengan temannya, dan membuat video YouTube. Namun pemuda jangkung bermata tajam itu datang dengan tekat yang begitu kuat...