Miya tertawa kecil menggandeng tangan Chelsea lembut.
Mereka tertawa lebar hingga men cuekin Gilang, Adit dan Langit (salah satu anggota radio, namun tadi tidak ada karena dipanggil ke kantor).
"Kalian kenal nya sejak kapan?" tanya Langit sambil sedikit menoleh pada Gilang yang berjalan dengan gaya angkuh nya.
"Sebelum masuk SMP udah kenal, waktu rumah gue pindah ke block rumah dia tapi cuma sekedar tetangga. Pas masuk SMP, satu kelas. Dan kami gila bareng sampai sekarang" ucap Gilang santai.
Langit terkekeh pelan, "gue kira lo itu kalem gitu" ucapnya pada Gilang.
Miya yang mendengar itu sontak berbalik dan ketawa ngakak, "ni bocah sok classy! Padahal kalo ama teman-teman nya, dia kaya monyet lepas!!" ucap Miya keras sambil ngakak membuat beberapa orang melihat nya antara bingung dan geli sendiri.
"EH MIYAA AKUU" ucap Gilang panik langsung membekap mulut Miya heboh.
Adit yang melihat itu tertawa kecil.
"ANJING!!" umpat Gilang keras saat Miya menggigit tangannya.
Miya tertawa ngakak lalu berlari kencang. Didepan, dia melihat Vero menggunakan sweater yang sama dengannya, sweater Ice Bear karakter kartun We Bear Bears, sama seperti nya.
"Vero!!" panggilnya tersenyum lebar dan hangat.
Semua orang di lobi utama langsung menoleh. Menatap gadis itu sebentar, menikmati senyuman hangat yang Indah.
Vero tersenyum membalas, melangkah lebar menuju Miya yang sudah melambai heboh padanya.
Chelsea menggigit bibirnya. Menatap pemuda yang sudah bergandengan tangan bersama Miya dengan wajah bahagia dan pakaian couple itu jelas menunjukkan apa hubungan mereka.
Miya menarik tangan Vero menuju mereka.
"Kenalin, pacar gue. Vero" ucap Miya tersenyum meringis.
Adit mengulum bibirnya, namun sesaat kemudian tersenyum, "gue Adit, gue ketua ekskul radio" ucapnya.
"Gue Langit"
Vero tersenyum kepada kedua pemuda itu. Kini menatap gadis yang merunduk itu.
Chelsea yang awalnya merunduk, kini mendongak. "Gue Chelsea" ujarnya merasa malu entah kenapa.
Vero tersenyum kecil, menanggapi. Pemuda itu mempiting leher Miya, tersenyum lebar, "cieeee udah ada ekskulnya sekarang." ucap pemuda itu.
Miya tertawa pelan, "hehehehe" ringis nya.
"Duluan ya" pamit Vero langsung menarik Miya menuju parkiran.
Chelsea menggigit bibirnya lagi. Menatap punggung kedua orang itu dengan tatapan tak suka.
"Gue duluan ya," pamit Gilang dan Langit bersamaan.
Adit menoleh, "eh ikut. Duluan ya, Ce." pamit Adit pada Chelsea yang termenung.
"Ha? Iya." ucap Chelsea sedikit linglung namun tetap tersenyum.
Mereka bertiga pergi. Meninggalkan Chelsea yang masih berdiri di lobi.
Gadis cantik itu menatap iri kearah Miya. Ada rasa iri begitu mendalam disana .
Kenapa gadis itu begitu cantik?
Kenapa auranya bisa membuat orang bahagia?
Kenapa jika dia tersenyum semua orang akan memperhatikan dirinya?
Hanya dengan meringis kecil semua orang akan jatuh cinta ke padanya, hanya melihat tingkah nya semua orang akan bahagia. Miya tak pernah melakukan hal apapun, semua orang akan datang kepadanya.
Chelsea merasa iri.
Sejak kecil dia selalu melakukan segala sesuatu agar bisa membuat orang disekitarnya terpikat padanya. Sejak kecil dia ingin menjadi pusat perhatian.
Dia merawat tubuh dan wajahnya agar tetap cantik, dia belajar mati-matian agar bisa masuk deretan orang terpintar dikelas, dia berusaha terlihat polos dan menggemaskan agar semua orang menyukainya.
Dia berjuang keras.
Namun Miya mendapatkan semuanya tanpa berjuang keras.
Miya cantik, dia pintar, dia polos dan menggemaskan, mudah bergaul dan mudah membuat orang terpikat.
Miya mendapatkan semuanya dengan mudah tanpa harus berusaha keras sepertinya.
Bukan kah itu tak adil?
Chelsea marah.
Kenapa dia mau menerima ajakan Miya untuk menjadi temannya? Kenapa dia tak menolaknya saja? Kenapa dia terlihat tak bisa menolak dihadapan Miya? Kenapa dia terlihat begitu tak ada apa-apa nya dihadapan gadis manis itu?
Chelsea benar-benar cemburu. Dia iri dan dengki. Dia marah.
Dia tak suka jika ada orang yang lebih hebatnya dari dirinya.
Brian yang baru keluar bersama anggota band nya tampak bingung dengan seorang gadis yang sendiri an di lobi utama.
"Eh Bro, gue duluan ya," pamitnya pada teman-teman nya.
"Ha ngapain? Miya udah punya cowok, bodoh." ucap Dewa agak kasar.
Brian mengumpat.
"Ngapain? Mau nyari cewe lo?" tanya tanya Jae.
"Kaga, udah pergi sana." usir cowok itu membuat mereka semua berseru heboh sambil memukul kepalanya.
Brian tertawa lalu berjalan menghampiri gadis dengan rambut panjang itu. Entahlah, tiba-tiba rasanya ada yang membuat Brian tertarik.
"Hai," sapa Brian menepuk bahu gadis yang jauh lebih pendek darinya.
Gadis itu menoleh, terpaku pada wajah tampan itu.
Brian tersenyum meringis, "ngapain?" tanyanya.
Chelsea agak mengerjap bingung. "Ah, itu? Gue lagi nunggu jemputan" ucapnya agak linglung.
"Ohh" Brian tersenyum meringis, "kalo mau nunggu jangan di lobi. Depan pagar, ayo gue temani" ajaknya.
Brian mengulurkan tangannya, membuat Chelsea agak meragu sesaat. Namun menyambut tangan itu.
"Hai, nama gue Brian." ucap cowok itu.
"Hai Brian, gue Chelsea."
Untuk pertama kalinya Chelsea maupun Brian merasakan hal gugup dan mendebarkan. Namun, nagih.
Dan tanpa sadar, amarah dan rasa tak suka Chelsea pada Miya menghilang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS [END]
Teen FictionSejak lama sekali, Miya Helena tidak terlalu memikirkan apapun namanya cinta. Dia terlalu sibuk bermain game, menghabiskan waktu dengan temannya, dan membuat video YouTube. Namun pemuda jangkung bermata tajam itu datang dengan tekat yang begitu kuat...