Alucard And Miya

784 89 38
                                    

Vero menarik napasnya untuk kesekian kalinya. Menghembuskan napasnya pelan. Mengepalkan kedua tangannya kuat.


Rasa gugup yang luarbiasa menyerang.

Dia melangkah mantap, masuk kedalam kelas 11 IPS 2. Menoleh mencari sang pujaan.

"Per-"

"MIYA ADA A'a VERO!" teriak Yuqi keras dengan wajah tak santai.

Semua orang dalam kelas sontak menoleh pada cowok itu kaget.

"KELUAR GUYS!" pimpin Markus untuk segera meninggalkan kelas.

Iya, mereka sudah tau.

Satu persatu murid mulai keluar. Hingga yang tersisa hanya ada Miya dan Vero.

Canggung dan tegang. Aneh sekali.

Vero berjalan canggung menuju meja Miya, mengangkat telapak tangannya. "....Hai." sapanya.

Miya melongo, lalu menggoyang-goyangkan kepalanya pelan. Menoleh pada handphonenya yang jelas masih memainkan game itu.

"AFK ajalah" ucapnya pelan, mematikan hape dan memasukkannya dalam saku rok.

"Kenapa?" tanyanya berusaha tak gugup.

Menoleh kecil ke jendela.

Dan benar saja. Semua teman kelasnya mengintip secara terang-terangan.

"Ekhm." dia mendeham kecil, mencoba menghilangkan rasa gugup.

Menatap mata Miya dalam.

"AFK?" tanya mencoba tetap tenang dan tak gugup.

"A-ah iya, hehhe..." jawab gadis itu tergagap.

"Kenapa?"

"Ya, ga ada.." sahutnya sambil melihat arah lain.

Vero tersenyum kecil, memaklumi. Gadis ini sama gugupnya dengan dirinya.

"Ngapain kesini?" tanya Miya juga mencoba menghilangkan gugupnya.

Cowok itu mengangkat bahunya pelan, "ga tau." jawabanya.

Gadis itu mengangguk-angguk.

"Kok diem?" tanya cowok itu lagi.

"Ya, mau ngomong apa?"

"Masa depan kita" sahut Vero cepat.

"Hng?" gumam nya bingung mendongak menatap Vero.

Vero menarik napas lagi. Menatap kedua bola mata itu dalam. Menarik napas lagi. Dia harus lakukan. Menarik napasnya sedalam mungkin.

"Gue suka sama lo." ucapnya pelan dan dalam, membuat darah Miya berdesir.

Mata Miya membulat sempurna. Kalimat singkat dengan intonasi suara yang datar namun tegas mampu membuat Miya menahan napasnya.

Lagi, seakan dunia kembali berhenti.

Menatap kedua mata tajam Vero, mencari kebohongan disana. Namun nihil. Dia benar-benar jujur. Musik romantis ala drama berputar, seakan ada lampu sorot yang ditunjukan pada dia dan Vero.

Vero menatap gadis itu dalam. Berbicara dengan matanya, "Gue suka sama lo, Miya." ucapnya lagi.

Seakan ada kupu-kupu yang berterbangan di perut gadis itu. Rasanya geli, namun membahagiakan.

Dan debaran itu kembali datang.

"Gue mau, lo jadi Miya gue dan gue jadi Alucard lo." ucap Vero menggengam tangan kecil Miya.

Mengelus lembut punggung tangan gadis itu.

"Lo mau?" tanyanya lagi.

Gadis itu merunduk, menatap kedua pasang sepatu mereka. Menganggukan kepalanya pelan.

"Mau atau mau?" goda Vero.

"Mau." sahutnya pelan.

"Hah?"

"Mau"

"Ga denger."

"MAU!" teriaknya keras.

Namun seketika langsung menutup mulutnya.

"CIEEEEE" goda teman sekelas Miya yang sedang menonton.

Mereka berangsur-angsur masuk kedalam kelas dengan wajah menggoda pada dua pasangan baru itu.

"NJIRR, DIA PALING KECIL, DIA YANG DULUAN DAPET PACAR!" ucap Mawar meringis lebar memukul pundak Miya.

"Dihh gue udah punya pacar yah!" sahut Boby tak terima, namun tak lama kemudian tersenyum pada pasangan baru itu ,"peje nya di restoran, ga mau tau!" sambung Boby yang menyenggol lengan Vero, menggoda.

"IYE NJIR, PEJE NYA RESTORAN GA PEDULI!" ucap Vania sama hebohnya dengan Boby.

"Ya udah, pulsek ikut gue ke restoran bokap gue" sahut Vero santai namun membuat semuanya bersorak gembira.

"PACAR MIYA ORANG KAYA!" ucap Sakura heboh.

"MAU JUGAAA!" teriak Daniel.

"Ngapain ke restoran? Makan di warteg deket rumah gue aja" ucap Miya. Vero menoleh lalu tersenyum kecil.

"Gapapa, sekalian promosi." ucapnya santai.

"Vero!" Miya dan Vero kompak menoleh.

Ada Rafa dan Devon dengan sebuket bunga Mawar merah dan sebuah boneka beruang ukuran sedang berwarna coklat terang.

"Telat anjir" ucap Rafa yang masuk disusul oleh Devon.

"Padahal udah ngebut, lari-lari sepanjang koridor" ucap Devon memberikan boneka pada Vero. "serasa jadi artis Korea gue." ucapnya lagi.

"Nih, bunganya." ucap Rafa memberikan sebuket bunga Mawar itu.

"Udah sukses aja lo." ucap Rafa lagi menepuk pundak Vero, tersenyum senang.

"Pejenya restoran om ye?" ucap Devon.

"Iya iya, pergi sana." usir cowok itu.

Devon dan Rafa sama-sama meringis lebar, pergi keluar kelas.

Miya terkekeh pelan. Lalu kembali menatap cowok didepannya.

"Ini bunganya, ini bonekanya." ucapnya memberikan dua benda itu pada sang gadis. "Meski gue tau elu lebih senang kalo dikasih skin." ujarnya lagi.

Miya menerimanya malu-malu, "makasih.." ucapnya pelan.

Vero membungkuk sedikit, menyamakan tingginya dengan gadis itu. Mendekatkan kepalanya ke telinga gadis itu.

"Makasih udah buat jantung gue senam setiap liat elu." bisiknya lembut, meninggalkan sensasi aneh di badan Miya.

"Gue juga, makasih buat melodi anehnya."

Brian tersenyum lebar dan tulus. Menatap sahabat masa kecilnya itu.

"Udah gue bilang kan? Gue bakal lakuin semua hal asal lo bahagia." gumamnya kecil dengan senyuman manis dan lega.

Tak apa.

Meski Miya dan Vero pacaran, Miya tetap akan selalu ada untuk Brian dan yang lain.

Brian tersenyum lebar lalu datang pada dua pasangan baru itu, "Cieeee Mimi peri sudah punya pacar." godanya sambil menjitak kepala Miya pelan.

"Dihh, jomblo pergi sana." usir Miya.

Brian malah tersenyum semakin lebar, kini beralih menatap Vero. "Jaga baik baik bro." ucapnya menepuk pundak Vero pelan.

Setelah itu ikut bergabung pada kumpulan kelasnya yang sedang sibuk membahas kira-kira apa yang disajikan di restoran Perancis.

"Alucard dan Miya." ucap Vero tersenyum lebar memeluk gadis itu erat.

GAMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang