Couple

734 77 4
                                    

Vero memarkirkan mobilnya didepan rumah lebar berwarna putih itu. Tersenyum ramah dengan sang pembantu yang sedang menyapu lantai teras, "pagi Bi Sari," sapanya tersenyum saat keluar dari mobil putih nya.

Bi Sari menoleh lalu tersenyum ramah, "pagi Den Vero" balas Bi Sari.

"Miya nya udah selesai Bi?" tanyanya sopan, berjalan menuju teras rumah Miya.

"Udah kayanya, Aden masuk ajak" ujar Bi Sari.

Vero tersenyum meringis, mendekati Bi Sari yang masuk kedalam rumah itu.

"Neng...ini Aden Vero udah sampai!" teriak Bi Sari sambil berjalan menuju dapur.

"Iyaaa!" balas Miya dari kamarnya.

Vero yang saja ingin mengetuk pintu kamar Miya langsung terkejut ketika gadis itu sudah membuka nya dari dalam. Vero melihat Miya tampil berbeda dari biasanya.

Gadis itu memakai kaos putih dengan gambar salah satu anime favorit Vero (ReLife), sama seperti nya. Rambutnya yang biasanya diikat tinggi atau dikepang kini dibiarkan tergerai, rok hitam kotak-kotak selutut, dan sedikit polesan make-up.

Cantik sekali....

"Kok make make-up?" tanya Vero berusaha tidak terdengar sinis. Karena menurut nya, Miya itu udah cantik apa adanya. Kalo ditambah make-up kan makin cantik!!! Ntar banyak yang ngelirik.

Miya meringis lebar, "biar unyu" ujarnya merangkul tangan pemuda jangkung itu.

Vero mendesis pelan, namun tetap merangkul kan tangannya pada pinggang gadis itu.

"BI SARII!!, Miya main sama Vero sampai senja ya!! Ga sampe malam kok!!" teriak Miya pada Bi Sari yang sedang didapur.

"Iya Neng!!!!" balas Bi Sari juga berteriak.

Vero terkekeh, berjalan ringan bersama-sama menuju mobil Vero.

Lagu dengan judul 'Snapping', Chungha. Terdengar dari radio mobil Vero.

Dengan Vero yang sibuk menyetir dengan tangan kanannya dan tangan kirinya digenggam erat oleh Miya yang sibuk menyanyikan lagu dan menggerakkan badannya mengikuti musik.

Iya, Vero ga mau genggaman nya dilepas. Memang sebucin itu.

"Kamu udah makan?" tanya Vero masih sibuk menyetir.

"Tadi makan pagi udah, siang belum. Hehehehe" gadis itu sedikit meringis diakhir kalimat nya.

Vero mengelus punggung tangan Miya, "ya udah, nanti kita makan" ujarnya manis sekali.

Miya mengangguk lalu kembali menyanyi tak jelas dimobil itu. Membuat Vero tak tahan untuk tak tertawa melihat tingkah gadisnya yang kelewat aktif itu.

"Eh tau ga?!" ujar Miya tiba-tiba, dia menoleh semangat pada Vero.

Vero menoleh, menatap gadis itu sebentar saat jalanan kosong, "apa? Kamu jadi top global?" ujarnya kembali menatap jalanan yang tak terlalu padat.

Gadis itu meringis lalu menggeleng, "ada toko kue baru buka!! Banyak banget kue manis disana kata Yeri!!" ujarnya semangat sekali.

"Makan kue mulu perasaan," ucap Vero memberhentikan mobilnya saat lampu merah, dia menoleh pada gadis itu dan mencubit hidungnya gemas, "ntar perutnya sakit"

Miya merengek kecil mengelus hidungnya, "ga bakal kokkk, aku udah biasa makan kue banyak banyak!" ujarnya.

"Nanti pulang kita beli" ujar Vero kembali melajukan mobil saat lampu kembali hijau.

"Uhuyy!! Asik, makasih sayang akuhhh" ujar gadis itu merangkul lengan Vero gemas.

Vero tertawa lalu menyentil kening Miya, "gini aja baru manggil sayang" ucapnya menyindir namun masih ada tawa kecil.

"Kannn apa aku bilang" rengek Vero kesal saat mereka sudah sampai di mall dan semua mata pria jelas sekali mencuri pandang Miya diam-diam.

Miya meringis kecil tertawa tak berdosa.

Vero mendengus pelan, melepaskan tautan tangan mereka dan kini ia merangkul pinggang gadis itu posesif dan kuat. Memasang wajah sangar dan dingin khas miliknya.

Miya kembali tertawa, kini merangkul balik pinggang pemuda jangkung itu. "Apasih posesif banget" ujarnya tertawa.

Vero menatap tajam pria yang jelas jelas menatap Miya dengan tatapan liar. Dia menepuk puncak kepala gadis itu, "mereka genit sama kamu, mana mau aku cewek aku diliatin begitu" tegasnya membuat Miya tersenyum meringis melihat wajah Vero dari bawah.

Memang Miya ini tak terlalu pendek, tinggi nya cukup pas untuk anak seusia nya. Namun tinggi Vero ini memang kurang ajar tinggi. Tinggi nya bisa mencapai 187 keatas.

"Apasih aku jadi besar kepala nihh, jadi malu" ucap Miya menutupi wajah tomat nya dibelakang Vero.

Vero tertawa lalu merangkul Miya semakin erat, berjalan ringan menuju cafe paling dekat.

"Kamu mau apa?" tanya Vero saat mereka sudah didepan meja kasir.

Miya sibuk melihat menu, "puding tiramisu, sama bubble tea yang taro" ujarnya sambil membacakan menu pada sang kasir, "kamu makan apa?" tanyanya pada Vero.

"Katanya belum makan," ucap Vero menyentil kepala gadis itu pelan.

"Ntar kenyang juga kalo makan ini"

Vero mendengus pelan, "hamburger nya dua, kentang goreng nya satu, cola nya satu, Coffee latte satu, sama cake coklat nya satu" ucap Vero pada sang kasir.

"Buat apa sebanyak itu?" tanya Miya mengernyit bingung.

"Buat kamu" jawab Vero lalu kembali menatap sang kasir, "atas nama Alucard" ucapnya lalu menarik tangan Miya menuju meja yang kosong dan paling dekat.

"Kan katanya nanti ke toko kue yang baru buka itu" ucap gadis itu setengah merengek, "nanti ga jadi"

"Jadi kok, kamu makan dulu" ucap cowok itu tersenyum lembut.

"Alucard!! Pesanan atas nama Alucard!!" teriak sang kasir keras.

"Kamu tuh, kenapa pake bilang nama Alucard sih?" ujar Miya mendongak pada Vero yang sudah berdiri mengambil pesanan, "diliatin orang tau"

Vero tertawa pelan, lalu mengambil pesanan dari meja kasir dan meletakan nya dimeja, mengambil hamburger dan menyodorkan nya pada Miya.

Gadis itu menerimanya, lalu menggigit besar hamburger itu.

"Imut banget pacar Vero iniiii" gemas Vero mencubit pelan pipi Miya yang sudah penuh itu.

"Apasih" ujarny, kembali mengunyah pelan.

Vero tertawa lalu mengambil hamburger lain dan memakannya.

"Fly high yeah yeah FLASH"

Dering handphone Miya membuat pasangan itu menoleh.

Tertera nama Brian dan fotonya besar besar dilayar handphone Miya.

"Ga diangkat Mi?" tanya Vero saat Miya santai saja meletakkan kentang goreng di hamburger nya.

Miya menoleh lalu menggeleng pelan sambil mengunyah, "paling minta PR sejarah" ujarnya.

____

"Nomor yang ada tuju tidak menjawab"

Brian menghela pelan, menatap layar handphone itu lalu mencampakan nya pelan keatas kasur. Bria memutar kursi belajar nya yang ada roda dibawah itu.

Padahal dulu Miya itu tak pernah tak mengangkat telepon Brian. Pasti selalu diangkat, bahkan malam hari pun tetap diangkat.

Tapi itu dulu.

Dulu waktu mereka masih begitu dekat dan tak terpisahkan. Tidak dengan sekarang. Sekarang mereka memiliki batasan.

Miya tidak boleh sedekat dulu dengan Brian agar tak membuat Vero salah sangka atau Brian tak boleh terlalu dekat dengan Miya karena bisa membuat orang lain menatap dirinya atau Miya itu berpacaran.

Brian kembali menghela pelan. Dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih gading itu.

"Miris banget nasib cogan" ujarnya pedih.

GAMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang