Miya berjalan sendirian di koridor IPA. Noval tadi tiba-tiba dipanggil karena ada urusan OSIS, jadi Miya sendirian. Gadis itu berjalan menuruni tangga.
Gadis itu bersenandung kecil sambil terus berjalan.
"Eh Miya?" ucap Devon saat melihat Miya dan dia saling berpapasan di tangga
"Devon!" sapanya mendekat pada kelompok itu.
"Eh ada Vero sama Rafa juga." ucap cewek itu.
Vero tersenyum. Gadis ini ceria dan semangat seperti biasanya.
"Mana Boby Mi?" tanya Devon, karena kalo di sekolah itu Miya dan Boby itu tampak lebih dekat ketimbang dengan Brian.
"Boby lagi di kantin, biasa lah." ucapnya.
"Lo ga kekantin emang? Ntar kalo pingsan gimana?" tanya Vero.
Dia perhatian.
"Kaga mungkin mah," ucapnya sambil menggeleng geleng sambil terkekeh. "Ada Brian,gue lagi ngambek." ucapnya jujur.
"Kenapa!?" tanya Vero dengan semangat sekali.
"Ga ada sih, ntar baikan juga kok." jawab Miya sambil terkekeh. L
Vero yang tadi semangat langsung lesu. Dia pikir berantemnya serius.
"Mas Rafa diam-diam bae. Sakit gigi ya???" ucap Miya dengan nada menggoda.
Pemuda bergingsul itu hanya tersenyum lalu menggeleng. "Ngapain dari atas?" tanyanya.
"Ohh jumpa Gilang tadi." jawabnya.
"Lah lo temenan ama Gilang?" tanya Vero.
Jangan sampai saingannya nambah.
"Iya. Udah dari SMP juga, tapi kalo disekolah gue jarang main sama dia karena kelas kami beda." jelas gadis itu.
"Ga pacaran kan?" kalian tau siapa yang bertanya.
"Kaga lah! Yakali gue pacaran sama Gilang!" balasnya spontan berteriak.
"Ya udahlah, gue cabut ya." pamitnya setelah mendapatkan anggukan dari mereka bertiga.
Vero masih berdiri ditempatnya. Menatap punggung Miya yang perlahan menjauh. Menatap punggung itu dalam, seakan sedang menyampaikan telepati.
Vero menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya saat itu juga. Dia melangkah mantap lalu berjalan disamping Miya.
Rafa berbalik, lalu tersenyum saat melihat pemuda itu sedang tampak gugup. Lalu kembali berjalan bersama Devon yang tak sadar kalo Vero sudah tidak ada.
Miya menoleh kaget. Ada Vero yang sangat dekat padanya. "Loh, lo ga ke kelas?" tanyanya.
"Antar lo duluan." jawabnya menatap lurus kedepan.
"Apaan sih, sok romantis," jawab gadis itu sambil tertawa.
"Serius."
Hanya satu kata. Namun dapat membuat Miya diam. Tiba-tiba saja dia merasa gugup. Pemuda ini tiba-tiba saja terlihat berkharisma dan keren.
"Ngapain nganter gue? Toh kelas gue dekat.." jawabnya sambil menatap depan kedepan. Gugup.
"Karena lo spesial." jawabnya.
Mereka berjalan pelan di koridor, menikmati kebersamaan ini tanpa sadar.
Gadis itu mengerjap polos lalu menatap Vero.
"Spesial?"
"Iya, karena cuman lo ama senyuman lo bisa ngebuat gue ngerasa bahagia." ucap Vero menatap lurus mata Miya.
Dunia seakan berhenti. Miya terpaku saat itu juga. Rasanya aneh. Kalimat yang sudah sering dia baca ataupun dengar, namun saat Vero mengatakan nya seperti baru pertama kali diucapkan. Darah Miya berdesir hebat dengan jantungnya yang berdegup kencang, nyaman sekali.
Mereka sama sama saling diam. Saling menatap, seakan berbicara menggunakan mata.
"Apasih, basi.." ucap Miya menyembunyikan kegugupannya dan berjalan menuju kelasnya.
Vero mengikuti dari belakang, bisa melihat wajah bersemu kemerahan gadis itu.
Hingga sampai didepan kelas 11 IPS 2. Ada Joy yang duduk dikursi panjang depan kelas, dia langsung noleh kaget ke Miya dan Vero.
Bukan. Sebenarnya biasa saja. Namun wajah merona Miya dengan senyuman penuh kebanggaan dari Vero jelas memiliki arti.
Joy langsung tergopoh-gopoh masuk kedalam kelas.
"WOY!! Miya--- cowok." ucap Joy tak jelas sambil menunjuk-nunjuk ke arah pintu kelas.
"Yang jelas anjir!" ucap Lucas yang sedang ngemil dibelakang bareng Bayu dan Daniel.
"MIYA BAWA COWOK CAKEP!" ucapnya dengan satu tarikan napas sambil berteriak.
Semua yang ada dalam kelas langsung berlari keluar, namun beberapa mengintip dari jendela kelas. Yang paling kaget adalah Brian dan Boby.
Mereka berdua keluar paling awal, ingin membuktikan apa yang dikatakan Joy.
Ada Miya yang menahan malu dan Vero dengan wajah dingin dan datarnya.
"Malu maluin ya?" tanya Miya canggung.
Vero tersenyum tipis lalu menggeleng.
"SIAPA LO NIH!" teriak Brian dan Boby berbarengan.
Padahalkan, Boby sudah kenalan dengan Vero.
Tak lama kemudian yang lain datang menghampiri mereka.
"HOT NEWS HOT NEWS!!!"
"MIYA GUA GA NYANGKA!"
"WISHHHH CAKEP UGHA!"
"PAAN CAKEP LAGI GUA!"
"IH GA LIKE AKUHH YA!"
"MIYA KAK CAHYO BUAT GUE!"
"ENAK AJA!" balas Miya setengah berteriak pada Mawar yang sudah tertawa.
"SIAPA LO DIA!" tanya Brian berteriak.
Miya menoleh. Lalu mensiniskan matanya. "Apa lo!" ucapnya angkuh.
Brian menghela napasnya. Benar juga, Miya belum memaafkan dirinya.
"Gue Vero Kelviando. Sebelas IPA lima. Gue calon pemilik hatinya." ucap pemuda itu yakin dan tenang. Tak tersirat kan keraguan didalam kalimat itu.
"HAH!?!!!?" ucap semuanya kompak.
Vero tersenyum tipis lalu menepuk kepala Miya dan berjalan menjauh, balik menuju lantai atas.
Otak kecil penghuni 11 IPS 2 masih mencerna.
"WHAT! "
"OH MY GOD OH MY GOD OH MY GOD HE IS REALLY BAD BOY!"
"WHAT OH MY GOD! "
"YESSS, KAK CAHYO BUAT GUE!!"
"WAGELASEH!"
"GA NYANGKA GUE!!"
"MIYA!!"
"ACIKIWIRR!!"
"ANJIR GUE BAPER, PAK LAY AKU BUTUH BELAIAN MU!"
"GUE CALON PEMILIK HATINYA EAAKKKK!"
"HUHU APALAH DAYA KU!"
Miya masih terpaku. Dia menatap punggung Vero yang menjauh, hatinya sedikit menghangat mendengar kalimat manis itu keluar dari mulut Vero. Apalagi sentuhan Vero di kepalanya benar-benar membuatnya merasa nyaman.
Sedangkan Brian. Dia diam. Menatap tak suka ke punggung Vero. Tatapan penuh kebencian dan rasa tak suka.
Berlebihan sekali.
Dan Vero. Dia berjalan terus. dengan cool nya, namun setelah anak 11 IPS 2 tak dapat melihatnya lagi, dia langsung memegang jantungnya.
"Lo kenapa sih idioott!!?" gumamnya itu sambil merasakan detak jantung nya yang tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS [END]
Teen FictionSejak lama sekali, Miya Helena tidak terlalu memikirkan apapun namanya cinta. Dia terlalu sibuk bermain game, menghabiskan waktu dengan temannya, dan membuat video YouTube. Namun pemuda jangkung bermata tajam itu datang dengan tekat yang begitu kuat...