Bergosip Ria

720 89 6
                                    

"Ada Gilangnya?" tanya Miya di depan pintu kelas 11 IPA 5  pada beberapa gadis yang baru keluar dari sana.

"Ada tuh." jawab salah satu dari mereka. "Kayanya lagi badmood, Kira kira kenapa ya?" tanya gadis itu kepo.

Miya tersenyum tipis. "Biasa, Gilang itu sebelas dua belas ama namanya. Gila, galak, ilang" ucap Miya random.

Mereka meringis lalu pamit pada Miya yang masih berdiri didepan pintu kelas 11 IPA 5.

Miya sendiri sekarang. Noval tadi tiba-tiba saja dipanggil pak Agus untuk melakukan sesuatu yang jelas Miya tidak tau.

"Gilang! Lang! Gilang!" ucap Miya seperti mau mengajak main layangan saja.

Dia mengintip dari pintu, padahal biasanya Gilang ini jarang sekolah kalo hari Jumat. Karena dia ga punya ekskul.

"Miya?" seru seseorang kaget saat hendak masuk namun melihat Miya didepan pintu kelasnya.

Miya menoleh lalu tersenyum lebar khas miliknya. "Vero!" ucapnya semangat.

"Ngapain disini? Nyari Gilang?" tanya pemuda jangkung itu.

"Engga..." ucap Miya misterius. "gue kesini nyariin lo, sang pemilik hati gue."

Vero tersedak ludah nya begitu saja.

"Hmm, masuk aja." ucap cowok itu sambil mendorong Miya masuk kedalam kelas.

"Dorong aku ke pelaminan dung bang!!"

Vero menggeleng pelan.

"Lah Mi?!" ucap Gilang saat melihat Miya masuk dengan Vero.

"Mi sukses isi dua," ucap Miya meniru gaya iklan yang sering dia lihat itu.

"Dadah Vero, aku mau main sama kak Gilang dulu." ucap Miya melengos pergi begitu saja menuju meja Gilang yang terletak paling belakang.

"Tumben sendirian? Mana yang lain?" tanya Gilang saat Miya duduk didepan nya dengan santai.

"Lagi ekskul, tumben sekolah hari Jumat." ucap Miya mengingat cowok depannya ini hampir tak pernah masuk ketika jam ekskul.

Ya karena hari Jumat itu jadwalnya bukan belajar. Melainkan olahraga pagi, membersihkan lingkungan sekolah, lalu melakukan jam ekstrakurikuler.

Miya masuk karena dia malas dirumah. Selain itu ada absen yang harus diisi.

"Ga ada sih, bosan dirumah." ucapnya.

Miya mengangguk-angguk, ternyata mereka punya alasan yang sama.

Secara tiba-tiba, Miya menoleh menatap Vero yang kelihatan sekali memperhatikan mereka, apalagi kelas ini isinya hanya ada mereka bertiga.

"Cieee merhatiin cieee," goda Miya pada Vero yang tertangkap basah sedang memperhatikan Miya diam-diam.

Vero salah tingkah langsung berpura-pura membalas chat.

Miya terkekeh pelan. Gilang mengernyit heran.

"Lo kenal?" tanya pemuda itu pada Miya yang masih menggoda Vero dengan tatapannya.

Miya menoleh lalu meringis kecil. "Hehehe, pernah pulang bareng sekali, terus gue ditraktir, terus nonton." ucap Miya menjelaskan.

"Itu bukan kenal lagi bego!" ucap Gilang tak tahan untuk tak menoyor gadis didepannya.

"Kenapa semua orang suka banget noyor kepala gue, huhuhu." ucap Miya sambil mengelus keningnya.

"Lo toyor- able sih" ucap pemuda itu tanpa rasa bersalah. "Eh btw bapak pulang ya?"

Miya mengangguk pelan. "Iya, Vero juga udah kenalan ama bapak." ucapnya santai.

' Tak'

"ARGHH" pekik Miya sambil mengelus jidatnya yang kembali ditoyor oleh Gilang.

"UDAH SEJAUH ITU KOK GUE GA TAU!!" pekiknya nyaring.

"Apasih, mereka kenalan pas Vero nganterin gue!"

"Hmmmm, saya mencium aroma pendekatan ini..."

"Ga usah sok Deddy Corbuzier deh lo!"

"Roy Kiyoshi kali!"

"Yeuuuu..." Miya mencibir sesaat, namun kemudian dia mendekat ke Gilang. "Eh btw Roy Kiyoshi beneran oplas ya?"

"Berita lama anjir..."

"Eh iya WE KA WE KA WE KA!" ucap Miya sambil tertawa aneh membuat Gilang tak tahan untuk tak kembali menoyor kepala Miya.

"Ihh noyor mulu ih!" ucap Miya menjauh namun sesaat kemudian Miya kembali mendekat, dia memasang tampang emak-emak yang sudah siap mau ngegosip.

Gilang juga mendekat, siap siap untuk mendengar gosip dari Miya.

"Lo tau ga kenapa kak Cahyo ama kak Mino berantem??" ucapnya berbisik.

Gilang menggeleng pelan. "Katanya ya, mereka rebutan mbak Irene.." ucapnya ragu.

Hm, badboy sekali Gilang ini.

"Iya njirrr!" Miya berseru heboh. "Gue lihat kak Mino berantem ama mbak Irene dibelakang lab komputer!!"

Gilang melotot kaget.

"Gue denger ya, mbak Irene lebih suka ama kak Cahyo! Terus kak Mino ga terima!" ucap Miya heboh.

Vero memerhatikan semua itu dari jauh. Dia tersenyum tipis tanpa sadar.

Dia mendengarkan gosip kakak kelasnya itu. Karena bagaimanapun juga, suara mereka terlalu keras.

"Eh gue dengar tuh gosipnya!" ucap Gilang yang sama hebohnya dengan Miya. "Katanya mbak Irene ampe nangis!"

"Iyaaa!!" ucap Miya rempong. "Gue liat, mbak Irene nangis terus dipeluk Kak Mino, kan mau juga huhuhu!"

Gilang mendesis kesal melihat Miya yang tiba-tiba keluar dari pembicaraan.

"Doi lo ganti mulu perasaan" cibir Gilang sinis. "Waktu MOS lo bilang suka kak Arlan si mantan ketos, terus lo bilang lo naksir ama kak Cahyo si mantan kapten futsal , terus ama si Ahmad anak taekwondo." ucap pemuda itu frustasi.

Tenang, itu belum semua kok.

Miya meringis kecil. "Lo tau lah, anak SMA kita cakep cakep, jadi gue ga bisa tahan godaan.." ucapnya tanpa dosa.

"Cakepan gue ugha dari si Cahyo itu," ucap Gilang narsis.

Miya mencibir lalu berpura-pura muntah saat itu juga.

"Yeuu si anying!" umpat Gilang tak tahan.

Miya terkekeh manis, bahkan lebih manis dari teh manis dikantin. Vero ikut tersenyum.

Kebahagiaan itu memang bisa menular.

GAMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang