Apa ya

906 94 8
                                    

Vero bangun dari tidurnya. Dia melihat sekitar, dia sedang ada di UKS dan bu Suzy sedang duduk di kursinya sambil membaca majalah.

Ah, Vero ingat tadi dia pingsan akibat lemparan bola basket dari Miya. Ternyata gadis itu kuat juga.

"Udah bangun kamu? Ada yang sakit?" tanya bu Suzy sambil menatap Vero yang baru terbangun.

Vero menggeleng pelan lalu berdiri.

"Mau minum? Tadi teh kamu udah dingin," ucap bu Suzy berjalan mendekati Vero.

Vero menggeleng sebagai jawaban lalu keluar dari pintu UKS tanpa pamit.

Benar juga, Vero itu anaknya tak banyak bicara pada orang asing.

Vero berjalan di koridor. Dia merogoh saku celana trainingnya dan mengeluarkan handphonenya dan menyalakan layar itu.

"Masih jam olahraga." gumam pemuda itu memutuskan kembali kelapangan.

Lapangan terlihat ramai karena ada tiga kelas yang olahraga dari jam pertama sampai jam ketiga.

Vero celingak-celinguk mencari teman-temannya. Dia menemukan Rafa yang sedang main futsal dengan lawan anak kelas Miya.

Vero mencari sosok yang membuat dia stress belakangan ini. Ketemu! Miya sedang main tali skipping di pinggir lapangan bulutangkis.

Gadis itu melompat sambil tersenyum manis. Cantik sekali. Rambutnya yang dikepang satu oleh Vania dengan poni, kulitnya yang terkena sinar matahari tampak bercahaya. Dan paling istimewa, senyum milik Miya ini benar-benar manis.

Ah paket lengkap ada di Miya. Cantik, manis, imut, gemas. Gadis itu mengambil semuanya.

Padahal tidak seperti itu, Vero hanya jatuh cinta. Jadi dia melihat orang yang dia cintai sebagai objek paling indah dan sempurna.

Vero duduk dipinggir lapangan futsal. Dia memperhatikan Miya dari jauh.

Apa ya?

Vero bingung kenapa dia bisa jatuh begitu dalam pada gadis ini.

Ada banyak wanita yang jelas jauh lebih cantik dari Miya, tapi apa ya yang buat Vero ini jatuh begitu dalam?

Miya berhenti bermain tali skipping itu. Dia memberikan tali itu pada teman sekelasnya. Dan sekarang orang itu yang bermain.

Lapangan SMA 02 memang sedikit berbeda. Semua lapangan ada disatu tempat, yaitu belakang gedung kelas 12. Kecuali salah satu lapangan basket yang ada ditengah-tengah sekolah dan satu lapangan bulutangkis yang juga ada di depan.

Sedangkan yang lain ada dibelakang gedung kelas 12.

Ada lapangan basket, lapangan voli,  lapangan bulutangkis dan yang terkahir lapangan futsal.

Miya tampak berbicara dengan salah satu teman sekelasnya. Gadis itu tampak tertawa manis.

Apa ya? Vero begitu menyukai senyum itu tapi apa ya?

Sesuatu yang sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata. Terlalu sulit untuk diungkapkan dengan ekspresi dan terlalu sulit untuk diungkapkan tingkah.

Sesuatu yang buat Vero stres cuman karena mikir itu. Tapi apa ya?

Sampai sekarang Vero suka dibuat bingung. Miya itu cantik, bahkan sangatlah cantik. Terutama dia cantik dan tidak jaim, itu yang buat cowok suka samanya.

Tapi menurut Vero lebih dari itu, tapi apa ya?

Miya itu pintar. Satu angkatan tau kalo dia itu gadis dengan otak yang memang sudah encer dari sananya.

Tapi menurut Vero lebih dari itu.

Miya itu lucu. Kalo duduk disamping Miya, orang-orang pasti dapat terhibur dengan mudah.

Tapi lagi, menurut Vero itu miya itu lebih dari itu.

Miya itu gamers. Miya punya hobi sama kaya hampir semua cowok. Itu juga yang membuat orang tertarik padanya.

Tapi bukan itu. Bagi Vero lebih dari itu semua. Tapi apa ya?

Miya dan beberapa temannya tampak bermain. Tapi bukan permainan olahraga tapi mereka mulai main Benteng-bentengan.

Permainan ini adalah permainan yang dimainkan dua kelompok. Jika salah satu kelompok dapat menyentuh Benteng lawan tanpa disentuh maka lawan yang berhasil itu akan mendapatkan poin dan jika tak berhasil maka dia akan ditahan.

Miya keluar pertama dari timnya. Lalu dari tim lawan keluar Markus. Miya lari, dan berarti Markus harus kejar Miya.

Vero memandang dari jauh. Miya berlari cepat dengan begitu semangat. Ada Markus di belakangnya yang berusaha mengejar.

Gadis kecil itu memang lah anak-anak. Bukan karena dia lebih muda dari teman-teman nya, tapi Miya ini memang mempunyai sifat anak-anak yang begitu dalam.

Apa ya? Sampai sekarang Vero suka bingung kenapa dia begitu menyukai Miya.

Devon datang dan duduk disamping Vero. Pemuda itu mengelap keringat dari wajahnya menggunakan baju olahraga miliknya.

"Udah gapapa lo?" tanya pemuda itu.

Vero menoleh lalu kembali memerhatikan Miya yang masih dikejar Markus.

"Hmm." jawabnya seadanya.

Devon melihat arah mata Vero. Ah, ternyata dia sedang memerhatikan dalam diam.

"Cantik ya." ucap Devon membuat Vero langsung menatapnya tajam, tapi Devon tak peduli.

Mereka berdua hening. Vero yang sibuk dengan dunianya dan Devon yang sudah berbaring di rerumputan.

"Apa ya?" gumam Vero tapi dapat terdengar jelas oleh Devon.

"Hah apa?"

"Von, kalo lo lihat Dinda gimana rasanya?" tanya pemuda itu balik.

Devon terdiam, namun sesaat kemudian tersenyum. Dia menatap langit cerah pagi ini.

"Apa ya? Menurut gue Dinda itu cantik banget, ga peduli saat dia nguap atau ngupil. Dia tetap cantik dimata gue, tapi bukan cuman itu," jawab cowok itu. Vero ikut berbaring disamping Devon.

"Bukan cuma itu?"

"Eumm bukan cuman itu." Devon menganggukkan kepalanya mantap.

"Sesuatu yang terlalu indah dan ga bisa diungkapkan dengan kata-kata..." sambungnya.

Vero diam. Dia menatap langit yang sangat cerah itu, seperti tersenyum pada manusia.

"Sesuatu yang lebih indah dari cinta?" gumam Vero.

Dia tersenyum lalu bangkit dan semakin tersenyum saat objek yang dia lihat tersenyum.

GAMERS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang