Hari ini hari Kamis. Yang berarti jam pertama kelas 11 IPS 2 itu olahraga. Ada tiga kelas yang olahraga pagi ini. Ada kelas kak Cahyo, ada kelas Miya dan ada kelas Vero.
Vero tidak pernah sadar sebelumnya kalo ternyata kelasnya dan kelas Miya punya jam olahraga yang sama. Kalau Miya tau, hanya saja dia tidak tau ada Vero disitu. Dia fokus sama kak Cahyo.
Miya baris dipertengahan barisan. Takut terkena panas. Didepan gerombolan murid 11 IPS 2 ada guru ganteng berkulit coklat bernama Indra.
Mereka mulai pemanasan. Menghitung dari kanan ke kiri. Ada Bintang yang paling kanan depan. "SATU SATU!" teriaknya.
"AKU SAYANG IBU! " sambung Hana dengan keras. Semuanya terkekeh, kelas mereka heboh seperti biasa.
"DUA DUA!"
"JUGA SAYANG DIA!" kini semua berteriak serempak.
"SATU DUA TIGA!"
"SAYANG CUMAN DIANGGAP TEMAN!" kini Daniel dan Brian yang berteriak paling keras.
"CURHAT DONG MAHH!" ucap Boby sudah ngakak.
Semua terkekeh, kecuali satu orang yang memimpin pemanasan. Dia masang muka sedatar-datar mungkin, dan sudah kelima kalinya dia menghela nafasnya lelah.
"Serius." ucap pemuda itu. Mereka kembali pemanasan. Pak Indra hanya terkekeh melihat tingkah murid muridnya itu.
"Lari keliling lapangan dua kali!" perintah pak Indra.
Mereka mulai berlari. Miya, Joy dan Vania gandengan tangan. Mereka bukannya berlari malah lompat lompat. Lalu ada Bintang dan Larisa yang melakukan gerakan meroda dan Mawar yang sibuk merekam aksi mereka. Lalu ada Hana dan Wendy yang sibuk caper sama anak kelas kak Cahyo. Ada juga Daniel dan Bayu yang sibuk lomba lari. Ada Sakura dan Anggi yang jalan doang. Ada Brian dan Noval yang lari-lari kecil. Ada Boby dan Juned yang lari cuman makai satu kaki. Ada Yeri dan Markus yang lari sambil ngobrol. Dan ada si ganteng Lucas dan si imut Yuqi yang sibuk buat snapgram.
Vero yang masih pemanasan lagi memperhatikan Miya yang semangat sekali pagi ini, seperti biasanya. Gadis itu selalu tersenyum sebersinar mentari. Dia merhatiin Miya sampai tak sadar kalo sekarang giliran nya menghitung.
"HITUNG WOY!" teriak Juki dari depan. I
Vero langsung menoleh kaget dan dengan malas berhitung. Selesai berhitung, mereka juga disuruh lari sama pak Juho.
Vero tak berlari. Dia jalan doang. Nanti yang lain selesai pas dua putaran, dia selesai pas satu putaran.
Vero itu ganteng. Gimana pun bilangnya, Vero itu ganteng. Tapi apa yang buat dia tidak tenar kaya yang lain?
Seperti Juki yang dikenal dimana-mana karena paras dan sikap ramahnya, atau ada Devon yang termasuk salah satu inti OSIS, ada juga Gilang yang kerjanya tiap hari bolos tapi tetap terkenal.
Teman-teman kelas Vero itu nyaris terkenal semua, mungkin cuma dia yang tak terkenal. Orang tau dia, tapi ga ada yang penasaran sama hidupnya.
Karena hidup Vero itu jelas sekali terlalu biasa. Kaya manusia yang datar dan lurus.
Berbeda dengan Miya. Dia terkenal, semua angkatan bahkan orang dari luar sekolah pasti mengenalnya dia. Dia punya channel youtube yang isinya game semua. Anaknya ramah dan suka nyapa duluan kalo jumpa. Cantiknya ga biasa. Cantik nya ga jaim, jadi banyak yang suka.
Cinta pertama Vero sesulit itu.
Vero menatap Miya dari jauh sambil terus berjalan. Miya berlari sekencang-kencangnya dengan membawa bola basket dan ada Lucas yang ngejar dia dibelakang.
"AMBIL KALO BISA HUHU!" Miya berteriak nyaring masih dengan larinya yang kencang. Lucas tertawa sambil terus mengejar Miya.
Miya dan Lucas tampak asik berkejaran dilapangan basket yang agak ramai pagi itu.
Vero selesai dengan jalan paginya. Dia segera menghampiri Rafa yang duduk dipinggir lapangan.
"Semangat bener tu bocah." ucap Rafa sambil terkekeh.
"Bingung gue, kenapa orang kaya gitu masih ada didunia." ucap Vero. Mereka berdua sama-sama terkekeh.
"Gas dong-"
' Duk'
Tiba-tiba kepala Vero terantuk kuat dengan bola basket. Didepan Vero ada Miya dan Lucas yang tampak kaget. Miya menutup mulutnya tak percaya dan Lucas membulatkan sempurna matanya.
Vero memegang kepalanya. Terasa pusing, tak menyangka bahwa Miya bisa melempar bola sekuat ini.
Miya langsung menghampiri Vero. Sedangkan Lucas mengambil bolanya dulu dan menghampiri Vero.
Vero itu galak. Jangan lupakan hal itu. Dia cenderung kasar dan suka marah. Tapi kenapa kali ini dia hanya diam saja.
"Eh sorry sorry, gue ga sengaja!?" ucap Miya panik. "Mau pingsan lo?, jangan dulu ah!" sambung gadis itu.
Vero merasa kepalanya benar-benar sakit sekarang.
"Ehh Rafa bantuin gue dong angkat dia!" ucap Miya panik.
"Cas, ntar bilangin ya sama Brian," ucap gadis itu pamit setelah Vero naik ke punggung Rafa.
Devon datang menghampiri. "Lah kenapa ni anak?" tanyanya bingung.
"Kena bola basket, nanti bilangin sama guru lo ya, Von. Pamit." ucap gadis itu membantu Rafa.
Devon menganggukan kepalanya. Miya, Vero dan Rafa pergi.
Samar-samar Vero melihat Miya yang berjalan disamping Rafa.
Dia tertawa kesetanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMERS [END]
Teen FictionSejak lama sekali, Miya Helena tidak terlalu memikirkan apapun namanya cinta. Dia terlalu sibuk bermain game, menghabiskan waktu dengan temannya, dan membuat video YouTube. Namun pemuda jangkung bermata tajam itu datang dengan tekat yang begitu kuat...