Satu-persatu murid-murid di sekolah sudah meninggalkan lingkungan sekolah karena memang sudah jam pulang.
Tapi tidak dengan Ryujin, ia sedang menunggu kehadiran seseorang.
Siapa lagi kalau bukan menunggu Renjun?
Hari ini, pemuda itu mengajak Ryujin untuk pergi ke suatu tempat. Tidak seperti biasanya, kali ini Ryujin mau menerima ajakan Renjun tanpa harus cekcok atau dibujuk terlebih dahulu.
Aneh, bukan?
Alasan yang Ryujin berikan sih, katanya ia memang sedang bosan saja.
Tapi alasan sebenarnya? Entahlah, hanya Ryujin yang paling tau.
Di tengah penantiannya, Ryujin merasakan pelukan hangat dari belakang.
"Jie-jie," lirih suara merdu itu yang ternyata adalah Ning-ning.
Ryujin membalikan tubuhnya menghadap Ning-ning, turut membalas pelukan hangat gadis tersebut.
"Kau mengagetkanku," ucap Ryujin sembari mengusap lembut rambut Ning-ning.
Semenjak malam pertemuan keluarga waktu itu dimana akhirnya Ryujin mengetahui siapa sebenarnya Ning-ning, Ryujin pun meminta maaf kepada Ning-ning meski gadis China itu sendiri tidak mengerti mengapa Ryujin meminta maaf padanya.
Walau masih terbatasi oleh kendala bahasa, Ryujin dan Ning-ning tetap bisa mengakrabkan diri. Selain karena Ning-ning yang memang cukup supel sehingga bisa mengimbangi Ryujin yang cenderung dingin dan pendiam, keakraban dua gadis ini juga tidak luput dari kontribusi Renjun sebagai translator untuk mereka berdua.
Renjun membantu Ryujin untuk mengerti bahasa isyarat Ning-ning, begitu juga sebaliknya, ia turut membantu Ning-ning mengartikan perkataan Ryujin ke dalam bahasa Mandarin.
"Ni hao ma?" Tanya Ryujin pada Ning-ning. Setidaknya ada 1 kalimat Mandarin yang Ryujin ingat dan ketahui dari sekian banyaknya kalimat yang telah Renjun beritahu padanya.
Ning-ning tersenyum manis sembari mengacungkan isyarat tangan yang membentuk huruf O dan K, yang artinya ia baik-baik saja.
"Syukurlah kalau begitu," gumam Ryujin.
"Kalian berdua jangan melupakan keberadaanku disini," perkataan Renjun memginterupsi sesi bercengkrama 2 gadis barusan.
"Ning-ning, Ràng wǒmen huí jiā, sījī dàole."
Mendengar perkataan Renjun, gadis china itu segera berpamitan sebelum akhirnya masuk ke mobil jemputan keluarga Huang yang baru saja tiba.
Sepeninggalan Ning-ning, Ryujin langsung mencerca Renjun.
"Mau kemana kita?" Tanya Ryujin dengan ketus seperti biasa, jauh berbeda saat berbicara dengan Ning-ning tadi.
"Kau akan tahu nanti, aku tidak membawa mobil hari ini jadi ikuti saja, jangan banyak tanya" sahut Renjun lalu menggandeng tangan Ryujin.
Di tengah keheningan perjalanan mereka menuju halte bus, Renjun pun membuka pembicaraan.
"Aku baik-baik saja, sakitnya sudah tidak terasa," jelas Renjun.
"A-aku tidak tanya," sahut Ryujin.
"Jangan berdalih, aku jelas-jelas bisa merasakan kau sedari tadi memandangi pipi ku ini kan? Hahaha, padahal kau sendiri pelakunya," canda Renjun.
"Y-yah salahmu sendiri memelukku tiba-tiba begitu!" Elak Ryujin sekali lagi.
Flashback
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAR
Фанфик[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Tentang Huang Renjun dengan segala kehangatan yang diterima olehnya dan Shin Ryujin yang sudah terlalu frustasi dengan dinginnya hidup dan penolakan dari sekelilingnya. Iya, mereka selayaknya dua kutub yang berbeda dan saling be...