Cahaya menyilaukan menyadarkan sosok remaja yang sedang terikat di sebuah kursi dengan mulut yang terperban.
Kepalanya sungguh terasa nyeri dan cahaya menyilaukan dari cela-cela genting ruangan asing tempatnya berada sekarang sama sekali tidak membantunya.
"Selamat pagi tuan mudah," Renjun mendengar suara lelaki asing tanpa menemukan sosok pemilik suara itu.
"HAHAHAHA, maafkan anak buahku. Dosis bius mu sepertinya terlalu banyak sampai-sampai pandangan matamu pasti sedikit buram sekarang,"
Ya benar, Renjun masih berusaha menfokuskan pandangannya. Ia hanya dapat melihat secara samar-samar, walau begitu Renjun tau ia sedang tidak berada di rumahnya.
Berlahan pandangan Renjun mulai jelas. Ia dapat melihat siluet seorang lelaki tinggi yang sedang berjalan mendekatinya.
"Kau mengenali ku?" Tanya lelaki itu membuat Renjun berlahan menaikan pandangannya ke wajah sang pemilik suara tadi.
Tidak, Renjun tidak mengenalinya.
"Berarti ia berurusan dengan bisnis ayah, argh sial!" batin Renjun menggeram.
Renjun menggeleng lemah menanggapi jawaban lelaki yang kelihatannya berumur sekitar 40 tahunan itu.
"HAHAHAHA, ironis bukan? Kau menjadi korban dari seseorang yang tak kau kenal akibat imbas dari perbuatan ayahmu sendiri," orang itu mulai berucap.
Renjun tidak mendengarkan, ia masih berusaha melihat sekitarnya mencari keberadaan Pak Kim, supir yang menjemputnya kemarin malam.
"T-tolong hentikan," terdengar rintihan kesakitan dari lelaki tua di belakang Renjun.
Itu Pak Kim, sosok yang Renjun cari.
Sontak Renjun berusaha memutarkan kursinya tempatnya terikat untuk mengecek kondisi Pak Kim.
Pria tua itu nampak babak belur tak berdaya dibawah tindihan kaki 2 lelaki yang sepertinya adalah anak buah dari lelaki yang berbicara tadi.
Sial, melihat lelaki tua diperlakukan tidak manusiawi begitu Renjun hanya dapat menjerit marah walau jeritannya itu teredam oleh perban yang menutup mulutnya.
"Hey! AKU BERBICARA DENGANMU ANAK MUDAH!" Tegur lelaki pertama untuk menarik atensi Renjun.
Karena tidak digubris Renjun, lelaki itu menendang bangku Renjun dari belakang menyebabkan Renjun jatuh membentur tanah dengan cukup keras.
"AKU DISINI SEDANG BERBICARA DENGANMU HUANG KEPARAT!" Teriak lelaki bernama Song Byngjae itu kali ini menginjak kepala Renjun sehingga wajah Renjun sudah sempurna menempel ke tanah.
Kepala Renjun sudah berdarah akibat benturan tadi, dan sepertinya hidungnya juga sudah memisan akibat kepalanya yang diinjak.
Renjun masih melirik kondisi supirnya, masih menatap dengan khawatir sekaligus marah.
"Boss, bagaimana ia bisa menjawab jika kau tidak membuka perban di mulutnya itu," ucap salah seorang anak buahnya.
Mendengar saran dari anak buahnya, sang boss melepas perban dari mulut Renjun dengan kasar.
"Berbicaralah sekarang keparat!" Bentak si boss.
Nihil.
Renjun tidak bicara, membuat lelaki itu murka dan menarik Renjun untuk kembali terduduk ke posisi semula dan meninju wajah Renjun.
Bugh!
"Keparat!"
Bugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAR
Fanfiction[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Tentang Huang Renjun dengan segala kehangatan yang diterima olehnya dan Shin Ryujin yang sudah terlalu frustasi dengan dinginnya hidup dan penolakan dari sekelilingnya. Iya, mereka selayaknya dua kutub yang berbeda dan saling be...