34 - IS IT YOU?

1.7K 268 57
                                    

Pembicaraannya dengan Haechan semalam terus menghantui pikiran Ryujin.

Dari informasi yang Haechan beritahu, ia bertemu dengan Chenle di Manchester, tempatnya melakukan pertukaran pelajar sekarang. Haechan dan Chenle dipertemukan di kampus yang sama.

Hati Ryujin antara senang dan tidak tenang. Ia senang, ternyata Renjun berada di Sydney. Kota yang sama dengannya. Tetapi di sisi lain, Ryujin juga berdebar. Ia sangat tidak sabar untuk bertemu Renjun tapi ia sekarang tidak yakin harus bersikap seperti apa saat menemuinya nanti.

Ryujin juga sudah meminta Haechan untuk menagih kontak Renjun pada Chenle.

Dari apa yang Haechan katakan, Chenle masih enggan memberikan kontak Renjun padanya. Mengingat apa yang terjadi pada keluarga Renjun, identitas dan keberadaan Renjun sebenarnya masih harus dijaga. Dikhawatirkan, pihak-pihak yang dulu pernah terlibat dengan urusan mafia keluara Huang dulu akan memburu Renjun dan ibunya.

Perusahaan ayah Chenle yang mengakusisi perusahaan keluarga Renjun sebenarnya juga hanya langkah yang diambil untuk mengamankan aset-aset keluarga supaya tidak diklaim oleh pihak lain. Semuanya sudah diatur sedemikian rupa oleh ayah Chenle.

Sekarang yang menjadi pertanyaan Ryujin, apakah Renjun masih sama seperti yang dulu?

Bagaimana ia harus bereaksi jika berhasil menemui Renjun?

Kalau ditanya, rindu atau tidak. Ryujin rindu, sangat. Hatinya dan perasaannya untuk Renjun masih sama seperti dulu.

Lalu, jika Ryujin sudah mendapat informasi yang lebih jelas dari Haechan mengenai keberadaan Renjun. Apakah Renjun ingin ia cari dan temui?

Apakah situasinya sudah cukup aman untuknya bisa menemui Renjun seperti dulu lagi?

Begitu banyak keraguan dan pertanyaan menghantui  Ryujin.

"Akh!" pekikkan seseorang membuat Ryujin sedikit tersentak di tengah lamunannya.

Khawatir terjadi sesuatu, ia segera menghampiri kamar si sumber suara.

"Lami, kau baik-baik saja?"

"Unnie, tolong aku," rengekan terdengar dari balik pintu kamar milik Lami. Masih dengan khawatir, Ryujin bergegas masuk ke kamar itu dan mendapati Lami terduduk pasrah di lantai kamarnya.

Rambut gadis itu berantakan tidak karuan, dengan sisir elektrik pengeriting rambut tersangkut di helaian rambut panjang Lami. Benar-benar kacau. Untung saja sisirnya tidak tercolok ke sumber listrik. Dari pengamatan Ryujin, bisa diperkirakan kalau kabelnya tertarik dari stop kontak akibat jatuhnya Lami dari bangku.

Ryujin menghela nafas, sedikit lega karena bukan masalah besar yang terjadi.

"Kenapa bisa begini?"

"Sisirnya menyangkut dan suhunya semakin panas, aku panik dan memutuskan untuk mencabut kabelnya tapi berakhir seperti ini," jelas Lami dengan ekspresi sedih menggemaskan.

"Astaga, sini Unnie bantu," ucap Ryujin tidak habis pikir melihat tingkah ceroboh Lami.

"Hehehe, terima kasih banyak Ryujin unnie," ucap Lami dengan tulus.

Ryujin hanya tersenyum tipis. Hatinya terasa hangat menerima senyuman tulus Lami barusan. Beginikah rasanya memiliki adik?

Merepotkan namun menyenangkan.

Ryujin jadi menyayangkan hubungannya dengan kakaknya sendiri, Naeun. Ketika kakak adik di luar sana mungkin sering saling membagi cerita, saling mendandani seperti apa yang Ryujin dan Lami lakukan, Naeun dan dirinya sama sekali tidak begitu.

POLARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang