"Wajahmu kenapa? Hyunjin menghajarmu?" Renjun langsung ditanyai Ryujin saat baru memasuki mobil.
Tidak menjawab, Renjun segera memakai sabuk pengaman dan menstrater mobilnya.
"Aku akan mengantarmu, aku juga sudah meminta orang untuk mengembalikan mobil mu ke rumah mu nanti" jelas Renjun tanpa menjawab pertanyaan Ryujin.
"Tak usah, aku pulang sendiri saja," sahut Ryujin dingin. Ia kesal karena Renjun tidak menjawab pertanyaannya barusan. Tidakkah Renjun tahu kalau Ryujin mengkhawatirkannya?
Baru saja Ryujin akan melepas sabuk pengamannya, Renjun menahan gerak tangan Ryujin.
"Iya, anak itu menghajarku karena tidak menerima kekalahannya. Sekarang, tolong kembali ke posisimu," pintah Renjun dengan dingin.
Ryujin baru kali ini melihat Renjun yang seperti ini. Nada bicaranya dan tatapannya sangat serius, tidak seperti biasanya.
Aneh.
Perasaan tadi Renjun masih seperti dirinya yang biasa, ada apa ini?
Tak ada obrolan di antara kedua muda mudi itu sepanjang perjalanan.
Renjun fokus dengan jalanan, sedangkan Ryujin sedang memikirkan perihal perubahan sikap Renjun sejak kembali tadi.
Beberapa kali Ryujin melirik ke arah Renjun, berusaha mencari tahu apa yang sedanh berputar di pikiran lelaki itu.
Waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam saat mereka tiba di depan kediaman Ryujin. Bukannya turun, sang tuan rumah justru masih terduduk manis.
"Turunlah, kita sudah sampai," Renjun berucap mengingatkan gadis di sebelahnya.
"Ikut aku masuk, aku mau mengobati lukamu itu dulu," sahut Ryujin.
"Tak us-"
"Aku tidak menerima penolakan tuan muda Huang," Ryujin memotong penolakan Renjun.
Akhirnya Renjun pun turut masuk ke kediaman Ryujin yang sudah sepi. Mereka berdua memutuskan untuk duduk di sofa yang ada di ruang tengah.
Hanya suara erangan menahan sakit yang berasal dari Renjun yang menemani mereka berdua saat ini. Ryujin hanya diam, sibuk memakaikan obat pada luka Renjun.
Tidak lama kemudian luka lebam di wajah Renjun sudah tertangani. Merasa sudah tidak ada keperluan lagi, Renjun baru akan pamit tapi Ryujin mendahuluinya dengan bertanya "Kau kenapa? Kenapa bersikap seperti ini?"
"Apa maksudmu?"
"Kau mengerti maksudku Huang Renjun," sahut Ryujin. Tangan nya masih menahan Renjun untuk tidak beranjak pergi dari tempatnya.
Renjun menghela nafas sekilas sebelum akhirnya berucap,
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau ikut balapan liar? Tidak, lebih tepatnya kenapa kau bisa sampai bergaul dan berurusan dengan orang seperti Hyunjin?"
"Jauh sebelum mengenalmu, aku sudah mengikuti balapan semacam ini karena itu adalah hobiku, salah satu pelarianku dan untuk Hyunjin, ia adalah pentolan dari komunitas balapan tadi, jadi tentu saja aku akan berurusan dengannya, lalu kenapa dengan semua itu?" jelas Ryujin.
"Ia bahkan memiliki masalah dengan pengendalian amarahnya, bagaimana jika kau kenapa-kenapa!? Selain itu, ia juga menginginkanmu, bagaimana aku semakin tidak khawatir!?" nada bicara Renjun mulai naik.
"Aku bisa Muay Thai jika kau lupa, dan perkara Hyunjin mengincarku? itu jelas sekali ia hanya menganggapku sebagai taruhan semata, tidak le-"
"Tahu darimana? aku sebagai sesama lelaki bisa jelas merasakan betapa emosinya Hyunjin saat aku datang dan menyatakan kalau kau adalah tunanganku. Tidakkah kau lihat betapa marah dirinya? terlihat jelas sekali kalau ia benar-benar menginginkanmu,"

KAMU SEDANG MEMBACA
POLAR
Fanfiction[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Tentang Huang Renjun dengan segala kehangatan yang diterima olehnya dan Shin Ryujin yang sudah terlalu frustasi dengan dinginnya hidup dan penolakan dari sekelilingnya. Iya, mereka selayaknya dua kutub yang berbeda dan saling be...