"Untuk apa kesini?" tanya Ryujin melihat-lihat suasana cafe yang menurutnya terlalu manis untuk orang seperti dirinya.
"Pesan dulu makanan ringan, lalu aku akan membantumu mengerjakan tugas. Keluarkan bukumu cepat," perintah Renjun.
Ryujin menghela nafas berat, baru saja ia kira ia akan bebas ternyata Renjun malah kembali membuatnya menyelesaikan tugas matematika yang paling dibencinya itu.
Jadi hari ini, Shin Ryujin terkena hukuman dari Song-ssaem, guru killer yang sepertinya memiliki dendam pribadi terhadap Ryujin.
Ryujin seharusnya masih dihukum di sekolah, namun beruntung Renjun datang dan berhasil membujuk Song-ssaem untuk membiarkan Ryujin menyudahi hukumannya dengan berjanji kalau ia akan membantu Ryujin mengerjakan tugas tersebut.
Dan disinilah kedua remaja itu sekarang, sebuah cafe bernuansa manis yang kebetulan tidak terlalu ramai sehingga cukup kondusif untuk mengerjakan tugas.
"Aku mal-"
"Mau sampai kapan kau kabur dari matematika? sudah tenang saja, aku akan membantumu," Renjun kembali meyakinkan Ryujin yang sempat ingin mengeluh lagi.
Ryujin yang sedang malas berdebat hanya pasrah melakukan apa yang Renjun minta.
Selang beberapa menit Ryujin bergelut sendiri, decakan kesal kembali terdengar dari mulut Ryujin, "Pelajaran tidak berguna ini hanya ada untuk menguras uang lelaki tua itu. Fuck mathematics!""Berguna atau tidaknya sesuatu tergantung pada penggunanya. Jika kau tidak dapat menggunakannya, yang tidak berguna bukan hal itu melainkan dirimu," sanggah Renjun yang berhasil membuat Ryujin semakin kesal.
"Yah! Kau bilang mau membantuku! Kau malah membuatku semakin kesal dengan ucapan mu itu!" kali ini Ryujin membentak. Dirinya hari ini sudah lelah secara fisik dan mental, sekarang lelaki di hadapannya malah memperkeruh suasana hatinya dengan menghina dirinya tak berguna.
Ryujin pikir Renjun akan membalas ucapannya seperti biasa, namun ternyata Renjun justru merapatkan dirinya ke Ryujin untuk melihat lebih jelas soal yang sedang Ryujin kerjakan.
Tak selang semenit, Renjun malah terkekeh kecil.
"Ya ampun, hahahaha" ucap Renjun mengacak rambut Ryujin di sebelahnya.
"Haish, jangan mengacak rambutku!" ketus Ryujin menyingkirkan tangan Renjun dari kepalanya.
"Kau memasukan angka dari soal yang berbeda, pantas saja hasil yang kau dapat tidak sesuai dengan yang ada di pilihan. Astaga Ryujin, HAHAHAHA" Renjun tertawa lepas setelah menjelaskannya.
Ryujin kesal sekaligus tidak percaya dengan penuturan Renjun. Ia mengernyitkan dahinya dan melihat soal matematikanya untuk mengkonfirmasi perkataan Renjun.
Benar saja, pantas dari tadi sudah dikerjakan dengan berbagai metode namun tidak ada hasil angka yang sesuai di pilihan ganda, ternyata angka yang ia hitung salah. Mau tak mau ia harus mengakui betapa bodoh dan ceroboh dirinya ini.
"Hah, memang bodohnya diriku ini," lirih Ryujin kecil namun masih terdengar oleh Renjun.
"Yah, jangan berkata seperti itu! Kau tidak bodoh, hanya ceroboh saja," tegur Renjun dengan niatan menghibur namun malah dibalas dengan pukulan ringan dari Ryujin.
"Kau mau menghiburku atau mau menghinaku lagi hah?" kata Ryujin.
Renjun hanya tertawa ringan menyadari perkataannya barusan memang tidak seperti ucapan menghibur karena ujung-ujungnya Ryujin tetap dikatai ceroboh olehnya.
Tapi inilah Renjun, selalu jujur bahkan terlalu jujur.
"Rambutmu ini mengganggu kegiatan belajarmu, ikat dulu sana," pintah Renjun yang tiba-tiba saja menyelipkan beberapa helai rambut Ryujin ke telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAR
Fanfiction[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Tentang Huang Renjun dengan segala kehangatan yang diterima olehnya dan Shin Ryujin yang sudah terlalu frustasi dengan dinginnya hidup dan penolakan dari sekelilingnya. Iya, mereka selayaknya dua kutub yang berbeda dan saling be...