"Maaf Jaehee, jika saja aku tidak ikut campur lagi dan benar-benar membiarkan Ryujin menjalani hidupnya, mungkin in-"
"Tidak Yejin-ah, kau hanya ingin membebaskan Ryujin dari belenggu kebencian Dongwook. Aku mengerti itu. Dengan menikahkan Renjun dan Ryujin, Ryujin akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Huang dan berada dalam perlindungan mereka, Dongwook dengan segala kekayaannya tidak akan dapat mengusik Ryujin lagi. Tapi, sesungguhnya yang ia butuhkan bukan itu," sela Jaehee.
"Putri kita itu, ia berkali-kali ingin menyerah. Kehidupannya bagaikan neraka, belenggu dan tekanan dari Dongwook yang ia terima akibat perbuatanmu membuatnya amat menderita. Ia menanggung semua kebencian atas kesalahanmu," lanjut Jaehee tanpa berniat memikirkan apakah ucapannya menyinggung Yejin, mantan istri suaminya tersebut.
"Ryujin tidak pernah tau bahwa banyak orang yang menyayanginya. Ia tidak pernah tau betapa kau juga berjuang untuk bisa menjaganya dari jauh, dan itu sangat disayangkan," tambah Jaehee lagi.
Suasana di antara dua wanita dewasa itu memang terasa menyesakkan. Mereka sama-sama menyayangi Ryujin dengan tulus dan amat menyesali kejadian ini.
"Mantan suami mu dan dirimu yang menghilang berhasil membuat gadis kecil tidak berdosa seperti Ryujin membenci dirinya sendiri seumur hidupnya," Jaehee masih berucap.
Yejin hanya mampu menangis, merasa menyesal dan bersalah. Ia tahu ia pantas mendapatkannya. Seorang ibu yang meninggalkan putri kecilnya di tangan orang yang jelas-jelas akan membencinya. Seandainya ia lebih berani saat itu untuk mempertahankan Ryujin. Seandainya ia saat itu lebih kuat, bukannya pasrah ketika Dongwook memintanya untuk menghilang dan bahkan memalsukan kematiannya.
Kenapa ia selemah itu?
Kenapa baru sekarang?
Di saat hidup Ryujin sudah terlalu keruh akibat dari kebodohannya yang pergi begitu saja waktu itu, membiarkannya dalam tangan Dongwook yang sudha pasti akan membenci Ryujin.
"A-aku menyesal. Kecerobohanku dan dosaku, semuanya harus Ryujin tanggung. A-aku terlalu takut dan malu untuk menemuinya langsung. Aku merasa aku sudah tidak layak untuk muncul di hadapannya sehingga aku hanya mampu menjaganya dari kejauhan," tutur Yejin.
"Meniti hidupku kembali dari awal dan menerima bantuan dari Huang adalah satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk Ryujin," tambah Yejin.
Jaehee hanya terdiam, ia menarik nafasnya yang terasa sesak. Ia mengerti, ia paham, Yejin pasti amat sangat menyesal dan sesak. Rasa bersalahnya sebagai seorang ibu pasti sangat menyiksa batin.
"Kau tahu? Ryujin hanya butuh kau hadir di depannya dan membuktikan padanya bahwa ada yang mengasihinya. Sosok eomma yang diam-diam ia rindukan masih mencarinya. Ryujin hanya perlu mengetahui itu. That's the missing piece that she truly needs," jelas Jaehee tidak lagi berusaha membendung air matanya.
"Persetan dengan rasa bersalahmu itu! Kau tidak mau menemuinya karena kau malu dan takut ia membencimu? Sadarlah, kau memang sudah sepantasnya diperlakukan seperti itu! Apa kau pikir dengan menjodohkan Ryujin dengan Renjun dan melindunginya dari Dongwook adalah kunci kebahagiaan Ryujin!? Kau salah besar! Itu hanya asumsi mu sendiri untuk mengurangi rasa bersalahmu!" ucap Jaehee sedikit membentak. Persetan jika ia dinilai tidak sopan atau apapun, ia hanya ingin menyatakan kekesalannya.
Ia tidak peduli jika Naeun, putri tiri sulungnya akan salah paham karena sudah membentak ibu kandungnya seperti ini. Ia benar-benar sudah tidak peduli.
Keduanya tidak berbicara lagi, sama-sama menangis menumpahkan segala emosi dalam diri mereka. Rasa khawatir akan nasib Ryujin yang masih terbaring terus menyelimuti hati mereka. Keduanya tidak bisa tenang, keduanya sangat mengasihi Ryujin.

KAMU SEDANG MEMBACA
POLAR
Fanfic[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Tentang Huang Renjun dengan segala kehangatan yang diterima olehnya dan Shin Ryujin yang sudah terlalu frustasi dengan dinginnya hidup dan penolakan dari sekelilingnya. Iya, mereka selayaknya dua kutub yang berbeda dan saling be...