Presents Time
"Mau kah kau membatalkan pertunangan kita jika kukatakan penyebabnya adalah karena perjodohan kita ini?" tanya Ryujin menatap pemuda di hadapannya.
Mereka berdua terdiam sejenak dan hanya saling menatap dalam.
Walau sekilas, Ryujin menyadari adanya keterkejutan di mata pewaris tunggal Huang saat mendengar perkataan Ryujin barusan.
"Maaf, apapun akan kukabulkan tapi tidak untuk yang satu itu," jawab Renjun mengalihkan pandangannya ke tangan Ryujin.
"Ck' bodohnya aku sempat berharap kau mau melakukannya," gumam Ryujin dengan nada dingin.
Renjun kali itu tak membalas ucapan sinis gadis tersebut dan kembali fokus mengolesi luka di tangan Ryujin.
Ryujin sendiri hanya terdiam tak melihat ke arah Renjun.
"Apa yang kau harapkan sih dari putra tunggal Huang yang egois ini? Mana mungkin ia akan melepasmu begitu saja, bodoh!" batin Ryujin.
"Sudah selesai, obat ini harus kau oles setiap hari supaya lukanya cepat mengering dan tak berbekas," ucap Renjun hendak memberikan obat itu pada Ryujin.
Ryujin baru saja akan menerima obat tersebut, namun Renjun malah mengambil kembali obat itu.
"Hm, setelah kupikir, obat ini akan kusimpan dan aku sendiri yang akan mengoleskannya padamu setiap hari saat di sekolah," jelas Renjun menjawab tatapan heran yang Ryujin layangkan padanya.
"M-mwo? Kau sint- maksudku, kau tidak sedang bercanda kan?" lagi-lagi Ryujin hampir saja mengumpat.
"Kau lihat saja hari Senin nanti di sekolah apakah aku bercanda atau tidak," sahutnya ambigu.
Akhirnya Renjun mengantar Ryujin pulang. Perjalanan berlangsung tanpa ada obrolan sedikitpun dari keduanya.
Tidak Renjun sadari, Ryujin beberapa kali melirik dirinya yang sedang fokus menyetir melalui kaca di dalam mobil.
Kejadian saat Renjun yang dengan begitu perhatiannya mengobati lukanya barusan masih membekas dalam benak Ryujin.
Sesampainya di kediaman Shin, Ryujin pikir Renjun akan langsung melenggang pergi begitu saja mengingat mereka hanya saling terdiam selama di perjalanan.
Namun bukan Huang Renjun namanya jika tidak membuat Shin Ryujin terkejut.
Saat Ryujin hendak keluar dari mobil, Renjun menahan tangan Ryujin dan menggenggamnya lembut.
Deg!
Entah mengapa melihat tatapan Renjun membuat hati Ryujin berdebar. Tidak pernah ia seperti ini sebelumnya.
"Maaf kalau pertunangan denganku ini menyiksamu, bersabarlah Ryujin-ah. Tolong jangan siksa dirimu lagi," lirih pemuda itu yang entah mengapa terdengar menyedihkan di telinga Ryujin.
Ryujin melepas genggaman Renjun dengan kasar dan anehnya hati Ryujin terasa sedikit sesak saat melakukan itu.
"L-lupakan, jangan menyalahkan dirimu. A-aku pergi dulu," Ryujin mengakhiri perpisahan mereka dan langsung keluar dari mobil milik Renjun.
Sesampainya di depan pintu kediamannya, Ryujin kembali menoleh ke belakang mendapati mobil Renjun sedang melaju keluar dari perkarangan rumahnya.
"Kenapa rasanya menyesakkan melihat tatapannya tadi?" tanya Ryujin entah pada siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAR
Fanfiction[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Tentang Huang Renjun dengan segala kehangatan yang diterima olehnya dan Shin Ryujin yang sudah terlalu frustasi dengan dinginnya hidup dan penolakan dari sekelilingnya. Iya, mereka selayaknya dua kutub yang berbeda dan saling be...