Aku membuka mataku, sedikit demi sedikit memperoleh kesadaran yang tak kusangka masih bisa kurasakan.
Pandanganku sedikit buram awalnya, namun lama kelamaan semakin jelas. Ku melihat ke sekelilingku, mencari tahu dimana aku berada saat ini.
Tunggu, tempat ini amat familar.
Ini, rumah lamaku. Rumah yang kutinggali saat usiaku masih berusia 7 tahun.
PRANG!!
Tiba-tiba terdengar suara pecahan yang ternyata berasal dari vas bunga yang barusan dilempar oleh Shin Dongwook, pria yang sayangnya adalah ayahku ini.
Lalu aku juga melihat sosok gadis kecil yang meringkuk tak bersuara di pojok ruangan.
Itu aku, Shin Ryujin kecil yang tidak berdaya.
Beberapa beling kecil bahkan menancap di lengan kecilku itu. Perih dan sakit, namun diriku disana tetap tidak berani menangis.
Aku ingat, waktu itu tiba-tiba pria itu datang dan melampiaskan segala emosinya dengan melempar semua benda-benda peninggalan wanita yang melahirkanku.
Aku sendirian.
Aku amat takut waktu itu.
Seakan-akan apapun yang kulakukan saat itu akan membuatnya semakin marah, bahkan untuk sekedar mengerang kesakitan saja aku tak berani.
"BRENGSEK KAU!! ANAK DARI WANITA SIALAN!!"
Sosok kecil itu hanya terdiam, tidak berani melakukan apapun.
Melihat kejadian itu berputar kembali di hadapanku, benar-benar membuat emosiku meluap. Mengapa lelaki dewasa bisa dengan tega melampiaskan emosinya pada gadis kecil yang tidak tahu apa salahnya?!
Mengapa kejadian ini perlu diperlihatkan kembali padaku seperti ini?
Tiba-tiba tubuhku seakan ditarik paksa oleh sesuatu yang tak berwujud dan disinilah diriku sekarang, sedang melihat diriku yang lain sedang meringkuk di bawah guyuran shower dengan tubuh gemetar kedinginan.
Bibirnya membiru, kulitnya pucat, dan aku ingat jelas betapa terpuruknya saat itu. Bahkan dinginnya lantai marmer dengan guyuran air tidak bisa membuatku lupa akan betapa kotornya diriku.
Di umurku yang baru berusia 12 tahun, aku hampir dilecehkan oleh seseorang yang tak kukenal. Walau aku berhasil melarikan diri, kejadian itu tetap saja membuatku trauma.
Tidak ada yang peduli, aku bahkan tidak berani mengadu pada siapapun saat itu. Tidak ada yang bisa menjadi tempatku bersandar maupun mencari perlindungan sehingga kejadian pahit waktu itu hanya kusimpan seorang diri.
Disanalah akhirnya aku memutuskan untuk belajar menjaga diriku sendiri. Di detik itu aku tau, tidak ada yang bisa kupercaya. Aku harus melindungi diriku sendiri. Aku hanya dapat mengandalkan diriku sendiri.
Terlalu banyak manusia jahat dalam hidupku.
Melihat lagi moment titik terendahku membuat emosiku kembali bergejolak. Menyadari hidupku yang teramat menyedihkan ini.
Tidak lama setelah itu, diriku kembali ditarik oleh sesuatu kasat mata. Sekarang ia membawaku melihat sosok Ryujin di usia 9 tahun sedang terduduk sendiri menatapi sang kakak yang sedang dimanja oleh nenek.
Air mataku menetes turun melihat betapa menyedihkannya diriku saat itu. Seorang gadis kecil yang eksitensinya seperti tak dianggap oleh keluarga sendiri.
Ironis, ketika harusnya keluarga yang menjadi rumah dimana ada kehangatan dan kenyamanan, keluargaku justru menjadi sumber dari neraka kehidupan yang kurasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAR
Fanfiction[𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Tentang Huang Renjun dengan segala kehangatan yang diterima olehnya dan Shin Ryujin yang sudah terlalu frustasi dengan dinginnya hidup dan penolakan dari sekelilingnya. Iya, mereka selayaknya dua kutub yang berbeda dan saling be...