lima: let me k(no)w [d]

1.2K 231 95
                                    

baca dengan kepala dingin. so looooonggg, lumayan buat mengisi waktu rebahan hehe.

🦋🦋

Los Angeles.
Satu jam sebelum Mark hilang.

Isabella memandang keluar kaca mobil dengan cemas. Setelah mendapat telepon dari Giorlino, dia dan Leo segera menghentikan pemotretan dan bergegas ke kantor polisi. Untung saja, hasil pemotretan selama dua jam yang mereka jalani lumayan bagus.

Keadaan genting terjadi tanpa bisa diprediksi.

Isabella mengalihkan pandangan ke sisi pengemudi, di mana Leo menyetir seperti tak punya akal. Lelaki itu menambah kecepatan mobil, melewati mobil di depannya dengan cepat seperti para pembalap di sirkuit.

Isabella memberanikan diri untuk mengeluarkan isi kepalanya yang berputar tanpa menemukan jawaban, “Menurutmu, siapa yang membunuhnya? Ini tidak wajar. Dia mati tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Buronan itu pasti diracun, atau semacamnya sampai dia bisa terkena serangan jantung. Maksudku, ya... serangan jantung bisa terjadi pada siapa saja. Hanya saja... aku meragukan itu.”

Leo berdecak sebal, tampak jelas kalau kepalanya juga dilanda badai topan. Lalu, “Siapapun pembunuhnya, ini tidak bisa dibiarkan. Kita bahkan belum mendapatkan informasi lengkap darinya. Sialan!”

Isabella memainkan jari-jemarinya dengan gugup. “Le, aku takut.”

Leo melirik ke arahnya beberapa detik, lalu dia menunjukan sorot yakin, “Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu seujung kuku saja, Bella. Jangan khawatir.”

Mobil Leo berbelok ke sisi kanan, kemudian berhenti di depan kantor polisi yang di luarnya dipenuhi oleh banyak wartawan. Kematian mata-mata itu seperti terendus oleh wartawan lokal setempat, terlebih lagi karena ada kaitannya dengan penyebaran narkoba di Los Angeles.

Sudah jadi rahasia umum, bahwa bisnis narkoba memang merajalela beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, kepolisian tetap kesulitan untuk menemukan bos besarnya. Mereka hanya berhasil menangkap anak-anak buah bau bawang yang tidak berguna.

Leo turun dari mobil, lalu berputar ke sisi Isabella untuk menggandeng perempuan itu ke dalam kantor. Para kamera wartawan mengarah kepada mereka, namun tentunya tidak ada yang mengambil gambar karena para wartawan itu tidak tahu kalau dua manusia ini ada kaitannya dengan kasus kematian Mark Lee, nama mata-mata itu.

Dengan ekspresi cemas, mereka langsung menuju ke ruangan Detektif Gior. Di sana ada Pieter Han dan juga adik perempuan Gior, Julia. Wajah-wajah yang muncul tidak terlihat seperti kasus ini akan berakhir baik. Tentunya juga karena tuntutan para wartawan yang menuduh para polisi tidak bisa menjaga Mark Lee dengan baik, sampai dia mati di penjara. Padahal katanya Mark Lee menyimpan informasi bagus di ujung tenggorokannya.

Benar-benar nasib buruk untuk para polisi yang sudah memburu Mark Lee selama bertahun-tahun.

Giorlino mengusap wajah frustasi. “Duduk,” ucapnya, kepada Leo dan Isabella.

Sesuai perintah Gior, mereka berdua duduk di kursi panjang di hadapan Pieter dan Julia, sedangkan detektif itu duduk di sebuah kursi besar yang berada di tengah-tengah. Lima pasang mata itu menatap ke sebuah layar besar yang ada di ruangan Giorlino. Layar itu menampilkan profil serta gambar-gambar untuk memperjelas setiap informasi.

“Apa yang terjadi?” tanya Isabella secara langsung. Dia memandangi layar besar itu, lalu menunjuk salah satu foto. “Renjun Huang yang mengirimnya untuk mengambil fotoku, kan? Lalu, apa hubungannya dengan pengedaran narkoba?”

“Kakaknya, si pemilik Hotel WIN yang ada di dekat Taman Kota mendapatkan dana yang lumayan besar dari Shin Company sehingga bisnis hotelnya meningkat pesat. Namun, tentu, dana itu tidak gratis. Winwin Huang harus membayar dana itu.”

#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang