lima: let me k(no)w [b]

1.1K 228 78
                                    

i'm scared.

🦋🦋

Seoul, 22.18 pm.

Huang Renjun menatap Kim Seungmin yang duduk di hadapannya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan datang, di mana lelaki ini menemuinya terlebih dahulu. Padahal Renjun sudah punya niat untuk mengundang Kim Seungmin, sekaligus menawarkan perjanjian supaya dia bisa mendapatkan beberapa aset Shin Company.

Dua lelaki ini berpandangan dengan segelas bir di hadapan masing-masing. Lampu di dalam bar sengaja dibuat remang-remang, tanpa lantunan musik yang keras karena Seungmin sudah menyewa bar ini sehingga tidak ada satu pun pengunjung kecuali mereka berdua.

Tiga puluh menit lalu, sejak sampai di bar ini, Renjun belum mendengar satu kata pun dari bibir calon presiden ini. Dia hanya mencoba terlihat tenang, sembari menebak isi pikiran Kim Seungmin yang sepertinya dipenuhi oleh banyak rencana matang.

“Berapa saham yang dibutuhkan perusahaanmu untuk menjadi yang pertama di Korea Selatan?” tanya Seungmin, akhirnya membuka mulut. Sorot matanya tidak berekspresi. “Aku ingin berinvestasi di Huang Building, tapi kamu harus membuat perusahaanmu itu menjadi yang pertama.”

“Perusahaanku memang yang pertama.”

Kim Seungmin mengangkat beberapa mili ujung bibirnya. Lalu, dia meraih gelas bir di hadapannya dan meneguknya dengan cara yang berkelas. Tampak jelas, Kim Seungmin, si calon presiden bukan laki-laki biasa.

“Perusahaanmu hanya menjadi yang pertama di bidang real estate. Aku ingin kamu menjadi nomor satu di segalanya… Lampaui harga saham Shin Company untukku. Kalahkan aku.”

Renjun mengerutkan kening. “Apa kamu ingin membuat Shin Company bangkrut?”

Seungmin mengangguk. “Bangkrut pelan-pelan, tanpa dicurigai.”

“Lalu, apa yang akan kamu lakukan?”

Seungmin tertawa renyah. “Bukan urusanmu apa yang akan kulakukan, tapi tawaran dariku cukup menarik, kan? Aku siap mengirimkan dana yang banyak untuk menaikan harga saham Huang Building, asalkan kamu bisa mengalahkan Shin Company… Dan jangan lupa, bahwa transaksi ini harus dilakukan secara rahasia. Kita atur tempatnya nanti, tapi jelas tidak di Seoul.”

“Bagaimana dengan Los Angeles?”

Seungmin menoleh ke arah salah satu stafnya, lalu dia memberikan kode dengan tepukan tangan. Dalam hitungan detik, lampu bar yang remang-remang menyala. Sinarnya membuat mata Huang Renjun menyipit karena begitu silau. Lalu, ada beberapa staf lainnya yang lebih sopan dengan berpakaian jas lengkap.

Huang Renjun masih menunggu permainan ini sampai selesai, meskipun dia kebingungan.

Para staf itu membawa tiga tas hitam, yang ketika dibuka berisi uang tunai dan emas murni. Kim Seungmin kembali bertepuk tangan sekali, kemudian tas itu kembali ditutup.

Hanya lima belas detik, Renjun diberi waktu untuk menatap semua harta itu.

“Apa ini…?” tanya Renjun, gugup.

Kim Seungmin membasahi bibir dan tersenyum manis. “Kudengar, kamu punya mata-mata yang andal… Lee Haechan, namanya? Aku ingin menawarkan kerja sama.”

Kening Huang Renjun semakin berkerut. “Kamu menginginkan Lee Haechan?”

Seungmin menunjuk Renjun. “Dan, kamu.”

“Apa rencanamu?”

“Aku memiliki detektif yang juga sangat andal, namanya Lee Felix. Bagaimana kalau kita semua bergabung menjadi tim untuk menghancurkan Shin? Oh iya, kita juga kedatangan tamu istimewa nanti.”

#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang