sebelas: gon(e)na miss you [b]

452 95 55
                                    


Coba dengar lagu galau, Gengs! Sedikit mellow, nih. Btw, kemarin gue mimpi pacaran sama Renjun. HAHA. Nyata banget, ada yang dikejar wartawan. Aseeem mimpi bikin baper.

🦋🦋

Setelah mencuci tangannya yang berlumuran darah, Bangchan menatap pantulan dirinya di cermin. Dia baru sampai di kamar hotelnya sekitar sepuluh menit yang lalu. Kemudian, dia membasuh wajahnya dan memilih merenungi perbuatannya sembari menatap keindahan Seoul dari balkon kamar hotelnya.

Dia sendirian.

Hyunjin masih berada di Shanghai untuk mengurus kematian Dokter Brian Kang yang misterius. Namun, itu tidak misterius bagi Bangchan. Dia tahu, kalau pelakunya adalah Kim Seungmin. Dia sempat mendengar pembicaraan Seungmin dengan mata-mata Lee Haechan. Dia tidak sengaja mendengarnya. Namun, kini, hatinya nyeri.

Dia bingung harus melakukan apa lagi untuk bisa membuat dakwaan hukuman mati Shin Ryujin diubah menjadi denda 500 juta dan 11 tahun penjara. Dia harap, bahwa masih ada kesempatan untuk dia dan Ryujin bersama sebagai keluarga.

Rasanya menyenangkan, karena selama ini dia selalu kesepian. Kalau Ryujin memang adik perempuannya—meskipun berbeda ayah, maka dia akan menjaganya. Dia akan melindungi Ryujin dari apa pun.

Tangannya menyisir rambut blondenya ke belakang, kemudian dia mengembuskan napas panjang. Dia hanya perlu menunggu sampai polisi menemukannya dan membawanya ke penjara. Tak apa, dia bisa lebih dekat dengan Ryujin kalau dia di penjara karena kasus pembunuhan.

Benar, dia baru saja menghabisi nyawa Jaebum Hwang di rumahnya. Tak lupa, dia mengirimkan bukti-bukti kebusukan Jaebum Hwang ke Na Jaemin supaya disebarkan.

Permainan sudah mulai menakutkan.

Bangchan bahkan tak bisa membayangkan peristiwa berdarah yang dia lakukan tadi. Dia merogoh saku celana jins yang dipakainya, kemudian mengeluarkan pisau yang baru saja dia cuci.

"Pembunuh," ucapnya, sembari menahan sesak di dada.

Dia masuk ke dalam kamar hotel dan mengunci pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon. Tak lupa, dia menutup semua gordennya. Kini kamar hotelnya hanya dihiasi lampu tidur remang-remang. Dia meletakan pisau itu di bawah tempat tidur, lalu memejamkan mata.

Sepuluh menit dalam diam, akhirnya dia mendengar bunyi berisik dari luar kamar hotelnya. Dengan gugup, dia membetulkan posisi duduknya di tepi tempat tidur. Lalu, ada tiga orang masuk ke dalam kamarnya. Seragamnya hitam-hitam, seperti Intel.

"Saudara Bangchan, Anda ditangkap karena dugaan pembunuhan berencana atas Jaebum Hwang," ucap salah satu Intel tersebut. Lalu, lelaki itu menatap berkeliling dan, "Serahkan dirimu, atau kami terpaksa menembakan peluru ke lututmu!”

Bangchan tersenyum miris. Dia menyerahkan dirinya, membiarkan Intel tersebut memborgol kedua tangannya. Untungnya, Hyunjin tidak ada di sini. Dia sudah menuliskan surat ucapan selamat tinggal untuk Hyunjin, yang dia selipkan di dekat lampu tidur. Saat Hyunjin kembali dari Shanghai, pasti dia akan membacanya.

Jangan khawatir, aku kuat, batinnya ketika para Intel tersebut membawanya keluar kamar dan turun lewat lift. Banyak orang melihat ke arahnya. Tatapan menjijikan yang membuat Bangchan ini mengakhiri hidupnya saja. Namun, dia tidak bisa. Dia harus melindungi adik perempuannya, Shin Ryujin.

Sebelum dimasukan ke dalam mobil polisi, Bangchan sempat melirik ke suatu arah dengan netranya yang setajam elang. Senyum miris kembali menghiasi wajahnya yang kusam dan seperti kurang tidur.

Di sisi yang lain, dia melihat pengacara Lee Jaehyun yaitu Shim Jake. Pengacara pribadi CEO Jaehyun itu mengambil fotonya dengan kamera ponsel, kemudian melangkah menjauh.

#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang