empat: surpris(on)e [c]

1.3K 270 105
                                    

sepertinya, kalian akan senang sama bab ini jadi selamat membaca. ☺


🦋🦋

Leo membuka pintu apartemen dengan terburu-buru. Pikirannya kacau karena dia tak bisa menemukan keberadaan Isabella di depan kafe ISSUES. Dia juga sudah berusaha untuk menghubungi Pieter atau Yohanes yang sekiranya mengetahui keberadaan Bella, karena dia hanya memercayakan Isabella ke dua lelaki itu.

Dengan napas memburu, Leo masuk ke dalam kamar. Dia mematung ketika matanya menangkap sosok yang sejak tadi menguras tenaganya. Dia pergi keliling Taman Kota, kalau saja Bella tersesat lagi seperti dulu. Dia mencari ke segala tempat yang pernah dikunjungi oleh Bella, kemudian tempat terakhir yang ditujunya adalah apartemen orang tua Bella.

“Bella…,” ucapnya, sembari melangkah pelan-pelan menghampiri Bella yang berdiri di tengah kamar sambil membawa sebuah kotak. Bukan hanya itu, Bella juga menyebar foto-foto dari buku kelulusan SMA yang entah bagaimana bisa didapatkannya. Leo menelan saliva dan berusaha tenang. “Siapa yang mengirim semua ini?”

Bella diam saja. Perempuan itu justru menjatuhkan kotak tersebut ke lantai, kemudian dia mengambil ponsel dengan layar retak. Bella menarik ujung bibirnya sedikit, lalu, “Tolong jelaskan padaku apa rencanamu, supaya aku bisa menyamakannya denganmu, Le.”

Leo menggeleng. Dia mencoba meraih lengan perempuan itu, namun Isabella dengan cepat menghindarinya. Perempuan itu mundur, kemudian melangkah ke laci meja yang ada di dekat ranjang.

Dengan cepat, Isabella mengambil buku catatan berwarna merah muda.

“Apa itu…?”

“Buku catatan yang berisi semua rencana kita—kita semua yang terlibat di permainan ini. Namun, kamu mengubah jalanmu sendiri… Aku tidak mengerti apa alasanmu menghapus sebagian ingatanku, tapi… Pieter bertemu Kak Yohanes malam ini. Aku sudah tahu semua alasanmu menghapus ingatanku. Bukan karena kamu ingin aku hidup bahagia, tapi karena… kamu ingin menghilangkan Hyunjin dari memoriku, kan? Kenapa…?”

Leo membasahi bibir. Tenggorokannya menjadi perih, apalagi ketika rintik-rintik air mata mulai berjatuhan di pipi perempuan yang dicintainya. Lalu, “Maafkan aku.”

“Apa kamu tahu, ada mata-mata yang mengambil fotoku hari ini?”

Mata Leo membulat. “Siapa yang menyuruhnya?”

“Aku juga bertemu Suzy Hwang.”

Leo segera mendekati Isabella, kemudian menangkup pipinya. “Apa dia sudah tahu?”

Dengan air mata yang berjatuhan, Isabella mengangkat bahu. “Aku tidak tahu apakah dia sudah tahu tentangku, tapi… aku takut. Perangnya sudah mencapai pintu masuk, Le. Aku harus ingat semuanya supaya kita bisa segera menyerang… Kesepakatannya, adalah kita akan menyerang Shin bersama. Namun, aku tetap yang paling depan. Aku harus melawan mereka sendirian.”

Leo mengembuskan napas. “Di mana Pieter?”

“Dia mungkin masih di klinik Kak Yohanes.”

Leo melirik jam dinding di kamar yang menunjukan pukul sembilan malam. Lalu, dia kembali menatap wajah sendu Bella. “Kenapa kamu datang ke apartemen orang tuamu?”

“Aku bertanya…”

“Apa?”

“Aku bertanya tentang Hwang Hyunjin dan juga Suzy, aku bertanya tentang apa yang mereka ketahui… Aku bertanya semuanya, karena rasanya aku tersesat di jalan.”

#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang