empat: surpris(on)e [f]

1.4K 280 117
                                    

SOUND ON!!!

🦋🦋

Bella memeluk diri sendiri sambil berjongkok di depan pintu apartemen Hyunjin yang kumuh. Dia mendongak ke atas, tak ada bintang di langit. Semuanya gelap, apalagi lampu di apartemen ini juga remang-remang. Bella menghela napas, sambil mendekap buku catatan di depan dada.

Matanya hampir terpejam, kalau saja tak ada sebuah tangan yang tiba-tiba menangkup pipi kanannya. Tangan itu sedikit dingin, karenanya Isabella langsung membuka matanya lagi dan melebarkan senyum ketika melihat sosok yang dinantinya.

“Hai,” sapanya, formal.

Lelaki itu mengangguk. “Ayo, masuk.”

Hwang Hyunjin membuka pintu apartemennya yang tidak dilindungi dengan alat-alat canggih seperti apartemen Isabella, membuat gadis itu sedikit heran karena Hyunjin dengan mudah membuka pintunya.

Kalau tahu begitu, Isabella masuk saja tadi seperti maling.

Isabella pun mengikuti Hyunjin masuk ke dalam apartemen. Matanya melebar ketika dia melihat sekelompok payung tergeletak di dekat pintu. Keningnya semakin berkerut, saat dia melangkah masuk dan menatap berkeliling. Apartemen Hyunjin tidak begitu luas, hanya ada satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, dan ruang makan tersambung, serta ruang tv yang juga tampak usang dengan sofa berwarna krem.

“Apa kamu sudah makan?” tanya Hyunjin, membalikan tubuh dan menatapnya. “Aku punya beberapa mie instan. Mau kubuatkan?”

Isabella diam. Bukan, bukan karena Hyunjin menatapnya. Dia diam, karena dia sadar kalau wajah itu dipenuhi luka. Meskipun Hyunjin sudah menutupinya dengan entah apa, tapi dia bisa melihat dengan jelas kalau lelaki ini habis dipukuli.

“Apa kamu berkelahi dengan preman di depan apartemen?” tanya Bella, hati-hati. Dia berjalan mendekat, kemudian meletakan buku catatannya di atas kasur dan mengusap kedua pipi Hwang Hyunjin dengan telapak tangannya yang halus. “Aku dengar, wilayah ini sedikit berbahaya… Kenapa tinggal di tempat ini, hm? Apa kamu makan dengan baik? Bagaimana kran airnya? Apa airnya lancar? Lalu, bagaimana pekerja—”

Ucapan Bella terpotong ketika lelaki itu menempelkan bibirnya ke bibir merah milik Isabella. Seperti dibawa lari ke masa lalu, semua kenangan antara dia dan Hyunjin bermain apik di atas kepalanya. Seperti potongan film hitam-putih, Bella melihat masa lalunya dengan lelaki bernama Hwang Hyunjin ini.

Dalam ruang yang sempit di apartemen ini, Bella menemukan sedikit potongan dari memorinya yang hilang. Ketika bibir bawah Hyunjin yang tebal melumat bibirnya perlahan-lahan, seolah memang sudah lama dia menginginkannya. Kedua tangan Isabella menggantung di leher Hwang Hyunjin, sementara tangan lelaki itu melingkar di garis pinggangnya. Lalu, kedua mata yang terpejam menandakan ketidakinginan waktu berjalan cepat.

Hentikan waktunya sekarang juga, Tuhan!

Lima belas menit berlalu, napas mereka terengah-engah. Posisi mereka juga sudah tak seperti tadi. Kini, Bella dan Hyunjin telah berbaring di kasur dengan Hyunjin di bagian atas. Mata mereka terbuka perlahan, namun kecanggungan tiba-tiba menguasai.

“Oh?” Hyunjin segera bangun dari posisinya, dan menggaruk tengkuknya. “Maaf.”

“Kenapa minta maaf?” tanya Bella, tertawa kecil. Dia menatap ke bawah karena buku catatan merah mudahnya terjatuh akibat ulah mereka tadi. Dia mengambilnya, lalu meletakan buku itu di atas pangkuan Hyunjin. Dia menjelaskan, “Semua teori yang terjadi, aku menulis semuanya di buku ini. Kamu bisa menggunakan untuk mengatur rencana, tapi… Tolong, aku tidak ingin melihatmu pergi lagi.”

#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang