answer: after spring

767 166 75
                                    


kisah patah hati di musim semi.

🦋🦋

Latar Tempat: Tepi jalan.
Latar Waktu: 20.29 pm.
Latar Suasana: Kalut.

**

“Park Saeron.” Renjun menghentikan langkah. Dia melepas genggaman tangan Saeron, kekasihnya. Lalu, dia menoleh dan menambahkan, “Kurasa, aku harus memberitahumu soal ini.”

Park Saeron tengah memotret keindahan bunga musim semi yang berguguran. Dia hanya melirik Renjun sekilas, belum memberikan respon apa-apa. Lalu, dia memiringkan tubuhnya supaya dia dan Renjun saling berhadapan. Di bawah guyuran bunga sakura, dia merasa bahwa adegan ini seperti di film romansa.

Oh, dia pikir begitu sebelum Renjun kembali bersuara.

“Aku tahu, bahwa ini akan menyulitkanmu.”

“Apa?” Mata Saeron mengerjap. Dia kebingungan.

“Jangan menyalahkan siapa pun setelah kamu mendengar ini, oke?”

Saeron mengangguk. “Ada apa?”

Renjun Huang masih punya sedikit hati untuk tidak menyakiti Saeron, namun dia juga kalut dengan perasaannya sendiri. Cinta itu memang mengerikan dan membutakan. Tanpa akal sehat, seseorang bisa melakukan hal-hal diluar nalar. Seperti sekarang, Renjun memilih menyakiti satu perempuan untuk perempuan lainnya.

“Aku… tidak pernah menyukaimu.”

Sorot wajah Saeron sudah memperjelas setiap jawabannya. Mukanya langsung pucat. Tubuh tinggi Park Saeron sempat oleng, seolah akan terjatuh ke samping kalau saja tangan Renjun tidak segera menangkapnya. Dia menatap kedua netra gadis itu yang berkilau di bawah sinar rembulan malam ini, akan tetapi diguyur oleh air mata.

Pipi Saeron basah hanya dalam waktu singkat, bibirnya kelu tak bisa mengucapkan apa-apa, tetapi netranya berbicara. Dua netra itu mengisyaratkan kehancuran yang sangat besar.

Harapan-harapan yang dibuat runtuh dalam satu kali serangan. Kekuatannya lebih besar dari bom atom, karena Saeron mulai lupa letak hatinya. Dia seperti tidak bisa menemukan debar jantungnya lagi.

“Sejak kapan?” tanya Park Saeron, dengan suara serak. “Sejak kapan kamu menyadari bahwa kamu tidak menyukaiku?”

“Sejak awal,” sahut Renjun sembari menundukan kepala. Dia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, kemudian membuang napas berat. Lalu, dengan ragu-ragu, dia meraih bahu Saeron dan menariknya ke pelukan. “Sejak awal, perasaan itu tidak pernah ada di sana. Hatiku kosong dan hampa. Tidak pernah ada percikan.”

Saeron membiarkan tubuhnya ditarik oleh anak bungsu dari Keluarga Huang itu. Dia memejamkan mata, mendengarkan melodi yang mengalun indah dari balik kemeja hijau muda yang membalut Renjun. Melodi yang dimainkan oleh debar jantung Renjun.

Benar, jantung itu tidak berdebar seperti lelaki yang jatuh cinta. Jantung itu berdebar karena Renjun merasa gugup memberitahunya kebenaran yang selama ini ada.

Bunga-bunga sakura masih berguguran di sekeliling mereka. Semestinya, adegan seperti ini memang dihiasi dengan lantunan lagu romansa dan dua pemeran utama yang berbagi kecupan manis di bibir mereka. Namun, Saeron tidak ditakdirkan mengalami adegan seperti itu. Selama berkencan dengan Renjun, dia bahkan tidak pernah disentuh dengan ketulusan. Tidak ada kecupan atau pelukan yang menghangatkan. Dia menunggu saat-saat itu, tapi sepertinya bibir Renjun memang diciptakan untuk mencium perempuan lain bukan dirinya.

Shin Saeron.”

Kening Renjun Huang mengerut. Dia mengusap-usap punggung Saeron, kemudian ingin melepaskannya. Namun, kedua tangan Saeron memegang kedua ujung kemejanya erat. Tak ingin dilepaskan, ataupun melepaskan.

#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang