lima: let me k(no)w [c]

1.1K 233 99
                                    

Catatan sebelum revisi:

Ini nggak penting, tapi mau cerita. Kalian pernah mimpi aneh, nggak? Ya, pasti pernahlah, ya. Hehehe.

Masa aku mimpi pacaran sama Tony Stark. Mana mimpinya ngomong pakai bahasa Inggris—gayaan, padahal nggak jago-jago banget.

Nah, terus dia mau berangkat 'war' gitu kan, dan aku bilang ke dia: "don't leave me alone". Astagfirullah, najis sekali.

Pacar manja kalau di mimpi, sih. Padahal dia kan superhero, jadi ya mau perang kan wajar. Coba kalau aku ikut ya, mungkin aku mati duluan.

Eh, atau dia malah bakal ngejagain aku... Uhm, let's stop here. Oke, udah gitu aja. Selamat membaca.

🦋🦋

Debar jantungnya melaju cepat ketika dia mendengar sendiri berita kematian Mark di penjara dari si ‘pembunuh’.

Dia menatap lurus ke dalam manik mata Ryujin yang kini sedang menyesap secangkir teh hangat di cangkir emasnya. Lalu, perempuan itu menarik ujung bibirnya dengan senang.

“Ayahku yang memerintahkanku untuk membunuh lelaki itu,” jelas Ryujin, seolah dia benar-benar mempercayai Suzy Hwang yang mengaku akan mengabdi padanya. Lalu, “Aku dengar, Mark Lee adalah saudara kembar mata-mata yang bekerja dengan Renjun Huang. Apa dia juga bekerja untukmu?”

Suzy mengangguk lemah. Dia berusaha keras mengontrol ekspresi di wajahnya, lalu dia menjawab, “Benar, Lee Haechan—saudara kembar Mark memang bekerja untukku juga, tapi dia tidak tahu apa-apa. Kan, keluargamu dan CEO Winwin yang mengurus pengedaran narkoba itu…”

Shin Ryujin mengangguk paham.

Suzy menambahkan dengan suara tenang, “Tapi, apa ini adil? Mark Lee hanya seorang kaki tangan. Dia melakukan apa yang diperintahkan, namun dia yang harus mati. Ini tidak adil, kan?”

Ryujin tertawa kecil. “Hidup memang kejam. Terkadang meskipun kamu tidak salah, kamu bisa disalahkan. Hukum tidak seadil itu, kecuali hukuman dari Tuhan.”

“Apa kamu percaya pada Tuhan?”

Ryujin terdiam sejenak, kemudian meletakan cangkir tehnya di atas meja. Dia yang mengundang Suzy Hwang untuk datang ke kamarnya, karena dia merasa kesepian. Besok pagi, suaminya baru akan datang bersama Renjun Huang.

“Aku percaya Tuhan.”

“Lalu, kenapa kamu membunuh?”

“Bukan aku yang membunuhnya. Aku tidak menggunakan tanganku sendiri, kan?”

“Tetap saja, kamu akan mendapat dosa.”

Ryujin mengulurkan tangan untuk meraih telapak tangan Suzy, lalu dia meremasnya. Tak lupa, dia tersenyum manis—senyum yang sedikit mengkhawatirkan untuk dilihat. “Aku percaya padamu, jadi bisa kita berhenti membicarakan dosa? Saat ini, aku ingin hidup dengan baik sebagai anak perempuan, dan istri seseorang. Aku tidak ingin membicarakan dosa-dosa yang telah dilakukan keluargaku… Kita bisa mengurusnya nanti. Iya, kan?”

Alis Suzy Hwang terangkat sebelah. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa lagi saat dia melihat Ryujin bangkit dari kursi dan berjalan ke arah kopernya.

Dia menunggu dengan tenang, sampai akhirnya Ryujin kembali sambil membawa sebuah amplop coklat. Oh, Suzy sedikit gugup karena adegan ini mirip dengan adegan yang pernah dia lakukan kepada Shin Ryujin waktu itu di kamar hotelnya.

#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang