📝Nggak ada Hyunjin, dia sembunyi dulu. Mau mikir taktik.
🦋🦋
Perancis, 09.09 am.
Pemakaman Keluarga Drew Bradley.**
Isabella hanya bisa melingkarkan tangannya di lengan Leo, ketika peti mati berisi tubuh kaku Cheryl dimasukan ke dalam tanah.
Cuaca Paris hari ini sedikit kurang bersahabat. Rintik-rintik hujan membasahi bumi, seolah turut mengucapkan bela sungkawa yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
"Cheryl Drew Bradley," ucap Leo dengan tangan kiri gemetar, sedangkan tangan kanannya menjadi milik Isabella. Gadis itu juga cukup terkejut. Leo membasahi bibir dan menambahkan, "Dia adalah perempuan yang baik. Dia menjadi sekretaris yang teladan dan selalu profesional. Kepergian Cheryl tentu akan berdampak besar untuk kelangsungan perusahaan. Namun, yang paling penting, kehilangan Cheryl sebagai teman dan rekan kerja adalah hal yang menyakitkan. Semoga dia bahagia di Surga, berada di tempat yang selayaknya."
Tetes-tetes air mata jatuh di kedua pipi Isabella. Dia bahkan hanya memulas wajahnya dengan lipstik dan juga eyeliner. Jet lag juga masih menghantuinya, namun semua harus tetap berjalan. Dia hanya memakai dress putih tanpa lengan yang dia bawa untuk berbulan madu di Yogyakarta, Indonesia.
Semula rencananya memang begitu. Dia dan Leo pergi ke Yogyakarta untuk berbulan madu, sekaligus mencari keberadaan Jinyoung Hwang. Namun, sayangnya, keberadaan Jinyoung tidak bisa ditemukan. Dan yang lebih buruk, mereka mendapat telepon kalau Cheryl ditemukan tak bernyawa di apartemennya di Paris.
Kakak perempuannya, Charlotte, yang pertama kali menemukannya. Dan, Charlotte langsung histeris. Menurut penyelidikan, Cheryl terkena serangan jantung karena kelelahan.
Leo mengusap-usap punggung cantik istrinya. Omong-omong, bagian belakang dress putih yang dikenakan Bella memang menerawang jadi punggungnya terlihat.
"It's okay," bisik Leo, lembut. Dia mendekap Bella dan menambahkan, "Setelah ini, kita harus segera kembali ke Seoul."
Kening Bella berkerut. Dia berbisik, "Apa ada sesuatu? Hyunjin baik-baik saja, kan?"
Leo mengangguk. "Tenang saja, lelakimu itu baik-baik saja. Kita harus ke Seoul karena Papa akan mengadakan pesta besar untuk merayakan pernikahan kita. Kamu tahu kan, kita belum membuat resepsi di Seoul. Dan juga, Papa akan mengenalkan namamu ke publik. Kamu harus punya pondasi yang kuat, La. Kamu adalah calon presiden. Aku dan Papa ada di belakangmu, menjagamu, dan... mencintaimu."
Isabella hanya menganggukan kepala. Badannya memang lelah, dan dia harus melewati penerbangan jauh lagi dari Paris ke Seoul.
Ah, tulang rusuknya terasa akan patah.
Acara pemakaman sudah selesai. Leo langsung membawa Isabella kembali ke tempat mereka menginap, sebuah hotel VIP yang pemandangannya lurus ke Menara Eiffel.
"Sebenarnya, kita bisa berbulan madu di sini kalau kamu mau," ucap Leo, sembari melepas kancing kemeja putih yang membalut tubuh gagahnya. Tak lupa, dia juga melepas kancing di area lengan. Leo menambahkan, "Sayangnya, kita harus mempersiapkan pencalonanmu bersama Renjun. Jadi... ya, mau apa lagi? Penerbangan kita jam sebelas malam ini. Tidak usah repot-repot berganti baju. Apalagi, kamu tidak berkeringat dan juga tidak terkena tanah pemakaman. Nanti repot membereskan kalau kamu ganti baju."
Sekali lagi, Isabella hanya menganggukan kepala. Dia sibuk menatap puncak Menara Eiffel dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Ada yang janggal dari kematian Cheryl. Ini seperti bukan karena penyakit atau semacamnya. Kematian Cheryl sangat bersih dan rapi, tapi ditemukan racun sebanyak 0,2 gram. Kata dokter, itu racun dari bakteri yang masuk ke tubuh Cheryl karena kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 PLAYGROUND (HWANG HYUNJIN)
Fiksi Penggemar[Fanfiksi] - "Bella, atau siapa pun nama yang melekat padanya, dia adalah milikku." (Admirer Series #2) (SEBAGIAN CHAPTER PRIVATE JADI FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA‼️) ** Copyright©April 2019-All Rights Reserved by IBUDARIBUMI #9 seoul [27.4.2019] #2...