Berangkat Tarawih

406 40 0
                                    


Sudah sekitar 2 minggu, aku menjalankan puasa Ramadhan bersama Renjun. Dan setiap malamnya kami berdua melaksanakan sholat Tarawih di Seoul Central Mosque. Kebetulan jadwal latihan Renjun tidak sampai malam, jadi Renjun selalu bisa untuk Tarawih. Lagipula dia sendiri yang menginginkannya.

Aku bisa saja mengizinkannya untuk tidak berangkat Tarawih karena mungkin dia lelah setelah latihan. Tapi Renjun selalu semangat setiap sehabis berbuka puasa. Dia pasti langsung bersiap-siap untuk berangkat ke Masjid.

Seperti malam ini, setelah berbuka dan sholat Maghrib, Renjun sudah buru-buru ke Masjid –karena jarak masjid cukup jauh– bersama Ibkar. Menggunakan setelah baju koko warna  putih dan sarung polos berwarna biru muda, Renjun menggendong Ibkar dengan setelan baju koko warna biru tua. Mereka berdua melangkah keluar dari dorm meninggalkanku yang masih sibuk bersiap-siap dengan mukena.

"Eomma, palliwayo." Teriak Ibkar, membuatku tersenyum dan segera keluar dari kamar.

"Aku tinggal ya. Kalau lapar, aku sudah menyiapkan makan malam, makan saja." Ucapku pada 6D yang sedang santai. Mereka hanya mengangguk mendengar ucapanku.

Aku segera melangkah keluar dari dorm meninggalkan mereka. Tapi sebelum itu...

"Noona, kalau pulang bawa tteokbokki." Teriak Jisung.

Baru tadi aku menyuruhnya makan, kenapa juga dia ingin tteokbokki. Dasar anak-anak.

"Mereka mau tteokbokki?" Tanya Renjun yang sepertinya juga mendengar teriakan Jisung. Aku mengangguk kecil sambil tersenyum gemas karena ulah mereka.

"Saildo Woneyo."

(Sail juga mau)

Aku terkekeh geli pada putraku itu. Setelahnya aku mengangguk. Tanpa basa-basi lagi kami pun pergi meninggalkan gedung ini dan menuju Seoul Central Mosque.

~oOo~

Tepat seperti dugaanku. Masjid itu sudah penuh dengan ribuan manusia yang sedang menunggu gilirannya untuk masuk ke dalam. Termasuk aku, Renjun, dan Ibkar. Kami seolah tenggelam dalam lautan manusia yang akan menjalankan kewajiban yang hanya ada sebulan dalam setahun ini.

Hingga setelah beberapa lamanya, kami bertiga pun akhirnya bisa masuk kedalam. Aku terpisah dari kedua laki-lakiku –Renjun dan Ibkar– karena aku masuk dalam jajaran perempuan. Tapi sebelumnya kami sudah sepakat untuk bertemu di depan masjid ketika Tarawih sudah usai. Dan juga kami sepakat, akan keluar setelah agak sepi. Jadi tidak perlu susah payah mencari-cari ketika masih ramai orang.

Beberapa menit, akhirnya sholat dimulai. Diawali sholat Isya berjamaah kemudian berlanjut sholat Tarawih sesuai adat yang ada di Korea Selatan ini.


~oOo~

Aku melambaikan tangan ketika melihat dua lelakiku sudah berada dalam radius 10 meter di depanku tengah berjalan dengan Ibkar yang bersandar di bahu Renjun. Ah ternyata putra kecilku tertidur. Aku menahan tawaku saat membayangkan Renjun bersusah payah membopong tubuh Ibkar.

Aku pun mengambil alih Ibkar dari Renjun. Dan Renjun yang membawakan mukenaku dan sarung kecil milik Ibkar.

Kami mulai melangkah menjauhi pelataran Seoul Central Mosque.

"Maaf udah bikin kamu repot karena Ibkar tidur." Ucapku saat melihat Renjun memijat pundaknya.

Dia terlihat melihat kearahku dengan gerakan cepat sambil menggeleng. "Apaanya yang repot? Nggak." Aku tersenyum tipis menatap matanya yang sipit itu.

"Kamu kan udah capek dari pagi latihan."

"Tapi aku juga gak mungkin ninggalin kewajibanku."

"Renjun, sholat Tarawih itu Sunnah. Jika kau melaksanakannya kau akan mendapat pahala. Tapi jika kau tidak melaksanakannya, tidak apa-apa. Kau juga tidak akan berdosa. Berbeda dengan sholat lima waktu yang harus kita laksanakan setiap hari dalam waktu yang sudah ditentukan. Sholat lima waktu itu hukumnya Wajib. Jika kau melaksanakannya kau akan mendapat pahala, tapi jika kau meninggalkannya kau akan berdosa. Jadi sholat Tarawih itu tidak wajib. Kau boleh tidak melaksanakannya jika memang ada halangan. Halangan disini bukan berarti halangan yang sama dengan wanita. Tapi maksudnya, mungkin kau lelah dan tidak bisa dipaksakan. Atau kau masih harus latihan sampai malam. Tidak apa-apa. Tapi aku selalu mengingatkanmu untuk tidak melupakan sholat Fardhu-nya kan?"

Renjun tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya menatapku dalam dengan senyuman kalem yang seperti biasa ia tunjukan padaku.

"Tidak salah hatiku membuatkan tempat khusus untukmu. Kau benar-benar malaikat yang menunjukkan jalan Allah padaku. Cahayamu menuntunku pada jalan yang tepat. Kenapa aku baru mengenalmu sekarang?" Itulah yang baru saja Renjun katakan.

Aku mengangkat kepalaku menatap kearahnya. Terkejut melihat mata Renjun berair. Aku menghentikan langkahku membuatny ikut berhenti di tempatnya.

"Kamu kenapa nangis?" Tanyaku. Dia menggeleng sambil mengusap air mata yang baru saja meluncur dari balik kelopak matanya yang sipit itu.

"Aku bahagia... " Renjun menjeda kalimatnya saat telapak tangannya menyentuh kepalaku. "Lebih dari apapun." Lanjutnya.

Tanpa sadar air mataku ikut meluncur tanpa perintah. Renjun mengusap pipiku dengan ibu jarinya.

"Aku yakin, Ibkar pasti bangga memiliki ibu sepertimu. Yang cantik, baik, sabar, dan tentunya, dia pasti bangga memiliki ibu yang seolah jelmaan malaikat." Ucap Renjun lagi.

"Aku juga yakin Ibkar pasti bangga memiliki ayah sepertimu. Orang yang tidak pantang menyerah. Aku akan sangat bahagia jika Ibkar nanti memiliki sifat sepertimu. Pantang menyerah, dan penyayang. Walaupun kau kadang menjadi orang yang nakal." Aku terkekeh geli dengan kalimat terakhirku barusan. Renjun juga tertawa mendengarnya.


~oOo~


Tanpa sepengetahuan mereka, Ibkar sebenarnya sudah bangun. Anak kecil itu mendengar semua yang dikatakan kedua orang tuanya itu. Hatinya terasa hangat mendengar semua ucapan demi ucapan yang terlontar dari kedua bibir kedua orang yang sudah membuatnya terlahir dalam dunia ini. Anak kecil itu menyunggingkan senyuman kecil saat itu juga.

Dia mungkin masih kecil. Tapi mendengar kalimat-kalimat itu, bukankah siapa saja juga akan merasa bahagia? Seperti dirinya yang juga sangat bahagia.

Dia pun berjanji dalam hati, akan menjadi anak yang didambakan oleh kedua orang tuanya itu.



Tbc.


Mian baru bisa Update...

Jangan lupa Vote + Coment

Oke?

[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang