After Wedding #9

625 67 3
                                    


Aku membangunkan tubuhku menjadi posisi duduk karena Renjun membawa Ibkar yang sepertinya bangun dari sofa. Aku mendekati Renjun dan mengambil alih Ibkar. Supaya Renjun bisa istiarahat sebentar sebelum mandi.

Aku menidurkan tubuh Ibkar di ranjang. Karena ini di dorm jadi kita bertiga dalam 1 ranjang. Renjun tidak masalah dengan itu. Tapi kadang kalau Jaemin meminta Ibkar untuk tidur bersamanya, aku dan Renjun pun tidak melarang. Sampai sekarang Jaemin sebenarnya tidak suka tidur sendirian.

"Udah pulang temen kamu?" Tanyaku sambil mendekati Renjun yang duduk di tepi ranjang.

"Dia bukan siapa-siapa aku. Kamu percaya kan? Aku juga gak tahu kenapa dia bisa ada disini." Ucap Renjun.

"Iya aku percaya kok. Tapi aku yang suruh dia datang."

Renjun melihat kearahku. Mungkin dia bingung kenapa aku yang menyuruh wanita itu datang.

Aku mengambil ponselnya. Dan menjelaskan dari awal sejak wanita itu mengirimi pesan pada Renjun. Dan aku yang membalasnya.

"Kenapa harus?"

"Aku penasaran siapa yang udah chat kamu. Apalagi ada kata 'Your Love' disini." Jawabku merasa bersalah. Karena sepertinya Renjun tidak menyukai tingkahku yang seperti ini.
"Mian." Cicitku sambil menatapnya.

Renjun menjangkau tubuhku membawanya ke pelukannya. Dia mengelus punggungku lembut. Itu membuatku nyaman dan semakin menenggelamkan kepalaku pada dada bidangnya.

Tak lama dia mengangkat wajahku membuatku menatapnya. Aku tersenyum padanya supaya dia tidak kesal lagi. Iya, aku memang sensitif akan hal seperti ini. Seharusnya aku tidak melakukan hal seperti ini yang justru malah membuatku sakit. Bodoh.

"Jangan senyum, aku gak suka." Ucapnya.

"Loh?" Aku melepas pelukannya.

"Aku tahu kamu marah sama aku. Gak usah senyum sok sembunyiin kemarahan kamu."

Aku senyum lagi. Aku kembali memeluknya.

"Aku gak marah sama kamu. Aku marahnya sama wanita itu. Siapa dia? Berani menyentuh suamiku." Ucapku dengan gaya imut untuk meluluhkan hati Renjun.

Renjun kembali mengangkat kepalaku. Aku mempoutkan bibirku berpura-pura kesal walau kenyataannya aku memang sedang kesal pada wanita yang belum ku tahu namanya itu.

Chup

Aku mengubah ekspresiku sedatar mungkin.

"Modus ya."

Huang Renjun. Pria itu tersenyum setelah mencium bibirku. Seolah melupakan apa yang terjadi baru saja. Dia tertawa melihat perubahan ekspresi pada wajahku. Renjun kembali memelukku. Dia mendusalkan kepalanya pada leherku dengan susah payah karena aku masih menggunakan hijab.

Aku melepaskan pelukannya menyuruhnya mandi karena aku akan menyiapkan makan malam untuk 6D. Walaupun masih sore, tapi kurasa harus mulai menyiapkan makan malam dari sekarang.

Karena terlepas dari jumlah member 6D dan juga menu makanan yang akan dibuat. Mereka makannya banyak tentu saja aku harus menyiapak berbagai macam menu makan malam.

Tapi Renjun tidak mengizinkan aku untuk pergi. Dia kembali memelukku.
"Aku sudah memesan makanan dan nanti aka datang. Jadi kau tidak perlu memasak."

"Wae? Kenapa memesan? Aku kan bisa masak untuk kalian?" Tanyaku yang masih terkungkung dalam pelukannya.

Renjun tidak menjawab. Dia hanya diam. Tapi kepalanya terus bergerak-gerak di leherku yang membuat hijabku berantakan. Tapi anehnya aku juga tidak menolak perlakuannya. Aku justru menyukainya.

[End] After Wedding | Renjun •°• Wo Ai Ni 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang